BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk
ciptaan Allah yang sempurna yang memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama
antara yang satu dengan yang lain. Kedudukan yang sama itu bersumber dari
pandangan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya
dibanding makhluk lain, yang membedakan nantinya
adalah tingkatan ketaqwaan manusia tersebut terhadap Allah SWT atau manusia
adalah makhluk sosial yang mempunyai rasa cinta terhadap sesama makhluk yang lainnya
karena cinta adalah sebuah anugerah Allah pada setiap makhluk-Nya tanpa
terkecuali. Atau cinta adalah sebuah fitrah yang ada pada setiap makhluk, cinta
tidak memandang apapun dan siapapun. Ia akan hinggap pada tiap-tiap makhluk
dengan cara sendiri.
Dalam kehidupan
sehari-hari, cinta selalu mengambil bagian sekecil apapun peluang yang ada.
Cinta tidak pernah membuang kesempatan yang ada di hadapannya selagi ia bisa
mengambil bagian tersebut, ia akan mencoba untuk memaksimalkan kesempatan
tersebut.
Islam memandang cinta
sebagai salah satu wujud dari iman. Cinta dalam Islam menjadi salah satu alat
untuk dapat mengimani Allah beserta lima komponen iman lainnya. Ketika seorang
muslim tengah jatuh cinta kepada Allah, maka komponen iman lainnya secara
perlahan turut serta atas rasa cinta yang tumbuh pada diri seorang muslim
tersebut.
Seperti yang kita
ketahui, bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari cinta. Banyaknya
penyair, pencipta lagu, dan ahli-ahli agama yang mencoba mendefinisikan apa arti cinta yang
sebenarnya, cinta sesama manusia dari sudut pandang Islam. Terutama dalam
kaitannya pada cinta antara laki-laki dan perempuan. Kita sering mendengar dan
menyaksikan dalam kehidupan nyata di televisi dan film-film lainnya, bahwa
seseorang jatuh cinta setelah melihat kecantikan atau ketampanan orang lain.
Dalam Al-Qur’an cinta
adalah sebagai fitrah manusia. Dengan adanya rasa cinta, manusia dapat
memandang segala sesuatu menjadi indah. Allah SWT telah menerangkan kepada kita
bahwa Allah telah memberi rasa cinta kepada manusia sehingga manusia cenderung
memandang segala sesuatu menjadi indah.
Dari latar belakang
masalah di atas penulis tertarik mengangkat
sebuah judul karya tulis ilmiah yaitu “Cinta Dalam Pandangan Agama Islam”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan usaha untuk
menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab
dan dicarikan jalan pemecahan masalahnya. Rumusan masalah merupakan suatu
penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Rumusan masalah
merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang
akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan perumusan masalah.[1]
Dari uraian di atas terdapat
beberapa masalah yang dapat dikaji dan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana cinta menurut Para Tokoh Islam?
2. Bagaimana cinta menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana cinta menurut Al-Hadits?
C.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan
adalah sebagai bahan melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya
dalam bentuk tulisan ilmiah, yang sistematis dan metodologis. Membutuhkan etos
ilmiah di kalangan
siswa, sehingga tidak hanya menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya
tulis dalam ilmu pengetahuan. Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang
dimiliki siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya
ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari
sekolahnya. Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.[2]
Berdasarkan uraian di atas terdapat
beberapa tujuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah yaitu:
1.
Untuk
mengetahui cinta menurut Para Tokoh Islam
2.
Ingin
mengetahui cinta menurut Al-Qur’an
3.
Ingin
mengetahui bagaimana cinta menurut Al-Hadits
D.
Sistemtika
Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
B.
Perumusan
Masalah
C.
Tujuan
Penulisan
D.
Sistematika
Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Cinta
Menurut Bahasa
B.
Cinta
Menurut Ajaran Agama Islam
C.
Cinta
Menurut Para Ahli
BAB III PEMBAHASAN
A.
Definisi
Cinta Menurut Para Tokoh Islam
B.
Cinta
Menurut Al-Qur’an
C.
Cinta
Menurut Al-Hadits
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Cinta
Menurut Bahasa
Cinta adalah suatu perasaan yang
positif dan diberikan pada manusia, bisa
dialami semua manusia. Penggunaan kata cinta juga sangat dipengaruhi oleh
perkembangan semasa kemudian perkataan cinta itupun senantiasa berubah arti
menurut tanggapan, pemahaman, dan penggunaan didalam keadaan, kedudukan dan
generasi masyarakat yang berbeda, sifat cinta dalam pengertian abad ke-12
mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan
untuk meluapkan perasaan seperti berikut :
1.
Perasaan
terhadap keluarga
2.
Perasaan
terhadap teman-teman
3.
Perasaan
yang romantis
atau juga disebut juga dengan asmara
4.
Perasaan
yang hanya merupakan kemauan, keinginan, hawa nafsu atau cinta eros
5.
Perasaan
sesama atau juga disebut kasih
sayang atau agape
6.
Perasaan
terhadap sebuah konsep tertentu
7.
Perasaan
terhadap negaranya atau patriotisme
8.
Perasaan
terhadap bangsa atau nasionalisme
Secara terminologi, penggunaan
istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi oleh
perkataan love (dalam Bahasa Inggris). Love digunakan dalam semua
amalan dari arti untuk eros, philia, agape dan stroge. Namun
perkataan-perkataan yang sesuai masih ditemui dalam Bahasa Serantau (Malaysia)
dan dijelaskan sebagai berikut :
1. Cinta yang lebih cenderung kepada romantis,
asmara dan hawa nafsu (Eros)
2. Sayang yang lebih cenderung kepada
teman-teman dan keluarga, (Philia)
3. Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga
dan Tuhan, (Agape)
4. Semangat nusa yang lebih cenderung kepada
patriotisme, nasionalisme dan narsisme, (Stroge)
Secara etimologi, ada beberapa
Bahasa termasuk Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan
beberapa Bahasa mutakhir di Eropa
terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep cinta termasuk
juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep. Yaitu eros,
philia, dan agape.
Cinta adalah perasaan simpati yang
melibatkan emosi yang mendalam. Ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
1.
Pengenalan
2.
Tanggung
jawab
3.
Perhatian
4.
Saling
menghormati
Erich Fromm dalam buku larisnya (the
art of loving) menyatakan bahwa ada empat gejala dalam mewujudkan cinta
yaitu : care, responsibility, respect dan knowledge (CRRK), muncul
semua secara seimbang di dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika
seseorang mengatakan mencintai anaknya tetapi tidak pernah mengasuh dan tidak
ada tanggung jawab kepada anak,
sementara itu tanggung jawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat yang
sesungguhnya, dan tanpa ingin mengenal lebih akan menjerumuskan para orang tua, guru rohaniawan dan lain-lain
pada sifat otoriter.
Ekspresi cinta dapat termasuk kepada
jiwa’ atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta
makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan dan
lain-lain. Cinta lebih kearah konsep abstrak, karena lebih mudah dialami dari
pada dijelaskan.[3]
Cinta dalam bahasa Arab ialah mahabbah
berasal dari “habbah” yang berarti benih-benih atau biji yang jatuh ke
bumi di Padang Pasir. Mahabbah dikatakan dari kata itu, karena
tersembunyi di dalam tanah, dihujani oleh terpaan angin, hujan dan sengatan
matahari, disapu oleh cuaca panas dan dingin, benih-benih itu tidak rusak oleh
perubahan musim, namun justru tambah berakar berbunga dan berbuah. Demikian
halnya cinta sejati, yang
tidak lupuk dengan sengatan mentari dan guyuran hujan, tak lekang oleh
perubahan musim dan tak hancur berantakan oleh terpaan angin. Adapun menurut
istilah cinta adalah hubb dari
kata al-habu yang berarti anting-anting, kita tahu anting-anting yang
menempel di telinga itu selalu bergerak. Dia tidak pernah diam dan tidak pernah
tenang. Orang-orang yang sedang dilanda cinta juga tidak pernah tenang hatinya.
Hamba yang cinta kepada Allah,
maka ia tidak bisa tenang sebelum ia berdzikir kepada-Nya, sebelum ia
memuji-Nya dan berbuat baik untuk mengabdi kepada-Nya, karena pengabdian yang
tulus dan ikhlas tanpa pamrih, maka hatinya pantang berselingkuh (musyrik)
dengan sesama manusia. Ada juga yang
mengatakan bahwa cinta diambil dari kata hubb (gelembung air) yang
selalu berada dipermukaan. hal itu karena cinta merupakan puncak segalanya di
dalam hati.
B.
Cinta
Menurut Ajaran Agama Islam
Islam adalah agama yang sempurna karena
segala persoalan yang ada di dunia ini termasuk semua bentuk perbuatan manusia
telah diatur di dalamnya. Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT. Untuk dijadikan
pedoman hidup bagi manusia baik yang berkaitan hubungan manusia dengan Allah (hablum
minallah) maupun manusia dengan manusia (hablum minannas). Berikut
pembahasan cinta menurut ajaran agama Islam yaitu cinta adalah hasrat yang
dimiliki oleh setiap manusia, dimana timbul rasa ingin memiliki atau rasa suka
dalam dirinya, cinta dalam pandangan
agama, mencintai hal yang sangat berarti bagi diri kita sepanjang hidup
manusia, kasih dimana sesuatu yang dimiliki hal yang sangat berarti untuk
saling menghargai antara sesama manusia.
Cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap
objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih
sayang, membantu, menuruti perkataannya, patuh dan mau melakukan apapun yang
diinginkan objek tersebut.
Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan
oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling mencintai, saling memiliki,
saling memenuhi, saling pengertian.
Cinta tidak dapat dipaksakan, cinta juga datang secara tiba-tiba. Cinta memang
sangat menyenangkan, tapi kepedihan yang ditinggalkannya kadang berlangsung
lebih lama dari cinta itu sendiri.
Ada yang berpendapat bahwa etika
cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Disatu pihak,
cinta didengung-dengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian dunia, tetapi
dilain pihak, dalam praktek kehidupan, serta sebagai dasar hidup jauh dari
kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia. Tidak kurang
seorang Nabi yang bernama Ibrahim yang mendapat kritik tentang cinta. Suatu
saat Ibrahim mendambakan seorang anak. Setelah lahir anak yang dicintainya
(Ismail), ternyata cinta Ibrahim kepada anaknya dapat menggeser cintanya kepada
pencipta-Nya sehingga Tuhan mencobanya dengan menyuruh Ibrahim menyemblih
anaknya. Perintah ini menimbulkan konflik dalam diri Ibrahim. Siapa yang harus
dicintai Ibrahim. Apakah Tuhan atau anaknya.
Dari cuplikan peristiwa di atas
memberikan indikasi kepada kita bahwa cinta itu harus proporsional dan adil, jangan
melupakan diri karena cinta untuk itu agama memberikan tuntunan tentang cinta.
Cinta menurut ajaran agama ada beberapa perbedaan dalam makna cinta menurut
kajian filsafat. Konsep cinta menurut agama, sifatnya lebih realitas dan operatif,
sedangkan dalam konsep filsafat gambarannya bersifat abstrak. Dalam agama,
cinta adalah suatu dinamisme aktif yang berakar dalam kesanggupan kita untuk
memberi cinta dan menghendaki perkembangan dan kebahagiaan orang yang dicintai.
Apabila ada orang yang egois tidak dapat mencintai orang, sesungguhnya ia
sendiri tidak dapat mencintai dirinya sendiri.[4]
C.
Cinta
Menurut Para Ahli
Cinta adalah kata yang sangat familiar
di telinga kita. Bahkan dikalangan anak muda (termasuk anak-anak kecil), kata
cinta sangat sering mereka dengar atau katakan.
Kata cinta menurut kamus besar
Bahasa Indonesia merupakan wakil dari perasaan kasih, sayang, atau rindu yang
sangat mendalam. Namun dalam konteks atau kadar kalimat tertentu, ia bisa juga
mewakili perasaan sedih.
Cinta adalah salah satu sumber
kekuatan unik dalam diri manusia. Ia menjadi tenaga penggerakan hati dan jiwa
yang akan menghasilkan sikap perbuatan dan prilaku.[5]
Ada beberapa pengertian cinta
menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Scott Peck : Menurut Scott Peck cinta itu
adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara
pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain. Bila kita
mencintai seseorang, cinta kita dapat membuktikan atau diwujudkan hanya dengan
cara pengarahan tenaga kita sendiri, yaitu dengan kenyataan bahwa demi
seseorang yang kita cintai atau demi diri kita sendiri, kita melakukan suatu
langkah ekstra atau berjalan bermil-mil. Cinta bukan tanpa usaha, sebaliknya
cinta itu penuh dengan usaha.[6]
Diantara sekian banyak perasaan yang harus disiplin adalah
perasaan cinta. Perasaan cinta tidak dengan sendirinya menjadi cinta sejati,
tetapi masih berupa perasaanlah dihargai dan dikembangkan agar daya kreatif
yang dimilikinya dapat dipergunakan dengan baik. Tetapi bila perasaan ini
dibiarkan merajarela, maka hasilnya bukanlah cinta sejati, melainkan kekacauan,
sehingga menjadi tidak produktif, karena cinta sejati itu meliputi pengembangan
diri, dalam pengembangan diri tentu saja dibutuhkan tenaga (atau kekuatan) yang
besar.
Cinta yang sejati bukanlah perasaan
meluap-luap yang menguap atau diukur dalam waktu yang singkat, tetapi cinta itu
membutuhkan suatu proses. Cinta tak bisa diuji dalam keburu-buruan. Cinta
membutuhkan pengenalan dan pengalaman yang panjang.
2. Erich Fromm : Cinta adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan
maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang
lain ataupun cinta sebagai sesuatu yang aktif yang dapat menyatukannya dengan
orang lain. Menurut Erich Fromm
konsep cinta itu terdiri dari empat unsur, yaitu :
a. Care
(perhatian), sangat diperlukan dalam prilaku yang disebut cinta, agar dapat
memahami kehidupan, perkembangan maju mundur, baik buruk dan bagaimana
kesejahteraan objek yang dicintainya.
b. Responsibility
(tanggung jawab) : tanggung jawab diperlukan dalam menjalin hubungan. Sebab
tanpa adanya tanggung jawab tidak akan ada pembagian yang seimbang. Tanggung
jawab di sini bukanlah untuk mendikte objek yang dicintai sekehendak kita, tapi
bagaimana keterlibatannya dalam kehidupan objek yang dicintai.
c.
Respect
(hormat): hal ini menekankan bagaimana menghargai dan menerima objek yang
dicintai apa adanya dan tidak bersikap sekehendak hati.
d. Knowledge (pengetahuan)
: pengetahuan diperlukan untuk mengetahui seluk beluk yang dicintai. Dengan
demikian kita dapat membidik
yang kita incar, dengan kata lain tak kenal maka tak sayang. Bila objek yang
kita didik adalah manusia, maka harus kita kenali dan pahami bagaimana
kepribadiannya. Latar belakang yang membentuknya dan kecendrungan dirinya.[7]
3. Erich H. Ericson dalam pase perkembangan
Ericson : Cinta adalah kesetian yang
masak sebagai dampak dari perbedaan antara pria dan wanita. Cinta disamping
bermuatan intimasi juga dibutuhkan sedikit isolasi karena masing-masing parent
tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. (Alwisol, 2009: 101).[8]
4. Menurut Abdullah Nashih Ulwana : Cinta adalah perasaan jiwa
dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan
penuh gairah, lembut, dan kasih sayang.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Cinta Menurut Para Tokoh Islam
Ada beberapa
pengertian cinta menurut para tokoh Islam yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Menurut Rabi’ah Al-Adawiyah
Cinta adalah ungkapan
kerinduan dan gambaran perasaan yang terdalam. Siapapun yang merasadannya,
niscaya adan mengenalnya. Namun siapa yang mencoba untuk menyifatnya, pasti adan
gagal, atau cinta seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Atau cinta itu
adalah rindu dan pasrah seorang hamba kepada Allah, seluruh ingatan dan
perasaan hanya kepada-Nya. Cinta suci dan murni yang merupadan puncak tasawuf
menurut Rabi’ah lebih tinggi daripada rasa takut (khawf) pengharapan (raja’).
Cinta suci murni itu tidak mengharapkan apa-apa.[9]
2. Menurut Ibnu Daud Azh-Zhahiri
Ada beberapa penyair
yang berpendapat mengenai cinta bahwa cinta pada mulanya terjadi dari
penglihatan dan pendengaran. Kemudian bila Allah menghendaki kita untuk dapat
selalu mengingat-ingat apa yang mungkin diakibatkan oleh pendengaran dan
penglihatan. Lantas kenapa bisa terjadi cinta dan bagaimanaa? Bagi orang awam
keberadaan cinta tidak terlalu menjadi perhatian mereka, sedangkan bagi
orang-orang yang ahli dalam cinta mereka selalu mempertanyadan sebab
musababnya.
Imam Muhammad Ibnu
Daud Azh-Zhahiri berpendapat bahwa cinta yang hakiki adalah tidak berpikir
untuk mencintai selain kekasihnya dan tidak mengharapkan ketenangan kecuali
dari orang yang telah menyiksanya.
3. Imam Ibnu Hazm
Cinta adalah sesuatu yang
permulaanya seperti sebuah senda gurau dan akhirnya merupadan keseriusan.
Karena keagungannya, arti cinta sangat rumit untuk digambarkan, tidak ada nada
yang dapat menemukan hakikatnya cinta kecuali setelah bersusah payah (dengan
pengorbanan), cinta itu pertautan antara bagian-bagian jiwa yang terbagi pada
asal unsurnya yang luhur, cinta itu kesepadatan rohani dan pencampuran jiwa.
Imam Ibnu Hazm berpendapat bahwa
cinta adalah suatu rasa emosional yang ada dalam diri manusia yang harus
ditunjukan dengan pengorbanan.
4. Cinta Menurut Imam Jauzi
Cinta adalah kecondongan jiwa yang
sangat kuat kepada satu bentuk yang sesuai dengan tabi’atnya, maka jika
pemikiran jiwa itu kuat mengarah kesana, ia adan selalu mengharapkan. Oleh
karena itu pula biasanya penyakit baru yang adan selalu muncul bagi orang yang
sedang jatuh cinta.
Para ahli dibidang ilmu hikmah yang
telah mengatadan bahwa cinta tidak adan terjadi kecuali bagi yang memiliki
kesamaan dan cinta itu berkurang atau bertambah sesuai dengan kadar kecocokan.
5. Imam Ibnu Qayyim
Imam Ibnu Qayyim mengatadan bahwa
faktor yang mendorong dalam masalah cinta terkadang yang dimaksudkan adalah perasaan
yang diikuti kehendak dan ketertarikan. Hal ini ada dalam diri seseorang yang
sedang jatuh cinta terkadang dimaksudkan juga sebagai sebab yang karenanya
dapat ditemukan cinta dan perasaan tergantung dengannya.
6. Imam Al-Ghazali
Sebuah cinta tidak dapat tumbuh kecuali
setelah mengetahui dan benar-benar tahu siapa yang dicintai itu, karena bagaimanaapun
sebuah kemustahilan jika manusia tiba-tiba mencintai kepada orang yang belum
pernah ditemui sebelumnya.
Cinta
menurut Imam Ghazali adalah min khosoyishil mudriq (hanya orang-orang
yang tertentu yang dapat menemukan cinta). Cinta sebuah ungkapan tentang
kecendrungan watak seseorang kepada sesuatu yang bisa memancarkan sebuah
kelezatan, dan apabila kemudian kelezatan itu semakin bertambah dan semakin
kuat maka itulah yang disebut sebagai sebuah kerinduan adan adanya cinta. Ada
beberapa sebab yang membuat manusia dapat merasadannya cinta dan mencintai
yaitu sebagai berikut :
1.
Kecintaan
manusia karena dirinya sendiri, cinta kepada kesempurnaan dirinya.
2.
Kecintaan
manusia karena seseorang dan sesuatu yang berbaik hati atau berjasa kepada dirinya.
3.
Kecintaan
manusia karena seseorang yang berbaik hati kepada dirinya dihadapan pandangan
orang lain. Walaupun tidak secara langsung kepada dirinya.
4.
Kecintaan
manusia karena sesuatu yang mempunyai unsur keindahan.
5.
Kecintaan
manusia karena sesuatu dan seseorang yang memang ada tali pengikat antara
keduanya.[10]
Dari kelima sebab yang dijelaskan
oleh Imam Ghazali dapat disimpulkan yaitu bahwa tidak adan kita temui kesempurnaannya
cinta kecuali menyandarkan semuanya
kepada Allah karena yang dapat memenuhi dari kelima cinta itu hanyalah Allah,
dari sinilah tidak ada yang berhak atas cinta manusia kecuali Allah.
B.
Cinta
menurut Al-Qur’an
Kata cinta dalam Al-Qur’an disebut Hubb
(Mahabbah) dan Wudda (Mawaddah), keduanya memiliki arti yang sama
yaitu menyukai, senang, dan menyayangi.
Sebagaimanaa dalam Q.S Surah Ali-imran ayat 14:
Artinya : dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga).
Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah
binatang-binatang yang Termasuk jenis
unta, lembu, kambing dan biri-biri.[11]
Dalam ayat di atas hubb suatu
naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun
manusia durjana. Adapun wudda dalam Qur’an Surah Maryam ayat 96 berikut:
Artinya : Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah,
adan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.[12]
Jadi wudda (kasih sayang)
diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal soleh manusia.
Dalam Fiil Gharibil Qur’an
dijelaskan hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan wudda
adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak adan teraih oleh manusia kecuali
Allah menghendakinya, hanya Allah yang adan memberikan cinta-Nya kepada hamba
yang dikehendaki-Nya. Allah yang adan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu
belanjakan seluruh kekayaan kamu yang ada di bumi, niscaya kamu tidak adan
mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendaki-Nya. Oleh karena itu
teraihnya cinta wudda pada pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani
pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada Sang Maha Pemilik cinta maka
adan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.
Cinta itulah yang tidak adan luntur
sampai hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta yang atas nama
Allah, mencintai sesuatu atau seseorang itu hanyalah untuk Allah.
Adapun dalam Kamus besar Bahasa
Indonesia mahabbah ialah perasaan kasih sayang, lupa adan kepentingan
diri sendiri karena mendahulukan cintanya kepada Allah.[13]
Kata Mahabbah berasal dari
kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan yang berarti mencintai secara mendalam
atau kecintaan
Kata “cinta” dalam Al-Qur’an sebagaimanaa
disebutkan dibeberapa surat atau ayat yaitu sebagaimana dalam surah Ar-Rum ayat : 21 berikut:
Artinya : Dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir[14].
Berikut ada beberapa pengertian
cinta menurut Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut :
1. Cinta Mawaddah, yang berarti cinta
atau keintiman; yaitu jenis cinta yang menggebu-gebu, membara, dan menggemaskan. Atau cinta mawaddah
dalam bahasa bisa diartikan cinta atau sebuah harapan. Kata cinta mawaddah
ini juga ada pada Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat
: 21
Artinya : Dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.[15]
Maksud
dari ayat di atas Allah akan menjadikan diantara manusia rasa kasih dan sayang
dan Allah adan menciptadan pasangan-pasangan untuk manusia dari jenis manusia
itu sendiri, agar manusia merasa tentram kepadanya. Semua manusia adan merasadan
kasih dan sayang karena itu adalah benar-benar kebesaran Allah bagi kaum yang
berfikir, kemudian jika salah seorang memiliki cinta jenis mawaddah,
ingin selalu berdua, tidak mau berpisah dan ingin memuaskan dahaga cintanya ia
ingin memonopoli cintanya, dan hampir tidak bisa berpikir yang lainnya.
2. Cinta Rahmah yang berarti kasih sayang
yaitu cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap untuk berkorban, dan siap
untuk melindungi, yang
termasuk cinta rahmah adalah cinta antara orang yang bertalian darah,
terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu, maka dalam
Al-Qur’an, kerabat disebut al arham, yakni orang-orang yang memiliki
hubungan kasih
sayang secara fitri, yang
berasal dari gaiba kasih sayang seorang ibu, disebut rahim (dari
kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim, kemudian diantara
orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk silaturahim, artinya
menyambung tali kasih sayang. Orang
yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya
dibandingkan terhadap diri sendiri. Karena baginya yang terpenting adalah
kebahagiaan sang kekasih meski untuk ia harus menderita, ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya.
3. Cinta mail yang berarti condong, miring,
ataupun cenderung, yaitu cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga
menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan.
Cinta mail ini didalam Al-Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana
ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda, adapun dalam firman Allah SWT
berikut:
Maksud
dari ayat di atas yaitu jika mencintai seseorang itu janganlah terlalu
cenderung (kepada seseorang yang kamu cintai sekarang ini) dan bisa cenderung
kamu mengabaikan kepada cinta yang lama.
4. Cinta Syaghaf
yaitu cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil, dan memabukan. Orang yang
terserang cinta syaghaf, bisa menjadi orang gila, lupa diri, dan bahkan
hampir tidak pernah menyadari apa yang pernah dilakukannya, karena cintanya
sangatlah dalam, sebagaimanaa dalam Qur’an Surah Yusuf ayat 30 berikut
Artinya : Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya
itu adalah sangat mendalam. memandangnya dalam.[17]
Al-Qur’an menggunakan term ini, syaghaf itu
karena mengkisahkan bagaimana dengan cintanya, seperti cinta Zulaikha isteri
pembesar Mesir
kepada bujangannya yaitu Yusuf.
5. Cinta Ra’fah yang berarti rahmat,
pemberian maaf, kasih sayang,
kasihan, keagungan, kebaikan, dan keramahan. Yaitu rasa kasih sayang yang dalam
hingga mengalahkan norma-norma kebenaran. Misalnya seorang Ibu yang kasihan
kepada anak untuk membangunkannya untuk melaksanakan kewajibannya yaitu shalat.
Membela anak meskipun salah. Al-Qur’an menyebut term ini ketika mengingatan
agar janganlah memiliki jenis cinta seperti cinta ra’fah karena cinta ra’fah
itu menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah. Dalam hal ini, kasus
hukuman bagi pezina. Bagaimanaa dalam surah An-Nur : 2
Pencinta
ra’fah mendudukan cintanya kepada mahluk lebih tinggi daripada cintanya
kepada Allah. Karena cintanya selalu kasihan dan akhirnya membolehkan
terlanggarnya perintah Allah atas-Nya. Cinta ra’fah menghasilkan rasa
tidak tega, kasihan, dan melonggarkan peratuaran Allah yang tidak seharusnya dilakukan.
6. Cinta Shabwah, yaitu cinta buta, cinta
yang mendorong prilaku menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Qur’an menyebut
istilah ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdo’a agar dipisahkan
dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon untuk di masukan ke
penjara). Sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam
perbuatan bodoh, bagaimana diterapkan dalam Surah Yusuf ayat 33 berikut ini :
Artinya : Yusuf
berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajadan
mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka,
tentu aku adan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku
Termasuk orang-orang yang bodoh."[19]
Orang yang terjangkit cinta shobwah bisa
tergelincir pada perilaku-perilaku yang tidak dibolehkan oleh agama maupun
norma moral pada umumnya.
7. Cinta Syauq (rindu) istilah cinta syauq
ini bukan dari Al-Qur’an tetapi dari hadits yang menafsirkan Al-Qur’an. Dalam
Surah Al-Ankabut ayat 5 berikut :
Artinya :
Barangsiapa yang mengharap Pertemuan dengan Allah, Maka
Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. dan Dialah yang
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.[20]
8. Cinta kulfah yaitu perasaan cinta yang
disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti
orang tua yang menyuruh anaknya untuk menyapu, membersihkan kamarnya sendiri,
meskipun ada pembantu. Jenis cinta ini disebut dalam Al-Qur’an ketika menyatadan
bahwa Allah tidak membebani seseorangan kecuali sesuai dengan kemampuannya, bagaimanaa
dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 286 berikut :
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa cinta adan menjadi berkah bila diletakkan pada
tempatnya, cinta mawaddah dan rahmah adalah cinta yang membawa
keberkahan karena dilakukan didalam sebuah lembaga pernikahan yang disyariatkan dalam agama Islam. Para
pelakunya merasadan kebahagiaan sepanjang hayatnya. Bagi pasangan yang belum
menikah namun terjebak dalam rasa cinta (pacaran) maka sesungguhnya mereka
merasadan cinta syaghaf, ra’fah, cinta shabwah, dan cinta syauq,
keempat-empatnya dijadikan peringatan dari Allah agar tidak diteruskan atau
dipelihara. Dilarang karena adan membawa pelakunya ke jurang kemaksiatan dan
merusak pikiran, jiwa, moral, dan jasad.
C. Cinta Menurut Al-Hadits
Hadits
adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai sumber
hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di
bawah Al-Qur’an.
Mencintai
adalah sesuatu perasaan yang indah dan didambadan oleh setiap orang. Pentingnya
rasa cinta bagi manusia telah banyak disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW melalui
beberapa haditsnya. Berbagai macam bentuk hadits tentang cinta ini dapat memberi kebaikan dan motivasi untuk
umatnya. Selain itu, menurut Nabi Muhammad, mencintai kepada sesama umat itu penting namun
jangan sampai cinta yang kita rasadan melebihi rasa cinta kita kepada Sang
Pencipta.
Hadits tentang cinta yang
ikhlas karena Allah itu biasanya jika seseorang mencintai bukan karena Allah adan
menimbulkan rasa ingin mendapatkan balasan dari orang yang ia cintai. Inilah
letak kesalahan kebanyadan orang, mereka mengharapkan imbalan dari orang yang
ia cintai dan bukan mengharapkan imbalan dari Allah. Jika semua hal yang
dilakukan atas dasar bukan karena Allah, maka sungguh adan menjadi buruk. Nabi
sangat melarang hal ini karena adan menimbulkan banyak keburukan baik bagi yang
mencintai maupun yang dicintai.
Sebagaimanaa
Rasulullah bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ
لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ
Artinya : barang siapa yang mencintai karena
Allah, membenci karena Allah, memberikarena Allah dan tidak memberikarena
Allah. Maka ia sesungguhnya telah memperoleh kesempurnaan imannya.”(H.R. Abu
Daud).[22]
Dari
hadits di atas, jelas dikatadan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh
manusia hendaknya diniatkan karena Allah. Selain menjadikan kebaikan didalam
hidup, orang yang melakukan hal ini adan memperoleh kesempurnaan iman.
Hadits
tentang cinta yang berlebihan yaitu segala sesuatu itu tak baik jika kadarnya
berlebihan, Allah dan Nabi sangat membenci semua hal yang berlebihan, termasuk
berlebihan dalam mencintai. Namun banyak orang yang masih saja mencintai dunia
secara berlebihan, maka ingatlah salah satu hadits Nabi yang berisi tentang larangan mencintai
secara berlebihan sebagai berikut:
Artinya : “hiduplah sesukamu sesungguhnya kamu adan
mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu adan berpisah. Dan
berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu adan bertemu dengannya.”(H.R.
Hakim).
Sudah
jelas dikatadan oleh Nabi jika semua yang kita cintai didunia ini adan buat
kita tinggalkan. Jadi cintilah sewajarnya saja agar sakit saat berpisah tidak
membuat kita menjadi terpuruk. Hadits tentang cinta ini sungguh memberi peringatan adan kesalahan
kita dalam mencintai suatu hal, misalnya kekasih, keluarga, uang, dan
kedudukkan. Sermua itu adan membuat kita terpuruk jika semua dicintai secara
berlebihan.
Berikut ada beberapa
hadits mengenai cinta :
1. HR. At-Tirmidzi
عَنْ أَ
بِيْ هُرَ يْرَ ةَ أَ رُاهُ رَ فَعَهُ قَالَأَ حْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْ نَامَاعَسَ
اَنْ يَكُوْنَبَغِيْضَكَ يَوْ مَا مًا وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَاعَسَأَنْ
يَكُوْنَ حَبِيْبَكَ يَوْ مَامًا (رواه التّر مذي)
Artinya : Dari Abi Hurairah berkata : Rasulullah
bersabda, cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti
ia adan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja
suatu saat nanti ia adan menjadi kekasihmu. (H.R At-Tirmidzi)[23]
Penjelasan
dari hadits di atas yaitu biasanya jika seseorang terlalu mencintai kekasihnya
kemudian terjadi perseteruan diantara keduanya, maka tidak jarang jika
kekasihnya menjadi makhluk yang paling dibenci olehnya dan pada akhirnya dia
menyesal telah mencintai orang tersebut. Begitupula sebaliknya, jika seseorang
terlalu berlebihan dalam membenci lawannya, kemudian hubungan mereka menjadi
baik maka mereka adan malu untuk menjadi sahabat atau kawan karena telah merasa
malu telah berlebihan dalam kebencian. Maka cintailah saudaramu sewajarnya
dengan memberikan hak-hak tanpa berlebihan dan tanpa meremehkan haknya.
Dan diantara hak-haknya seorang muslim
terhadap muslim lainnya ada lima yaitu : menjawab salam, menjenguk orang sakit,
mengikuti jenazah hingga dikuburkan, dan memenuhi undangan, dan tasymiyah al
atish (menjawab saudaranya lagi bersin dengan mengatadan : Yarhamukallah).”
(HR. Bukhori Muslim).[24]
2. HR. Ahmad
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ
قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُتَحَا
بِّيْنَ لَتُرَى غُرَ فُهُمْ فِي الْجَنَّةِ كِالْكَوْ كَبِ الطَّالِعِ الشَّرْ
قِيِّ أَوْ الْغَرْ بِيِّ فَيُقَالُ مَنْ هَؤُ لَاءِفَيُقَالُ هَؤُ لَاءِ
الْمُتَحَا بُّوِنَ فِي اللهِعَزَّوَجَلَّ (رواه ااحمد)
Artinya : Dari Abi Said Khudr berkata, telah
Bersabda Rasulallah SAW: sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai,
kamar-kamarnya disurgai nanti terlihat seperti bintang. Yang muncul dari timur
atau bintang barat yang berpijar. Lalu
ada yang bertanya. “ siapa mereka itu?.“ mereka itu adalah orang-orang yang
mencintai karena Allah ‘ Azza wajjala. (H.R Ahmad)[25]
Maksud
dari hadits tersebut ialah orang yang mencintai karena Allah nanti dia di hari
akhir atau ketika dia dalam surga nanti kamar dia bagaikan di langit yang
banyak bintangnya. Oleh karena itu mencintai karena Allah itu sungguh indah.
3. H.R Muslim
عَنْ أَ بِي هُرَ يْرَةَرَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ قَالَ رَ سُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِى
نَفْسِ بِيَدِهِ لَاتَدْ خُلُوْاالْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْ مِنُوْاوَلاَ تُؤْ
مِنُواحَتَّى تَحَابُّوا أَوَلاَ أَ دُ لُّكُمْ عَلَ شَيْءٍاِذَافَعَلْتُمُوْهُ
تَحَا بَبْقُمْ ؟ أَفْشُواالسَّلَامَ بَيْنَكُمْ, أَخْرَ جَهُ مُسْلِمٌ فِى
الصَّحِيْحِ
Artinya : Dari Abi Hurairah ra berkata : telah
bersabda Rasulallah SAW: demi dzat yang jiwa ku berada didalam
genggaman-Nya. Kalian tidak adan masuk
surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak adan beriman sebelum kalian saling
mencintai. Tidaklah Aku tunjukan kepada kalian mengenai suatu yang ketika
kalian melakukannya, maka kalian adan saling mencintai? Sebarkanlah salam
diantara kalian!.[26]
Dari
hadits tersebut Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak adan masuk surga
seseorang yang tidak beriman, yang mana belum dikatadan orang yang beriman
apabila belum saling mencintai antara sesama muslim, dan wujud dari saling
mencintai adalah dengan menyebarluaskan salam, dalam artian saling mendo’akan
kebaikan kepada sesama muslim. Jadi orang tidak saling mencintai, mereka bukan
orang beriman dan mereka tidak adan masuk surga.
4. H.R At-Tirmidzi
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِ يْدَ
الْخَطْمِيِّ اْلأَ نَصَا رِيِّ عَنْ رَسُوْ لِ اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ
كَانَ يَقُوْلُ فشي دُعَا ئِهِ اَللَّهُمَّ ارْزُ قْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ
يَنْفَعُنِي حُبُّه عِنْدَ كَ اَللَّهُمَّ مِمَا رَزَقْتَنِي مِمَّاأُحِبُّ فَا
جْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِبْيمَا تُحِبُّ اَللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا
أُحِبُّ فَا جْعَلْهُ فَرَاغًا لِي فِيْمَا تُحِبُّ (رواه ا لتّر مذ ي)
Artinya : Dari Rasulullah SAW yang bersabda
dalam satu do’a-nya,”Ya Allah, berilah aku rezeki cinta-Mu dan cinta orang yang
bermanfaat buat ku cintanya disisi-Mu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan
untukku diantara yang aku cinta, jadikanlah itu sebagai kekuatanku untuk
mendapatkan yang Engkau cintai Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara
sesuatu yang aku cintai, jadikanlah itu kebebasan untukku dalam segala hal yang
Engkau cintai.”[27]
Penjelasan dari hadits di atas adalah bahwa salah satu
cinta yang diridhoi Allah SWT salah satunya adalah pemberian cinta dari-Nya,
yang mana cinta itu dapat dijadikan kekuatan sesuatu yang dicinta Allah dan
menjadi kebebasan dalam menjalankan segala hal yang Allah ridhoi.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cinta dalam pandangan
agama Islam seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan dibuktikan dengan tindakan, karena mencintai merupakan salah satu ciri
orang beriman. Cinta memiliki iman yang dalam, indah, dan agung. Hakikat cinta tidak
dapat ditemukan selain dengan segenap
kesungguhan pengamatan dan penjiwaan. Cinta tidak dimusuhi agama dan tak
dilarang syariat-Nya. Cinta adalah urusan hati, sementara hati adalah urusan
Ilahi.
Ada beberapa para
tokoh Islam yang memaparkan pengertian cinta, yaitu diantaranya :
1. Cinta menurut Rabiah Al-Adawiyah,
2. Cinta menurut Ibnu Daud Azh-Zhahiri,
3. Cinta menurut Imam Ibnu Hazm,
4. Cinta menurut Imam Jauzi,
5. Cinta menurut Ibnu Qayyim, dan
6. Cinta menurut Imam Al-Ghazali.
Kata cinta dalam
Al-Qur’an disebut hubb (mahabbah) dan wudda (mawaddah) yang
berarti menyukai, senang, dan menyayangi. Ada beberapa pengertian cinta menurut
Al-Qur’an yaitu sebagai berikut : cinta mawaddah, rahmah, mail, syaghaf,
ra’fah, shobwah, syauq, dan kulfah.
Dalam hadits ada
beberapa penjelasan mengenai cinta yaitu sebagai berikut :
1. Hadits tentang cinta yang ikhlas karena
Allah,
2. Hadits tentang cinta yang berlebihan,
3. Hadits tentang cinta dengan sewajarnya, dan
lain-lain.
B. Saran
Dalam karya tulis
ilmiah ini kami selaku penulis ada beberapa saran yang dapat diberikan mengenai
cinta, yaitu sebagai berikut :
1.
Bagi
pelajar, dalam mencintai seseorang jangan terlalu berlebihan karena dalam
mencintai itu tidak ada nafsu (kecuali sudah menikah) dan cinta yang sempurna
hanyalah kepada sang pencipta yakni Allah SWT.
2.
Setiap
manusia berhak merasakan rasa cinta, tetapi janganlah sekali-kali mencintai
seseorang dilandasi dengan hawa nafsu.
3.
Cinta
yang diridhoi oleh Allah SWT salah satunya adalah pemberian cinta dari-Nya,
karena mencintai karena Allah SWT akan memperoleh keimanan yang sempurna.
Kami menyadari bahwa
karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan
kritikan yang bersifat membangun dari pembaca karena sangat membantu dalam
penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013.
Dr.
Munandar. Soelaeman. Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama. Bandung ;
2000 Http : // Ajiaraksa.blogspot.com/
2011 / 05 cinta menurut ajaran agama Islam. 22:07, 21 Oktober 2016.
El
Saha, M. Ishom dan Hadi Saiful. 2005 Sketsa Al-Qur’an (Tempat, Tokoh, Nama,
dan Istilah dalam Al-Qur’an). Jakarta : PT. LISTA FARISKA PUTRA.
M
Asyhari.2006 TafsirCinta :Tebarkan Kebajikkan dengan spiritual Al-Qur’an.
Jakarta. Hikmah.
Ulwana,
Abdullah Nasih. Cinta Dalam Pandangan Islam.Terjemahan, H.M.Nur Hasan
danKasimun, Jakarta. Irsyad Baitussalam 2007. Cet. 10 http : //Google.com//
Afifulkhwan. Blogspot. Com 2012/06/ definisi cinta dalam Al-Qur’an.html
[1]www.informasiahli.com>home>penelitian. 10:30, 03 oktober 2016
[2]www.informasiahli.com>home>penelitian. 10:35, 03 oktober 2016
[3] Muhammad Iqbal G 07:39. 06 februari 2011. Cinta kasih yang sudah
ada perlu selalu dijaga dapat dipertahankan keindahannya
[4] http://Ajiraksa. Blogspot.com/2011/05/cinta_menurut_Ajaran_Agama.
22:07 21 oktober 2016
[5]http://ighaviorela. Blogspot co. id
/p/definisi-cinta-menurut-para-ahli, html ? m=1
[6]www.pengertianahli.com>home>psikologi
[7] http:// wawank. Wawnk blogspot.com /2011/ cinta menurut psikologi
html 22:59 22. Oktober 2016
[8] http:// google weblight .com /cokinew blogspot.com/2016/02/
pengertian cinta menurut para ahli dibidang 28 oktober 2007 15.42
[9] M. Ishoma El Saha, M.A.
Dan Saiful Hadi, S.Ag. Sketsa Al-Qur’an (Tempat, Tokoh, Nama, dan
Istilah dalam Al-Qur’an), 2005. PT. LISTA FARISKA PUTRA. Hlm 404.
[10] www. Google. Weblight. Com
/ lintaank. Blogspot. Com> Home>article
20:51, 26 september 2016
[11] Depag RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya. Serang, 13 Agustus 2013, hlm. 51
[12] Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Serang 13 Agustus 2013, hlm. 312
[13]Tim Pustaka Phoenix, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (Jakarta : PT. Media Pustaka phoenix,
2012), hlm. 549. 30) tanggal 12 oktober 2016 18:26
[14] Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 406
[15]Depag RI, Al-Qur’an Dan
Terjemahnya . serang, 16 Agustus 2013, hlm. 406
[16]Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16
Agustus 2013, hlm. 99
[18] Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm.350
[19] Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm 239
[20] Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 396
[21] Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 49
[22]Lidwa Pustaka
I-Sofware, Hadis 9 Imam, Kitab Abu Daud, no. 4061
[23] Hadits dan Terjemah dari
Hadits Riwayat At-Tirmidzi
[24] Muhammad Abdurrahman
Al-Amiry, alamiry.net (kajian Al-Amiry). Rabu, 30 November 2016. Pukul 22:24
WIB.
[25] Hadits dan Terjemah dari
Hadits Riwayat Ahmad
[26] Hadits dan Terjemah Hadits
Riwayat Muslim
[27] Hadits dan Terjemahan
Hadits Riwayat At-Tarmidzi
No comments:
Post a Comment