KTI Oleh : Beni Mulya, M. Iksan Anshori dan Ade Prihatini
Pembimbing : Ade Marhumah, S.Ag
Pembimbing : Ade Marhumah, S.Ag
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Padi merupakan tanaman daerah tropis, tetapi
dapat juga tumbuh di daerah lintang pertengahan. Padi tumbuh di daerah yang
mempunyai suhu empat sampai enam bulan rata-rata 20°-25°c dan suhu minimum
10°c. Curah hujan atau pengairan harus cukup selama periode vegetatif. Padi
tanah kering membutuhkan curah hujan minimum 600-1200mm, dan padi sawah
1400-1800mm setahun. Jika hujan tidak cukup maka harus dipenuhi dengan sistem
pengairan.[1]
Padi
juga merupakan salah satu tanaman utama yang paling dimanfaatkan dan menjadi
bagian sebagai bahan pokok nomor satu di Indonesia, mengapa demikian?? Karena
bagi penduduk Indonesia, padi yang diolah menjadi nasi merupakan bahan pangan
wajib. Orang Indonesia tidak akan merasa kenyang sebelum memakan padi yang
telah diolah menjadi nasi tersebut. Akan tetapi tanaman padi ini merupakan
salah satu tanaman yang paling mudah terserang hama. Dimana hama tersebut
adalah jenis hewan yang berpotensi merusak tumbuhan serta merugikan manusia
dari segi ekonomi.[2]
Juga dapat menjadi faktor utama penyebab kerusakan tanaman padi.
Hama ini bisa berupa serangga seperti wereng,
ulat gerayak, ganjur dan walang sangit. Juga bisa berupa hewan mamalia seperti
babi dan tikus. Juga bisa berupa burung. Dari semua hama tersebut, bahwa hama
yang paling ganas merusak tanaman padi adalah wereng coklat.
Wereng
coklat merupakan hama paling ganas. Karena dapat menghancurkan beribu-ribu
hektar tanaman padi dalam satu musim, sehingga dapat merugikan petani sampai
milyaran rupiah.[3]
Walaupun petani sering mengalami kerugian
besar pada musim panen akibat terserangnya hama, kini para petani tidak
khawatir. Karena di setiap masalah pasti ada solusinya. Seperti pada tanaman
padi yang terserang hama. Para petani sudah mengetahui agar pertaniannya
tersebut tidak terserang hama kembali, yaitu dengan menggunakan pestisida.
Dari uraian latar belakang masalah di atas
maka kami tertarik untuk mengangkat judul “Analisis
Dampak Hama Pada Tanaman Padi” (Studi Petani di Kampung Tataman Desa Kaungcaang)
B. Rumusan
Masalah
Dari
uraian di atas terdapat beberapa masalah yang dapat dikaji dan diteliti, yaitu:
1. Apa sajakah hama yang sering muncul
di daerah persawahan Tataman?
2. Apa sajakah dampak hama pada tanaman
padi?
3. Bagaimanakah cara mengatasi hama pada
tanaman padi di daerah persawahan
Tataman?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui hama yang sering muncul di
daerah perswahan Tataman
2. Untuk mengetahui dampak hama pada tanaman
padi
3. Untuk mengetahui cara mengatasi hama pada
tanaman padi di daerah persawahan Tataman
D. Sistematika
Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB
II KAJIAN TEORI
A. Definisi Hama dan Padi
B. Penyebab Munculnya Hama
BAB
III PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Hama Yang Muncul di Persawahan
Tataman
B. Dampak Hama Pada Tanaman Padi
C. Cara Mengatasi Serangan Hama
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Definisi
Hama dan Padi
Hama
adalah organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian tanaman
lainnya, sehingga tanaman tidak dapat sembuh dengan sempurna bahkan mati.
Menurut
Smith (1957), hama adalah semua organisme atau agens botik yang merusak tanaman
dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia.[4] Hama
juga sering disebut perusak, penggangu atau semua orang sering menyebutnya
dengan penyakit, khususnya penyakit pada tanaman. Banyak tanaman yang rusak dan
mati akibat terserang oleh hama, sehingga tanaman yang seharusnya menguntungkan
para petani malah menjadi kerugian yang sangat besar.
Menurut
stakman dan harrar (1957), peyakit pada tanaman ialah suatu penyimpangan yang
cukup tegas, tetap atau permanen dari pertumbuhan dan struktur yang normal pada tanaman, hingga menimbulkan gejala
yang dapat dilihat, yang merugikan terhadap mutu dan menurunkan nilai ekonomi
tanaman tersebut.[5]
Salah
satu tanaman yang sering terserang oleh hama adalah tanaman padi. Padi bahasa
latin oryza sativa L, merupakan salah
satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu
jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis
dan marga (genus) yang bisa disebut
sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari india atau indocina dan masuk ke
Indonesia di bawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500
SM.[6]
Berbicara
tentang padi, pada hakikatnya padi merupakan suatu tanaman yang banyak
dibudidayakan dalam pertanian di Indonesia. Padi ini juga merupakan salah satu
tanaman yang berperan aktif terhadap kebutuhan
primer manusia.
B. Penyebab munculnya hama
Serangan hama pada
tanaman padi dapat terjadi karena sebab -sebab yang menyangkut pada pengelolaan
tanaman padi tersebut. Sebagian penyebab tersebut antara lain: pengelolaan
tanaman, menanam satu varietas terus menerus tanpa pola, musim tanam yang salah
dan dampak negatif penggunaan pestisida.[7]
Adapun penjelasannya adalah :
1. Pengelolaan
Tanaman
Pengelolaan tanaman (crop management), dengan kata lain teknik budidaya adalah aktivtas untuk
menumbuhkan tanaman yaitu, mulai dari:
a. Memilih benih
Dalam memilih benih, petani
harus konsisten pada keunggulan yang bermutu tinggi sehingga dapat
menguntungkan petani benih tersebut, agar banih yang ditanam dapat menghasilkan
hasil panen dengan keuntungan tinggi pula.
b. Mengolah tanah atau lahan
Mengolah tanah atau lahan yang digunakan
untuk produksi benih harus subur dan
cukup bebas dari gulma, terutama gulma yang sulit dipisahkan dari benih yang
akan diproduksi. Agar pertumbuhan benih dapat tumbuh dengan baik.
c.
Mengairi
Pada proses pengolahan tanaman, tahap
mengairi adalah tahap yang paling penting. Karena pada tahap ini akan
menentukan pertumbuhan tanaman tersebut. Jika pada tahap pengairan kurang tepat
dan tidak sesuai, proses pertumbuhan tanamanpun akan terhambat. Begitu
sebaliknya, jika pengairan dilakukan dengan teratur maka proses pertumbuhanpun
akan normal. Pada proses pengairan, dapat dilakukan dengan dua cara baik secara
alami (air hujan) maupun dengan mengeluarkan biaya (menggunakan alat).
d. Mengendalikan gulma
Pengendalian
gulma pada tanaman untuk menghasilkan benih dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Cara ekologis menekankan pengendalian gulma melelui pengelolaan tanaman
yang baik. Misalnya penggunaan spesies yang adaptif, waktu tanam yang tepat,
pemupukan yang tepat, rotasi tanaman dari teknik panen yang tepat. Pengendalian
gulma secara kimia, memerlukan ketepatan jenis dosis, dan waktu penggunaannya.[8]
e.
Memupuk
Penggunaan pupuk yang benar
sangat penting bagi petani, agar mendapatkan hasil yang maksimum. Ketepatan
pemupukan sangat penting karena menentukan keserempakan waktu pembungaan. Dalam
hubungan tersebut, petani dapat membedakan unsur-unsur peran penting dalam
produksi benih dan hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang normal.
Proses pemupukan ini petani harus hati-hati dan tidak berlebihan dalam
penyebarannya, agar tanaman padi yang diberi pupuk tersebut dapat tumbuh dengan
baik.
f. Mengatur jarak tanam
Dalam pengelolaan tanaman,
pengaturan jarak tanah sangatlah penting, pengaturan jarak tanah dilakukan agar
pertumbuhan akar dalam tanah bisa bertumbuh dengan baik. Pengaturan jarak tanah
dapat dilakukan dengan cara mentraktor juga dengan mancangkul tanah tersebut.
Kemudian mengukurannya agar penanaman benih (padi) dapat teratur dan tumbuh
dengan baik.
g.
Memanen
Tahap
pengelolaan tanaman yang terakhir yaitu tahap memanen. Dimana memanen ini
adalah waktu untuk menetukan hasil tanaman tersebut, apakah rugi atau untung
yang didapat.
Namun
setiap tahap kegiatan tersebut memungkinkan berkembangnya hama tanaman tertentu
setelah berada di areal pertanian.
2. Menanam satu varietas terus menerus tanpa
pola
Maksud dari menanam satu varietas terus menerus tanpa pola yaitu
menanam sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk
dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah biji, dan ekspresi karakter atau
kombinasi genotype (gabungan dari
berbagai macam jenis) yang dapat membedakan dengan jenis atau
spesies yang sama, tanpa memberikan batas penanaman yang sesuai dan tanpa
diikuti dengan penerapan pola tanam.[9]
Dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimum.
Pada hamparan yang luas terdapat suatu varietas dalam semua tingkatan umur dari
penyemaian sampai tanaman siap panen. Agro ekosistem seperti ini, menyediakan
makanan dalam jumlah yang cukup bagi hama-hama tanaman sehingga hama-hama dapat
tumbuh dan berkembang biak dengan baik mencapai jumlah populasi yang merusak
atau merugikan secara ekonomi.[10]
3.
Musim
tanaman yang salah
Pada tanaman yang semusim, musim tanam di suatu
daerah tidak selalu sama, namun selalu berkaitan dengan keterbatasan air. Pada
daerah irigasi, musim tanam tergantung dari ketersediaan air pada sumber daya
saluran irigasi. Sedangkan daerah yang tidak beririgasi, musim tanam tergantung
dari kapan hujan mulai turun (musim hujan). Penanaman yang terlalu cepat,
umumnya akan menimbulkan masalah serangan hama tertentu. Namun sebaliknya, keterlambatan
penanaman dapat menghindari serangan hama tertentu. Jadi dalam hal fenologi
umur tanaman dengan serangan hama perlu dipelajari secara khusus.[11]
4.
Dampak
negatif penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida sering menimbulkan
masalah baru, seperti membunuh organisme bukan sasaran (parasitoid dan predator),
resistensi dan resurgensi hama serta parubahan fisikologi tanaman. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan populasi hama di lapangan.[12]
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis
Hama yang Ada di Persawahan Tataman
Hama
merupakan penyakit pada tanaman dan salah satunya adalah tanaman padi. Bagi
tanaman padi, hama merupakan predator yang sangat ganas dan penggangu yang
terkadang sangat sulit untuk memusnahkannya. Karena dari beberapa banyak hama
yang menyerang tanaman padi, ada sebagian hama yang bisa dimusnahkan tetapi
dapat berkembang biak lebih baik kembali dengan mudah bahkan perkembangannya
tersebut dapat menyerang tanaman padi lebih ganas dari sebelumnya.
Di Indonesia ada
beberapa jenis hama yang dapat merusak tanaman padi salah satunya adalah wereng
hijau. Dimana wereng hijau ini dapat menghancurkan ribuan hektar areal
pertanaman di Indonesia. Bahkan hama wereng hijau ini pula dapat menyebarkan virus tungro yang sangat berbahaya dan
sangat sulit untuk di sembuhkan kepada manusia.
Menurut Bapak Oo.
Suhardi, jenis-jenis hama yang sering menyerang daerah Tataman diantaranya
ganjur, wereng coklat, walang sangit, ulat gerayak, burung pipit dan keong
emas. Adapun penjelasannya, adalah sebagai berikut :
1. Ganjur
Ganjur jantan panjangnya tiga millimeter
tubuhnya kuning kecoklat-coklatan, dan tubuhnya
terdiri dari 14 segmen. Panjang tubuh betina tiga millimeter berwarna merah
kecoklat-coklatan.
Di daerah Tataman, ganjur merupakan
salah satu hama yang paling ganas setelah hama wereng dikarenakan populasi hama
ini sangatlah cepat dan dalam penyerangannyapun sangat mengkhawatirkan. Hama
ganjur ini akan muncul ketika padi berusia 40 hari (20 cm).
Dalam penyerangannya hama ganjur
menyerang pada bagian dalam batang padi sehingga padi yang terserang hama
ganjur akan berubah menjadi kering dan hangus secara menyeluruh.
Pada hakikatnya iklim memegang peran
penting dalam perkembangan populasi ganjur. Pada lahan tanaman yang awal hanya
terserang ringan oleh ganjur, tetapi tanaman padi yang ditanam setelah terjadi
serangan akan terserang lebih hebat. Di sini keadaan iklim menentukan ringan
beratnya serangan. Beratnya serangan diakibatkan oleh :
a.
Langit
terus menerus berawan dan hujan gerimis,
b.
Terlambatnya
hujan akibatnya terlambatnya pekerjaan sawah,
c.
Terlambat
tanam dan terus menerus hujan lebat, dan
d.
Terus
menerus hujan sejak ledakan pertama .
Semua butir di atas yang menyebabkan cuaca
hujan tidak normal dan terlambatnya tanam, merupakan konsekuensi untuk
terjadinya serangan berat.[13]
2. Wereng coklat
Jenis
hama ke-dua yang selalu menyerang tanaman padi daerah Tataman, adalah wereng
coklat. Di Indonesia wereng coklat merupakan wereng yang paling ganas karena
dapat menghancurkan beribu-ribu hektar tanaman padi dalam satu musim, dalam
kerugian milyaran rupiah dengan mudah dan cepat. Akan tetapi kenyataan ini
sangat bertentangan dengan kebenaran yang terjadi di daerah Tataman. Petani
daerah Tataman berpendapat, bahwa ganjurlah hama yang paling ganas dan sangat
sulit dalam pengendaliannya dikarenakan penyerangan pada bagian batang dalam
padi tersebut.
Menurut Bapak OO. Suhardi, hama wereng
coklat mulai menyerang ketika padi berusia satu bulan lima hari. Hama wereng
coklat menyerang padi pada bagian daun padi, batang padi dan titik fokusnya
pada biji padi yang baru matang susu. Sehingga pertumbuhan biji padi yang baru
matang susu tersebut tidak dapat berkembang kembali dan menyebabkan padi
menjadi tidak berisi.
Wereng coklat ini berkembang biak secara
seksual, masa pra penelurannya tiga sampai empat hari untuk berakiptera (sayap kerdil) dan tiga
sampai delapan hari untuk makroptera (sayap
panjang). Telur biasanya diletakan pada jaringan pangkal pelapah daun. Tetapi
kalau populasinya tinggi telur diletakan di ujung pelapah daun dan tulang daun.
Telur diletakan secara berkelompok satu kelompok terdiri dari 3-21 butir. Telur
wereng coklat menetas menjadi nimfa. Serangga muda mirip induknya dan
memakannyapun sama. Nimfa mengalami lima instar dan rata-rata waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa yaitu 12-82 hari.[14]
Tanaman inang utama
wereng coklat adalah padi sehingga hama ini selalu ada ketika musim tanam padi.
3. Walang Sangit
Jenis
hama ke-tiga yang selalu menyerang tanaman padi daerah Tataman adalah walang
sangit. Mengapa orang-orang menyebutnya dengan walang sangit, karena hama yang
satu ini memiliki kelebihan sendiri, yaitu selain menjadi predator pada tanaman
padi, tubuh walang sangit ini dapat mengeluarkan aroma tidak sedap jika
tersentuh oleh manusia.
Walang
sangit mulai muncul pada areal pertanian ketika mendekati musim panen. Walang
sangit menyerang pada bagian biji padi, hama ini mengisap cairan bulir padi.
Sehingga cairan bulir padi menjadi habis dan menyebabkan biji padi tak berisi
dan mengakibatkan seluruh bagian padi menjadi kering. Populasi walang sangit
setiap musim berfluktuasi (menyesuaikan diri dengan keadaan). Pada Desember
beberapa bulan setelah hujan turun di Jawa, ketika tanaman padi muda ada di
sawah, maka walang sangit dewasa ditemukan pada rumput di sekitar sawah. Walang
sangit makan dan berkembang selama musim kemarau (Juni-September) pada
rerumputan. Dalam bulan Maret pada saat tanaman padi bermalai (mulai menunduk),
walang sangit pindah kelahan tanaman padi secara bertahap dan mereka bertelur
menyelesaikan satu generasi sebelum panen. Setelah itu mereka berpindah kelahan
tanaman padi yang terlambat tanam dan berkembang. Perkembangan dan generasinya
ditentukan oleh lamanya waktu panen akibat tidak serempaknya tanam. [15]
4.
Ulat gerayak
Hama
ke-empat yang selalu menyerang daerah Tataman adalah ulat gerayak. Ulat ini
mulai menyerang pada tanaman padi ketika para petani mulai mengoyak (mengoyos)
dalam bahasa Sunda. Hama ini memakan dan memotong malai-malai atau dedaunan
yang sudah berwarna hijau tua, serangannya secara tiba-tiba menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit. Tanaman inang hama ini sangat luas yaitu mulai
tanaman padi dan rumput-rumputan.
Lama
hidup serangan ulat jantan adalah tiga hari, betinanya tujuh hari. Serangga
betina meletakkan telur sampai 232 butir. Telur diletakkan di tempat-tempat
yang sempit supaya tersembunyi. Misalnya diletakkan antara pelapah daun. Telur
akan menetas setelah tujuh sampai sembilan hari. Larva yang baru ditetaskan
berwarna putih kotor, dengan kepala agak kecoklat-coklatan. Dan panjangnya 18
milimeter. Larva-larva yang baru, menyebabkan hampir seluruh daun gugur. Mereka
berpindah dari lapangan satu kelapangan yang lainnya dan sering merusak hebat
hanya dalam satu minggu. Mereka berpindah didukung dengan tidak adanya air
tergenang di lahan tanaman. Serangga ini umumnya hama di persemaian dan jarang
merusak pada tanaman padi berumur enam sampai tujuh minggu. Umumnya larva ditemukan
pada tanaman berumur kurang dari 20 hari. [16]
5. Burung pipit
Hama
selanjutnya yang menyerang area pertanian daerah Tataman yaitu burung pipit.
Hama ini akan menyerang ketika padi sudah berisi, bagi para petani hama ini
tidak cukup mengkhawatirkan karena hama ini hanya memakan biji padi saja dan
tidak sampai menghancurkan tanaman padi tersebut. Kerugian yang didapat ketika
padi terserang burung pipit, tidak cukup tinggi atau hanya sedikit. Berbeda
dengan hama-hama lainnya yang dapat menghancurkan dari keseluruhan tanaman padi
sehingga kerugian yang didapat para petani cukuplah besar dan mengkhawatirkan.
6. Keong emas
Hama
yang terakhir yang menyerang area persawahan daerah Tataman, yaitu keong emas.
Hama ini mulai menyerang ketika para petani sudah bercocok tanam dan para
petani tidak terlalu khawatir karena hama ini hanya memakai daun padi dan tidak
sampai menghancurkan tanaman padi tersebut.
B. Dampak
Hama Pada Tanaman Padi
Seperti
telah disinggung di atas jenis-jenis hama yang berada di daerah persawahan
Tataman, masing-masing memiliki dampak yang sama-sama dapat merusak tanaman
padi dan sangat merugikan pada areal pertanian.
Menurut
Bapak OO. Suhardi, dampak hama pada tanaman padi yang sering terjadi akibat
serangan hama yang selalu menyerang daerah Tataman, adalah :
1. Seluruh bagian padi menjadi hangus
Hama
ganjur menyerang tanaman padi pada bagian dalam batang padi sehingga zat-zat
yang terkandung pada tanaman padi dihisap oleh hama ganjur, selain menghisap
zat-zat yang terkandung dalam tanaman padi ganjur inipun mengeluarkan sesuatu
seperti cairan racun yang dimiliki hama ganjur. Lalu disebar pada bagian padi
secara menyeluruh sehingga mengakibatkan seluruh bagian padi hangus.
2. Biji padi menjadi tidak berisi
Dampak
ini terjadi akibat serangan hama wereng cokelat. Hama wereng cokelat termasuk
serangga bertipe r-strategis artinya:
a) Populasi serangga dapat menemukan habitatnya
dengan cepat;
b) Berkembang biak dengan cepat dan mampu
menggunakan sumber makanan dengan baik, sebelum serangga makanan lain ikut berkompetisi;
dan
c) Mempunyai sifat menyebar dengan cepat
kehabitat baru, sebelum habitat yang lama tidak berguna lagi. [17]
Sehingga
padi yang terserang hama ini mudah hancur dengan waktu yang sangat singkat.
Kalaupun tidak hancur, padi yang akan dipanen tidak akan mendapatkan hasil yang
diinginkan karena biji padi yang dipanen tidak berisi.
3. Daun padi mengering
Dampak ini terjadi akibat serangan hama
walang sangit. Hama ini menyerang tanaman secara berkelompok, dan terus-menerus
pada bagian batang padi. Titik fokus penyerangannya pada daun padi sehingga
mengakibatkan tanaman padi menjadi kering.
4. Daun padi menjadi rusak
Dampak
ini terjadi akibat serangan ulat gerayak. Karena hama ini menyerang padi dengan
cara makan daun, sehingga daun padi menjadi rusak. serangan hama ini sering
teradi secara tiba-tiba dan berkelompok selain mengakibatkan daun padi menjadi
rusak, hama ini juga dapat membuat daun menjadi kering dan mati.
Dari
semua dampak di atas pada hakikatnya dapat mengakibatkan kerugian yang
sangat besar baik kerugian secara
ekonomi, maupun secara tenaga.
C. Cara
Mengatasi Hama
Dari
semua dampak-dampak yang telah disebutkan, ada beberapa cara agar dampak
tersebut dapat teratasi dan padi terhindar dari serangan hama. Adapun cara yang
digunakan para petani daerah Tataman untuk mengatasi hama, yaitu :
1. Dengan Menggunakan Pestisida (zat kimia)
Maksudnya
menggunakan zat kimia untuk mengendalikan hama tanaman kita agar tanaman kita
bebas dari serangan hama. Berdasarkan hamanya seperti yang telah disebutkan di
atas, pestisida dapat dikelompokan antara lain:
a.
Insektisida
(pada hama serangga)
b.
Rondentisida
(pada hama binatang pengerat, seperti tikus)
c.
Avisida
(pada hama burung);
d.
Mollusida
(pada hama bekicot/keong=binatang lunak);
e. Herbisida (pada jasad pengganggu jenis gulma
atau jenis jasad pengganggu non gulma pada tumbuhan tingkat tinggi).[18]
Biasanya
para petani Tataman mendapatkan obat-obatan
untuk membasmi hama tanaman padi di toko dekat Balai Desa
2.
Dengan menggunakan orang-orangan sawah
Cara ini dikhususkan hanya untuk serangan
burung pipit. Biasanya para petani menempatkan orang-orangan sawah di
pertengahan atau di pinggir-pingir sawah bertujuan untuk menghindri burung
pipit hinggap ketangkai padi.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Padi
merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan di Indonesia. Padi yang telah diolah
menjadi nasi, merupakan bahan pokok utama bagi penduduk Indonesia. Di
Indonesia, padi tumbuh dengan baik dan
dapat tumbuh di tanah aluvial (padi sawah) maupun tanah kering (padi huma).
Padi
merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun
terutama mengacu pada tanaman budidaya, yang bisa disebut sebagai padi liar.
Pada hakikatnya, padi merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan dalam
pertanian Indonesia. Padi merupakan salah satu tanaman yang berperan aktif pada
kebutuhan primer penduduk Indonesia.
Tetapi
padi merupakan salah satu tanaman yang mudah terserang oleh penyakit (hama).
Hama adalah organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian
tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan mati.
Penyebab
munculnya hama bisa terjadi dikarenakan pengelolaan tanah kurang baik, menanam
satu varietas terus menerus tanpa pola, musim tanam kurang baik dan dampak
negatif penggunaan pestisida.
Akibat
serangan hama tersebut, akan terjadi dampak-dampak yaitu dapat mengakibatkan
kerugian kepada petani, baik kerugian tenaga maupun biaya. Beberapa dampaknya,
seperti : seluruh bagian padi menjadi hangus dan mengering, biji padi menjadi
tidak berisi dan daun padi menjadi rusak parah sehingga mengakibatkan tanaman
padi itu menjadi mati. Dari keseluruhan dampak tersebut, kini para petani telah
mengetahui cara mengatasi agar padi tidak terserang hama kembali yaitu dengan
menggunakan pestisida.Berdasarkan pada hamanya, Pestisida dapat dikelompokan
tergantung pada hama yang menyerang, seperti : insektisida, rodentisida,
avisida, mollusida, dan nematisida. Bisa juga dengan menggunakan orang-orangan
sawah, yang dikhususkan untuk burung pipit.
B. Saran-saran
Penulis
memberikan saran yang ditunjukan kepada :
1. Para petani, agar dapat menetralisir serangan
hama pada tanaman padi, lebih mengetahui penyakit-penyakit yang menyerang pada
tanaman padi dan cara mengatasinya
2. Pemerintah, menjamin ketersediaan obat dan
pupuk guna membantu para petani menghilangkan
penyakit pada tanaman padi
3. Pembaca, senantiasa selalu belajar dan tak lupa
akan pentingnya pengetahuan tentang pertanian agar dapat mengetahui
perkembangan tanaman padi yang ada di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki. 1992.Berbagai Hama Serangga Tanaman padi.
Bandung: Angkasa
Djafaruddin.
2001. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Jakarta: Bumi Aksara
Heddy, suwarsono.
1987. Ekofisiologi Pertanian. Bamdung:
Sinar Baru Algensindo
Munisjah, Qamara
Wahyu dan Setiawan, Asep. 1991. Produksi
Benih. Jakarta: Bumi Aksara
[1] Ir. Suwasono Heddy. Ekofisikologi
Pertanaman, Sinar Baru, Bandung, 1987, hal.29.
[2] Http://googleweblight.com
senin 20 september, 2016, 11.30
[3] Dr. Baehaki, S.E. Berbagai
Hama Serangga Tanaman Padi ,Angkasa 1992, Bandung, hal.02.
[4] resikopenyakit.blogspot. Co.id>Home>Kesehatan. Kamis 23
september 2016, pm:10.15
[5] Prof. ir. Djafaruddin.
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman , PT Bumi Aksara, 2001, Bandung, hal.18
[6] Id.Wikipedia. Org/wiki/padi. Selasa 28 september 2016,pm:09.30
[7] Tnimedia.blogspot.com, rabu 12 oktober 2016, pm:10.30
[8] Dr. ir. Wahju Qamara Mugnisjah, MA gr, dan Ir Asep Setiawan,MS, Produksi Benih, Bumi Aksara, 2001,
Jkarta, hal. 06.
[9] www.lepank.com>home>lain-lain>pelajaran
[10] Tanimedia.blogspot.com Rabu 12 oktober 2016 pm.10.30
[11]Tanimedia.blogspot. com Rabu 12 oktober 2016 pm .10.30
[12] Tanimedia.blogspot. com rabu 12 0ktober 2016 pm.10.30
[13] Dr. Ir. Baehaki,S.E Berbagai
Hama Serangga Tanaman Padi, Angkasa, 1992,
Bandung,hal. 100
[14] Dr. Ir. Baehaki,S.E Berbagai
Hama Serangga Tanaman Padi, Angkasa, 1992, Bandung,hal. 6-7
[15] Dr. Ir. Baehaki,S.E Berbagai
Hama Serangga Tanaman Padi, Angkasa, 1992, Bandung,hal 114
[16] Dr. Ir. Baehaki,S.E Berbagai
Hama Serangga Tanaman Padi, Angkasa, 1992, Bandung,hal 115
[17] Dr.Ir.Baehaki,S.E Bebagai
Hama Serangga Tanaman Padi.Angkasa
,1992, Bandung,hal.02.
[18] Prof.Ir.Djaparuddin. Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman,PT Bumi Aksara, 2001, Bandung, hal.79-80
No comments:
Post a Comment