16/12/2016

PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM



A.      Pendahuluan
  Kata pembaruan dapat dikelompokkan kepada tiga makna yaitu Pertama, pengembalian sesuatu kepada konsepnya yang lama, dimana konsep itu sudah kabur, semu, tidak seperti yang seharusnya. Kedua, Pembaruan yang berupaya menemukan kembali atau menafsir ulang bentuk nilai, etos, dan semangat dalam konteks kekinian sesuai kondisi yang melingkupi. Ketiga, Merupakan lawan kata usang, jadul, ketinggalan zaman, lusuh dan sesuatu yang telah lama muncul serta eksis, tetapi belum memenuhi standar seperti kondisi baru yang lebih canggih, atau modern kemudian diperbaharui dan dimodernkan serta disesuaikan dengan standar yang lebih canggih.
Sedangkan yang pertama, menekankan kepada kesamaan dan kecocokan, teknis operasional atau sesuai dengan dasar (dalil) yang lebih utama, konteks ini, biasa digunakan pada ranah agama, khususnya permasalahan, tauhid, ibadah dan akhlak. Kedua, mengacu kepada penaafsiran terhadap prinsip-prinsip dasar yang bersifat universal dan berlaku lintas waktu dan zaman, prinsip-prinsip yang dimaksud lebih bersifat abstrak, yang menjiwai sesuatu sehingga mampu bertahan dari perubahan-perubahan yang ada, dalam al-Qur’an termasuk dalam kategori ayat bermaksud ganda (al-Mutasyabihat). Maksud pembaruan Ketiga lebih kepada system operasional, dalam bentuk pengorganisasian sebuah lembaga, badan, institusi, organisasi, persyirikatan, kelompok dan lain-lain.
Pembaruan pendidikan Islam berawal dari pembaruan dibidang keagamaan kemudian merembet ke ranah kedua dan ketiga. Gelora pembaruan yang terus bergema menjalar keberbagai bidang kehidupan umat Islam baik politik, ekonomi, kebudayaan, militer dan sebagainya. Pembaruan itu konsekwensi logis, dalam upaya menemukan jati diri agama Islam sebenarnya, yang sesuai dengan semangat zaman. Tentu, yang berubah bukan yang prinsip tetapi lebih kepada unsur teknis-kemudian disesuaikan dengan dasar-dasar prinsip yang sacral itu.
Sesungguhnya, pendidikan Islam bagian yang tak terlepas dari pembaruan. Pembaruan pendidikan hakikatnya, sudah dimulai semenjak nabi Muhammad dengan pengajaran agama Islam, serta pembaruan metode pengajaran di Makah dan Madinah. Kemudian, evolusi pendidikan terus berlangsung mencapai puncaknya pada zaman Khalifah Harun-ar-Rasyid dan al-Makmun, penguasa Abbasiyah.   
Setelah keduanya mangkat, pendidikan Islam secara berangsur-angsur mulai meredup, kemudian mengalami kehancuran yang hampir total, ketika Kota Bagdad di hancurkan pasukan tentara Mongol tahun 1258 M, dan hancurnya kerajaan Bani Ahmar (Granada) di Spanyol tahun 1492 M oleh tentara raja Kristen Ferdinand dan Isa Bella.
Sejak itu, pendidikan Islam mengalami masa tahun kelam. Sedangkan di Barat, pendidikan mengalami kemajuan yang pesat,  ilmu pengetahuan dengan berbagai varianya tumbuh subur. Perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, sebenarnya terinspirasi oleh dunia timur Islam pada periode sebelumnya, melalui jalur Spanyol Muslim. Ilmu pengetahuan tentu bukan barang jadi, melainkan hasil penelitian mutakhir bangsa Barat dengan menggunakan metode-metode pengembangan ilmu pengetahuan yang secara simultan ikut berkembang seperti ; riset, observasi, ekspriment dan sebagainya. Selain itu, system pengelolaan pendidikan Barat sebagai basis penyiapan sarjana dan ahli juga bertambah baik dengan ditemukannya metode menajamen modern. ditambah dukungan penguasa dan semangat keilmuan yang dijunjung tinggi, nampaknya menjadi factor besar dalam peningkatan hasil pendidikan Barat.
Setelah keberhasilan invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir tahun 1798 M dengan armada yang besar, membuka mata umat Islam di timur, bahwa Islam telah ketinggalan jauh, dari bangsa Barat. dari situ, dunia muslim telah mencoba, mengadakan perbaikan-perbaikan untuk tatanan kehidupan Islam supaya bisa menyeimbangkan kemajuan dengan dunia Barat.
Salah satu perbaikan yang dilakukan ialah di bidang pendidikan Islam. Tokoh penomenal yang gigih dalam usahanya memperbaharui pendidikan Islam ialah Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Ridha.  Sejak adanya upaya revitalisasi (pembaruan) oleh kedua tokoh tersebut, semangat pembaruan menyebar ke seluruh dunia muslim melalui para jamaah haji yang berkunjung tiap tahun ke Makkah atau, malalui mahasiswa Islam yang belajar di Mesir. Setelah selasai studi, mereka kembali ke kampung halamanya dan mengadakan pembaruan sesuai semangat yang dibawanya dari negeri timur tengah.
Adapun struktur/komponen dalam bahasan materi ini adalah; Pendahuluan, Pembahasan yang mencakup mengenai pengertian Pembaruan pendidikan Islam, Latar belakang bangkitnya pembaruan pendidikan Islam, dan Pola pembaruan Pendidikan Islam, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam,   kesimpulan dan soal-soal latihan.

B.       Pembahasan
1.    Pengertian Pembaruan Pendidikan Islam
Pembaruan terjemahan dari modernistion yang dalam bahasa Indonesia, berarti proses menjadi baru. Sedangkan kata modernisme menurut Harun Nasution, dalam masyarakat Barat, mengandung makna pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan lain sebagainya, agar semua menjadi sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Lahirnya modernisasi atau pembaruan di sebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Artinya, tidak mungkin akan ada pembaruan tanpa ada dukungan perkembangan ilmu pengetahuan[1].
Modernisasi atau pembaharuan bisa diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan baik dari segi cara, konsep, dan serangkaian metode yang bisa diterapkan dalam rangka menghantarkan keadaan yang lebih baik. Dengan demikian, kalau kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu[2].
Ramayulis menyebutkan, aktifitas pembaruan dapat dilihat dari 3 hal yaitu; 1. Pembaruan tersebut selalu berusaha mencapai perbaikan secara simultan, 2. Pembaruan yang terjadi tidak terlepas dari pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi, 3. Pembaruan dilakukan secara dinamis, inovatif dan progresif sesuai dengan cara fikir seseorang[3].
2.    Latarbelakang Pembaruan Pendidikan Islam
Semenjak bangsa Barat mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan dari umat Islam melalui transformasi  budaya keilmuan Andalusia (Spanyol), perkembangan ilmu menjadi lebih pesat, sementara umat Islam sudah tidak begitu peduli lagi, dengan dibarengi sikap euphoria masa lalu.
Di Barat, Ilmu pengetahuan berangsur-angsur bangkit dengan munculnya masa “Ranaisance” di Inggris dan “Aufkhlarung” di Jerman. Laju perkembangan ilmu pengetahuan bertambah pesat setelah ditemukannya mesin uap yang menandai dimulainya periode industri di Barat. semua perkembangan diacukan dengan masin yang ikut membantu mempermudah pekerjaan manusia.
Sementara umat Islam masih “jumud” dan belum menyadari ketertinggalannya. Akibatnya, daerah-daerah Islam sangat mudah dijajah oleh bangsa Barat, walaupun Turki Usmani masih menjadi sebuah kekuasaan terbesar, yang mungkin menjadi pelindung negeri-negeri muslim, tapi sayang kondisinya sudah melemah dan tidak mampu lagi mempertahankan daerah muslim yang menjadi wilayah proktetoratnya. Sebuah adagium yang cukup terkenal tentang kondisi Turki Usmani waktu adalah “The sick Man in Europa” (Orang sakit di Eropa)[4].
Kemudian, terpuruknya nilai–nilai pendidikan dilatar belakangi oleh kondisi internal Islam yang tidak lagi menganggap ilmu pengetahuan umum sebagai satu kesatuan ilmu yang hareus diperhatikan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan lebih banyak diadopsi bahkan dimanfaatkan secara komprehensif oleh Barat yang pada waktu itu tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam[5].
Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
Ramayulis mengutip pendapat Fauzan, menambahkan, bahwa yang melatarbelakangi pembaruan pendidikan Islam secara internal ialah[6];
a.     Agama Islam melalui ayat suci al-Qur’an banyak menyuruh atau menganjurkan umat Islam untuk selalu berfikir, dan bermetaforma: membaca dan menganalisis sesuatu kemudian bisa diterapkan atau bahkan mencipkan yang baru dari apa yang kita lihat,
b.     Adanya kesadaran sebagian ulama atas ketertinggalannya dari orang Barat, dan mereka ingin memperbaiki kembali nasibnya
Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan Barat juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan pragmatik umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada Barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir[7]
Kontak yang berkesan sehingga membuat umat Islam terbangun dari tidur euforianya adalah setelah Napoleon Bonaparte datang ke Masir. Sebenarnya, kesadaran Umat Islam atas ketertinggalan dari bagsa Barat sejak abat 17 setelah kekalahan Turki Usmani dalam peperangan dengan Negara-negara Eropa. Kemudian para Raja dan tokoh ulama di Turki Usmani mengadakan penyelidikan sebab-sebab kekalahan dan rahasia keunggulan lawan. Pada akhirnya, diutuslah duta-duta untuk mempelajari ilmu pengetahuan ke Peracis. disebabkan situasi perang yang sering berkecamuk, antara Negara Barat dengan Turki, maka didatangkalah pelatih-pelatih militer dari Eropa sekaligus didirikan pula Sekolah Teknik Militer pada tahun 1734 M untuk pertama kalinya[8].

3.    Pola Pembaruan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai faktor internal dan eksternal pembaruan pendidikan Islam, maka pada garis besarnya terjadi dua pola pemikiran pembaruan pendidikan Islam sebagai berikut :
a.    Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat, pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang tidak lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber keekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini usaha pembaruan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Disamping itu pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negeri Islam.
Pembaruan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani pada akhir abat ke 11 H/17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekuralisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II (yang memerintah Turki Usmani 1807-1839 M) adalah pelopor pembaruan pendidikan di Turki.
Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad kesembilan belas. Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk madrasah. Selain itu Sultan Mahmud II juga mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi langsung dari sumber pengembangan. Setelah mereka pulan ke tanah air, mereka banyak berpengaruh terhadap usaha-usaha pembaruan pendidikan. Dari mereka ini pula berkembangnya faham sekularisme di Turki yang kemudian diterapkan secara mantap sekarang ini.
Pola pembaruan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa pad tahu 1805-1848. Muhammad Ali Pasya dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaruan pendidikan di Mesir, mengadakan pembaruan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru system pendidikan dan pengajaran Barat[9].
b.    Pola pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam yang murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakekatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya pada masa-masa kejayaannya[10].
Menurut analisa mereka diantara sebab-sebab kelemahan umat Islam adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran agama Islam secara semestinya.
Ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditnggalkan dan menerima ajaran-ajaran Islam yang tidak murni lagi. Hal tersebut terjadi setelah mandeknya perkembangan filsafat Islam, di tinggalkannya pola pemikiran rasional dan kehidupan umat Islam telah di warnai oleh pola kehidupan yang bersifat pasif. Di samping itu, dengan mandeknya perkembangan fiqih yang ditandai penutupan pintu ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman.
Pola pembaruan ini di rintis oleh Muhammad bin Abd Al-Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaludin al Afghani dan Muhammad Abduh. Menurut Jamaludin al Afghani, pemurnian ajaran agama Islam dengan kembali ke al-Qur’an dan al-Hadist dalam arti yang sebenarnya tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai dengan semua bangsa, semua zaman, dan semua keadaan. Menurut Muhammad Abduh, bahwa pengetahuan modern dan Islam adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah sunatullah sedangkan dasar Islam adalah Wahyu Allah swt. Kedua-duanya berasal dari Allah swt. Oleh karena itu umat Islam harus menguasai keduanya[11].
4.        Tokoh dan sasaran Pembaruan Pendidikan Islam
Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis. Sejalan dengan pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani, Mesir, India[12].
a. Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan di dunia Islam dimulai dikerajaan Turki Usmani. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa.
Adapun tokoh yang mencoba melakukan upaya tersebut ialah :
1)            Sultan Ahmad III. Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani menyebabkan Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk mengamati perkembangan Barat. Dengan mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan untuk mempermudah access buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan sampai beliau wafat dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II.
2)            Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki system pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum. Kemudian mendirikan model disekolah barat.
b. Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
1)            M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian pendidikan dan lembaga pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran, pertambangan, mengirin siswa untuk belajar ke negri Barat. Gerakan pembaruan memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam.
2)            M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di Al-Azhar dengan memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi Al-Azhar tahun 1895, melaksanakan pembaruan administratif yang bermanfaat[13].
c. Wilayah India. 
Pembaharuan pendidikan Islam di India bertujuan menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan pendidikan sekuler.
Adapun yang menjadi tokoh pembaharuan di India[14]
Sayyid Akhmad Khan (1817 – 1898 M). Ia berpendapat bahwa peninggkatan kedudukan umat Islam di India dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Kemudian mendirikan lembaga pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah 1864. kemudian mendirikan pula Scientific Society, mendirikan lembaga pendidikan yang di dalamnya ilmu pengetahuan umum. Itulah beberapa orang tokoh pembaharuan yang banyak mengadopsi tata cara dan pengetahuan yang datang dari Barat.

C.      Kesimpulan    
Pembaruan Islam bidang keagamaan dalam arti pemurnian Islam di bidang aqidah, ibadah dan akhlak merupakan cikal bakal pembaruan semua lingkup dunia Islam termasuk bidang pendidikan.  Pembaruan pendidikan Islam dilatarbelakangi oleh factor internal dan factor eksternal, umat Islam melihat ke dalam sumber wahyu banyak menyuruh untuk menggunakan logika, dengan itu digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping juga Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Telah nampak bagaimana orang Barat yang tidak beriman kepada Allah tetapi mereka dipandang terhormat oleh orang beriman yang tidak menguasai ilmu pengetahuan. Dari itu umat Islam merasa sangat perlu sesegera mungkin mempelajari ilmu pengetahuan. Persentuhan dunia timur dengan dunia Barat Kristen telah membawa banyak perubahan dibidang kemeliteran, dan pendidikan. Kerajaan Turki Usmani banyak mengirim duta-duta mereka ke Prancis untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengundang secara khusus para pakar dibidang tertentu ke Turki untuk memberikan pelatihan di kerajaan Turki khususnya bidang pendidikan Militer.
Sedangkan di Mesir pembaruan diawali semangat Pan Islam yang dibawa Jamaludin al-Afgani, kemudian para muridnya seperti Muhammad Abduh tidak hanya berhenti dibidang politik namun untuk mengadakan perbaikan lebih jauh perlu pembaruan dari bidang pendidikan Islam. salah satu proyek pembaruan Muhammad Abduh ialah Universitas Al-Azhar yang sangat artodoks waktu itu. Walaupun banyak tantangan dari pihak Al-Azhar, tidak membuatnya surut, setelah wafat pembaruan dilajutkan oleh muridnya Rasyid Ridha.
Ada dua pola pembaruan pendidikan Islam yaitu; Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern dan pola pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Adapun tokoh pembaruan pendidikan Islam seperti Sultan Ahmad III,  Sultan Mahmud II melakukan pembaruan di Turki Usmani, Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh di Mesir serta Sayyid Akhmad Khan mengadakan pembaruan Pendidikan Islam di India dengan mendirikan Universitas Aligar.

Soal-soal latihan :
1.      Jelaskanlah Pengertian Pembaruan Pendidikan Islam
2.       Uraikanlah Latar Belakang Bangkitnya Pembaruan Pendidikan Islam
3.      Jelaskanlah Pola Pembaruan Pendidikan Islam
4.      Jelaskanlah tokoh dan sasaran Pembaruan Pendidikan Islam











DAFTAR PERPUSTAKAAN


Djuhan, Widda, Sejarah Pendidikan Islam Klasik , Ponorogo : LPPI STAIN, 2010

Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang : UIN Malang Press, 2008
  
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2007

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012

Zuhairini Dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : 1986




[1] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012, h. 163
[3] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Op.cit, h. 164
[4] Ibid,h. 165
[6] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Op.cit,h. 166
[8] Ibid, h. 166
[9] Zuhairini Dkk, Sejarah Pensisikan Islam, Jakarta : 1986, h. 116-120.
[10]Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang : UIN Malang Press, 2008, h. 246-247.
[11] Widda Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik , Ponorogo : LPPI STAIN, 2010, h. 69-70
[13] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2007, h. 249-250

No comments: