A. Pendahuluan
Kata pembaruan dapat dikelompokkan kepada
tiga makna yaitu Pertama, pengembalian sesuatu kepada konsepnya yang
lama, dimana konsep itu sudah kabur, semu, tidak seperti yang seharusnya. Kedua,
Pembaruan yang berupaya menemukan kembali atau menafsir ulang bentuk nilai,
etos, dan semangat dalam konteks kekinian sesuai kondisi yang melingkupi. Ketiga,
Merupakan lawan kata usang, jadul, ketinggalan zaman, lusuh dan sesuatu
yang telah lama muncul serta eksis, tetapi belum memenuhi standar seperti
kondisi baru yang lebih canggih, atau modern kemudian diperbaharui dan
dimodernkan serta disesuaikan dengan standar yang lebih canggih.
Sedangkan
yang pertama, menekankan kepada kesamaan dan kecocokan, teknis operasional atau
sesuai dengan dasar (dalil) yang lebih utama, konteks ini, biasa digunakan pada
ranah agama, khususnya permasalahan, tauhid, ibadah dan akhlak. Kedua,
mengacu kepada penaafsiran terhadap prinsip-prinsip dasar yang bersifat
universal dan berlaku lintas waktu dan zaman, prinsip-prinsip yang dimaksud
lebih bersifat abstrak, yang menjiwai sesuatu sehingga mampu bertahan dari
perubahan-perubahan yang ada, dalam al-Qur’an termasuk dalam kategori ayat
bermaksud ganda (al-Mutasyabihat). Maksud pembaruan Ketiga lebih kepada
system operasional, dalam bentuk pengorganisasian sebuah lembaga, badan,
institusi, organisasi, persyirikatan, kelompok dan lain-lain.
Pembaruan
pendidikan Islam berawal dari pembaruan dibidang keagamaan kemudian merembet ke
ranah kedua dan ketiga. Gelora pembaruan yang terus bergema menjalar keberbagai
bidang kehidupan umat Islam baik politik, ekonomi, kebudayaan, militer dan
sebagainya. Pembaruan itu konsekwensi logis, dalam upaya menemukan jati diri
agama Islam sebenarnya, yang sesuai dengan semangat zaman. Tentu, yang berubah
bukan yang prinsip tetapi lebih kepada unsur teknis-kemudian disesuaikan dengan
dasar-dasar prinsip yang sacral itu.
Sesungguhnya,
pendidikan Islam bagian yang tak terlepas dari pembaruan. Pembaruan pendidikan
hakikatnya, sudah dimulai semenjak nabi Muhammad dengan pengajaran agama Islam,
serta pembaruan metode pengajaran di Makah dan Madinah. Kemudian, evolusi
pendidikan terus berlangsung mencapai puncaknya pada zaman Khalifah
Harun-ar-Rasyid dan al-Makmun, penguasa Abbasiyah.
Setelah
keduanya mangkat, pendidikan Islam secara berangsur-angsur mulai meredup,
kemudian mengalami kehancuran yang hampir total, ketika Kota Bagdad di hancurkan
pasukan tentara Mongol tahun 1258 M, dan hancurnya kerajaan Bani Ahmar
(Granada) di Spanyol tahun 1492 M oleh tentara raja Kristen Ferdinand dan Isa
Bella.
Sejak itu,
pendidikan Islam mengalami masa tahun kelam. Sedangkan di Barat, pendidikan
mengalami kemajuan yang pesat, ilmu
pengetahuan dengan berbagai varianya tumbuh subur. Perkembangan ilmu
pengetahuan di Barat, sebenarnya terinspirasi oleh dunia timur Islam pada
periode sebelumnya, melalui jalur Spanyol Muslim. Ilmu pengetahuan tentu bukan
barang jadi, melainkan hasil penelitian mutakhir bangsa Barat dengan
menggunakan metode-metode pengembangan ilmu pengetahuan yang secara simultan
ikut berkembang seperti ; riset, observasi, ekspriment dan sebagainya. Selain
itu, system pengelolaan pendidikan Barat sebagai basis penyiapan sarjana dan
ahli juga bertambah baik dengan ditemukannya metode menajamen modern. ditambah
dukungan penguasa dan semangat keilmuan yang dijunjung tinggi, nampaknya
menjadi factor besar dalam peningkatan hasil pendidikan Barat.
Setelah
keberhasilan invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir tahun 1798 M dengan armada yang besar, membuka mata
umat Islam di timur, bahwa Islam telah ketinggalan jauh, dari bangsa Barat.
dari situ, dunia muslim telah mencoba, mengadakan perbaikan-perbaikan untuk
tatanan kehidupan Islam supaya bisa menyeimbangkan kemajuan dengan dunia Barat.
Salah satu
perbaikan yang dilakukan ialah di bidang pendidikan Islam. Tokoh penomenal yang
gigih dalam usahanya memperbaharui pendidikan Islam ialah Muhammad Abduh dan muridnya,
Rasyid Ridha. Sejak adanya upaya revitalisasi
(pembaruan) oleh kedua tokoh tersebut, semangat pembaruan menyebar ke seluruh
dunia muslim melalui para jamaah haji yang berkunjung tiap tahun ke Makkah
atau, malalui mahasiswa Islam yang belajar di Mesir. Setelah selasai studi,
mereka kembali ke kampung halamanya dan mengadakan pembaruan sesuai semangat
yang dibawanya dari negeri timur tengah.
Adapun
struktur/komponen dalam bahasan materi ini adalah; Pendahuluan, Pembahasan yang
mencakup mengenai pengertian Pembaruan pendidikan Islam, Latar belakang
bangkitnya pembaruan pendidikan Islam, dan Pola pembaruan Pendidikan Islam,
Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam,
kesimpulan dan soal-soal latihan.
B. Pembahasan
1. Pengertian
Pembaruan Pendidikan Islam
Pembaruan
terjemahan dari modernistion yang dalam bahasa Indonesia, berarti proses
menjadi baru. Sedangkan kata modernisme menurut Harun Nasution, dalam
masyarakat Barat, mengandung makna pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha
untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan lain
sebagainya, agar semua menjadi sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru
yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Lahirnya
modernisasi atau pembaruan di sebuah tempat akan selalu beriringan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Artinya,
tidak mungkin akan ada pembaruan tanpa ada dukungan
perkembangan ilmu pengetahuan[1].
Modernisasi atau pembaharuan bisa diartikan
apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima
pembaharuan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan
baik dari segi cara, konsep, dan serangkaian metode yang bisa diterapkan dalam
rangka menghantarkan keadaan yang lebih baik. Dengan demikian, kalau kita
kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita,
sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi,
situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang
lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi saat itu[2].
Ramayulis menyebutkan, aktifitas pembaruan
dapat dilihat dari 3 hal yaitu; 1. Pembaruan tersebut selalu berusaha mencapai
perbaikan secara simultan, 2. Pembaruan yang terjadi tidak terlepas dari
pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi, 3. Pembaruan dilakukan secara dinamis,
inovatif dan progresif sesuai dengan cara fikir seseorang[3].
2. Latarbelakang
Pembaruan Pendidikan Islam
Semenjak
bangsa Barat mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan dari umat Islam melalui
transformasi budaya keilmuan Andalusia
(Spanyol), perkembangan ilmu menjadi lebih pesat, sementara umat Islam sudah
tidak begitu peduli lagi, dengan dibarengi sikap euphoria masa lalu.
Di Barat,
Ilmu pengetahuan berangsur-angsur bangkit dengan munculnya masa “Ranaisance”
di Inggris dan “Aufkhlarung” di Jerman. Laju perkembangan
ilmu pengetahuan bertambah pesat setelah ditemukannya mesin uap yang menandai
dimulainya periode industri di Barat. semua perkembangan diacukan dengan masin
yang ikut membantu mempermudah pekerjaan manusia.
Sementara
umat Islam masih “jumud” dan belum menyadari ketertinggalannya.
Akibatnya, daerah-daerah Islam sangat mudah dijajah oleh bangsa Barat, walaupun
Turki Usmani masih menjadi sebuah kekuasaan terbesar, yang mungkin menjadi
pelindung negeri-negeri muslim, tapi sayang kondisinya sudah melemah dan tidak
mampu lagi mempertahankan daerah muslim yang menjadi wilayah proktetoratnya.
Sebuah adagium yang cukup terkenal tentang kondisi Turki Usmani waktu adalah “The
sick Man in Europa” (Orang sakit di Eropa)[4].
Kemudian, terpuruknya nilai–nilai pendidikan
dilatar belakangi oleh kondisi internal Islam yang tidak lagi menganggap ilmu
pengetahuan umum sebagai satu kesatuan ilmu yang hareus diperhatikan.
Selanjutnya, ilmu pengetahuan lebih banyak diadopsi bahkan dimanfaatkan secara komprehensif
oleh Barat yang pada waktu itu tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang
mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam[5].
Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang
sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa
dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang
berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
Ramayulis mengutip pendapat Fauzan, menambahkan, bahwa yang
melatarbelakangi pembaruan pendidikan Islam secara internal ialah[6];
a. Agama Islam melalui ayat
suci al-Qur’an banyak menyuruh atau menganjurkan umat Islam untuk selalu
berfikir, dan bermetaforma: membaca dan menganalisis sesuatu kemudian bisa
diterapkan atau bahkan mencipkan yang baru dari apa yang kita lihat,
b. Adanya kesadaran sebagian
ulama atas ketertinggalannya dari orang Barat, dan mereka ingin memperbaiki
kembali nasibnya
Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan Barat juga merupakan faktor
terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah
dan membawa perubahan pragmatik umat Islam untuk belajar secara terus menerus
kepada Barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa
terminimalisir[7].
Kontak yang
berkesan sehingga membuat umat Islam terbangun dari tidur euforianya adalah
setelah Napoleon Bonaparte datang ke Masir. Sebenarnya, kesadaran Umat Islam
atas ketertinggalan dari bagsa Barat sejak abat 17 setelah kekalahan Turki
Usmani dalam peperangan dengan Negara-negara Eropa. Kemudian para Raja dan
tokoh ulama di Turki Usmani mengadakan penyelidikan sebab-sebab kekalahan dan
rahasia keunggulan lawan. Pada akhirnya, diutuslah duta-duta untuk mempelajari
ilmu pengetahuan ke Peracis. disebabkan situasi perang yang sering berkecamuk,
antara Negara Barat dengan Turki, maka didatangkalah pelatih-pelatih militer
dari Eropa sekaligus didirikan pula Sekolah Teknik Militer pada tahun 1734 M
untuk pertama kalinya[8].
3. Pola
Pembaruan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai faktor internal
dan eksternal pembaruan pendidikan Islam, maka pada garis besarnya terjadi dua
pola pemikiran pembaruan pendidikan Islam sebagai berikut :
a. Pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan
modern di Barat, pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Mereka
juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang tidak
lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang
pernah berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian maka untuk mengembalikan
kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber keekuatan dan kesejahteraan tersebut
harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini usaha pembaruan pendidikan Islam
adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik
sistem maupun isi pendidikannya. Disamping itu pengiriman pelajar-pelajar ke
dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
tekhnologi modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai
negeri Islam.
Pembaruan pendidikan dengan pola barat ini,
mulanya timbul di Turki Usmani pada akhir abat ke 11 H/17 M setelah mengalami
kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan
benih bagi timbulnya usaha sekuralisasi Turki yang berkembang kemudian dan
membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II (yang memerintah Turki Usmani
1807-1839 M) adalah pelopor pembaruan pendidikan di Turki.
Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah
tradisional ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad kesembilan belas.
Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan
dihalangi masuk madrasah. Selain itu Sultan Mahmud II juga mengirimkan
siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi langsung
dari sumber pengembangan. Setelah mereka pulan ke tanah air, mereka banyak
berpengaruh terhadap usaha-usaha pembaruan pendidikan. Dari mereka ini pula
berkembangnya faham sekularisme di Turki yang kemudian diterapkan secara mantap
sekarang ini.
Pola pembaruan pendidikan yang berorientasi ke
Barat ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa
pad tahu 1805-1848. Muhammad Ali Pasya dalam rangka memperkuat kedudukannya dan
sekaligus melaksanakan pembaruan pendidikan di Mesir, mengadakan pembaruan
dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru system pendidikan
dan pengajaran Barat[9].
b. Pola pembaruan pendidikan Islam yang
berorientasi pada sumber Islam yang murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam
sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu
pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada
hakekatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta
kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya pada
masa-masa kejayaannya[10].
Menurut analisa mereka diantara sebab-sebab
kelemahan umat Islam adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran agama
Islam secara semestinya.
Ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kemajuan
dan kekuatan ditnggalkan dan menerima ajaran-ajaran Islam yang tidak murni
lagi. Hal tersebut terjadi setelah mandeknya perkembangan filsafat Islam, di
tinggalkannya pola pemikiran rasional dan kehidupan umat Islam telah di warnai
oleh pola kehidupan yang bersifat pasif. Di samping itu, dengan mandeknya
perkembangan fiqih yang ditandai penutupan pintu ijtihad, umat Islam telah
kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai
akibat dari perubahan dan perkembangan zaman.
Pola pembaruan ini di rintis oleh Muhammad bin
Abd Al-Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaludin al Afghani dan
Muhammad Abduh. Menurut Jamaludin al Afghani, pemurnian ajaran agama Islam
dengan kembali ke al-Qur’an dan al-Hadist dalam arti yang sebenarnya tidaklah
mungkin. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai dengan semua bangsa, semua
zaman, dan semua keadaan. Menurut Muhammad Abduh, bahwa pengetahuan modern dan
Islam adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah
sunatullah sedangkan dasar Islam adalah Wahyu Allah swt. Kedua-duanya berasal
dari Allah swt. Oleh karena itu umat Islam harus menguasai keduanya[11].
4.
Tokoh dan sasaran Pembaruan Pendidikan
Islam
Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak
modernis. Sejalan dengan pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3
wilayah kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani, Mesir, India[12].
a. Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan di dunia Islam dimulai
dikerajaan Turki Usmani. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan
bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa.
Adapun tokoh yang mencoba melakukan upaya
tersebut ialah :
1)
Sultan Ahmad III.
Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani menyebabkan Sultan Ahmad
III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan melakukan pengiriman duta ke
Eropa untuk mengamati perkembangan Barat. Dengan mendirikan sekolah teknik militer,
mendirikan percetakan untuk mempermudah access buku pengetahuan. Upaya
ini dilakukan sampai beliau wafat dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud
II.
2)
Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan
kelanjutan dari Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki
system pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum. Kemudian
mendirikan model disekolah barat.
b. Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan
khususnya pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
1)
M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian
pendidikan dan lembaga pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran,
pertambangan, mengirin siswa untuk belajar ke negri Barat. Gerakan pembaruan
memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam.
2)
M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di
Al-Azhar dengan memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi
Al-Azhar tahun 1895, melaksanakan pembaruan administratif yang bermanfaat[13].
c. Wilayah India.
Pembaharuan pendidikan Islam di India
bertujuan menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan
pendidikan sekuler.
Adapun yang menjadi tokoh pembaharuan di
India[14]
Sayyid Akhmad Khan (1817 –
1898 M). Ia berpendapat bahwa peninggkatan kedudukan umat Islam di India dapat
diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Kemudian mendirikan lembaga
pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah 1864. kemudian mendirikan pula Scientific
Society, mendirikan lembaga pendidikan yang di dalamnya ilmu pengetahuan
umum. Itulah beberapa orang tokoh pembaharuan yang banyak mengadopsi tata cara
dan pengetahuan yang datang dari Barat.
C. Kesimpulan
Pembaruan
Islam bidang keagamaan dalam arti pemurnian Islam di bidang aqidah, ibadah dan
akhlak merupakan cikal bakal pembaruan semua lingkup dunia Islam termasuk
bidang pendidikan. Pembaruan pendidikan
Islam dilatarbelakangi oleh factor internal dan factor eksternal, umat Islam
melihat ke dalam sumber wahyu banyak menyuruh untuk menggunakan logika, dengan
itu digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping juga Allah akan
meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.
Telah nampak bagaimana orang Barat yang tidak beriman kepada Allah tetapi
mereka dipandang terhormat oleh orang beriman yang tidak menguasai ilmu
pengetahuan. Dari itu umat Islam merasa sangat perlu sesegera mungkin
mempelajari ilmu pengetahuan. Persentuhan dunia timur dengan dunia Barat
Kristen telah membawa banyak perubahan dibidang kemeliteran, dan pendidikan.
Kerajaan Turki Usmani banyak mengirim duta-duta mereka ke Prancis untuk belajar
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengundang secara khusus para pakar
dibidang tertentu ke Turki untuk memberikan pelatihan di kerajaan Turki
khususnya bidang pendidikan Militer.
Sedangkan di
Mesir pembaruan diawali semangat Pan Islam yang dibawa Jamaludin al-Afgani,
kemudian para muridnya seperti Muhammad Abduh tidak hanya berhenti dibidang
politik namun untuk mengadakan perbaikan lebih jauh perlu pembaruan dari bidang
pendidikan Islam. salah satu proyek pembaruan Muhammad Abduh ialah Universitas
Al-Azhar yang sangat artodoks waktu itu. Walaupun banyak tantangan dari pihak
Al-Azhar, tidak membuatnya surut, setelah wafat pembaruan dilajutkan oleh
muridnya Rasyid Ridha.
Ada dua pola
pembaruan pendidikan Islam yaitu; Pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern dan
pola pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Adapun tokoh pembaruan pendidikan Islam seperti Sultan Ahmad III, Sultan Mahmud II melakukan pembaruan di Turki
Usmani, Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh di Mesir serta Sayyid Akhmad Khan
mengadakan pembaruan Pendidikan Islam di India dengan mendirikan Universitas
Aligar.
Soal-soal
latihan :
1. Jelaskanlah Pengertian
Pembaruan Pendidikan Islam
2.
Uraikanlah Latar
Belakang Bangkitnya Pembaruan Pendidikan Islam
3.
Jelaskanlah Pola Pembaruan Pendidikan Islam
4.
Jelaskanlah tokoh dan
sasaran Pembaruan Pendidikan Islam
DAFTAR PERPUSTAKAAN
Djuhan, Widda, Sejarah Pendidikan Islam Klasik , Ponorogo : LPPI
STAIN, 2010
Fadil
SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang
: UIN Malang Press, 2008
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Kencana, 2007
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 2012
Zuhairini
Dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta : 1986
[10]Fadil
SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang
: UIN Malang Press, 2008, h. 246-247.
No comments:
Post a Comment