21/12/2016

Cinta dalam Pandangan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang sempurna yang memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lain. Kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain, yang membedakan nantinya adalah tingkatan ketaqwaan manusia tersebut terhadap Allah SWT atau manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai rasa cinta terhadap sesama makhluk yang lainnya karena cinta adalah sebuah anugerah Allah pada setiap makhluk-Nya tanpa terkecuali. Atau cinta adalah sebuah fitrah yang ada pada setiap makhluk, cinta tidak memandang apapun dan siapapun. Ia akan hinggap pada tiap-tiap makhluk dengan cara sendiri.  
Dalam kehidupan sehari-hari, cinta selalu mengambil bagian sekecil apapun peluang yang ada. Cinta tidak pernah membuang kesempatan yang ada di hadapannya selagi ia bisa mengambil bagian tersebut, ia akan mencoba untuk memaksimalkan kesempatan tersebut.
Islam memandang cinta sebagai salah satu wujud dari iman. Cinta dalam Islam menjadi salah satu alat untuk dapat mengimani Allah beserta lima komponen iman lainnya. Ketika seorang muslim tengah jatuh cinta kepada Allah, maka komponen iman lainnya secara perlahan turut serta atas rasa cinta yang tumbuh pada diri seorang muslim tersebut.
Seperti yang kita ketahui, bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari cinta. Banyaknya penyair, pencipta lagu, dan ahli-ahli agama yang mencoba mendefinisikan apa arti cinta yang sebenarnya, cinta sesama manusia dari sudut pandang Islam. Terutama dalam kaitannya pada cinta antara laki-laki dan perempuan. Kita sering mendengar dan menyaksikan dalam kehidupan nyata di televisi dan film-film lainnya, bahwa seseorang jatuh cinta setelah melihat kecantikan atau ketampanan orang lain.
Dalam Al-Qur’an cinta adalah sebagai fitrah manusia. Dengan adanya rasa cinta, manusia dapat memandang segala sesuatu menjadi indah. Allah SWT telah menerangkan kepada kita bahwa Allah telah memberi rasa cinta kepada manusia sehingga manusia cenderung memandang segala sesuatu menjadi indah.
Dari latar belakang masalah di atas  penulis tertarik mengangkat sebuah judul karya tulis ilmiah yaitu “Cinta Dalam Pandangan Agama Islam”.

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab dan dicarikan jalan pemecahan masalahnya. Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan perumusan masalah.[1]
Dari uraian di atas terdapat beberapa masalah yang dapat dikaji dan diteliti, yaitu:
1.    Bagaimana cinta menurut Para Tokoh Islam?
2.    Bagaimana cinta menurut Al-Qur’an?
3.    Bagaimana cinta menurut Al-Hadits?

C.  Tujuan penulisan
Tujuan penulisan adalah sebagai bahan melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah, yang sistematis dan metodologis. Membutuhkan etos ilmiah di kalangan siswa, sehingga tidak hanya menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam ilmu pengetahuan. Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari sekolahnya. Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.[2]
            Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa tujuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah yaitu:
1.    Untuk mengetahui cinta menurut Para Tokoh Islam
2.    Ingin mengetahui cinta menurut Al-Qur’an
3.    Ingin mengetahui bagaimana cinta menurut Al-Hadits

D. Sistemtika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
B.   Perumusan Masalah
C.   Tujuan Penulisan
D.   Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
A.   Cinta Menurut Bahasa
B.   Cinta Menurut Ajaran Agama Islam
C.   Cinta Menurut Para Ahli
BAB III PEMBAHASAN
A.   Definisi Cinta Menurut Para Tokoh Islam
B.   Cinta Menurut Al-Qur’an
C.   Cinta Menurut Al-Hadits
BAB IV PENUTUP
A.   Kesimpulan
B.   Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB II
KAJIAN TEORI
A.  Cinta Menurut Bahasa
            Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia, bisa dialami semua manusia. Penggunaan kata cinta juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan semasa kemudian perkataan cinta itupun senantiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman, dan penggunaan didalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda, sifat cinta dalam pengertian abad ke-12 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut :
1.    Perasaan terhadap keluarga
2.    Perasaan terhadap teman-teman
3.    Perasaan yang romantis atau juga disebut juga dengan asmara
4.    Perasaan yang hanya merupakan kemauan, keinginan, hawa nafsu atau cinta eros
5.    Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang  atau agape
6.    Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
7.    Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
8.    Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme
            Secara terminologi, penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi oleh perkataan love (dalam Bahasa Inggris). Love digunakan dalam semua amalan dari arti untuk eros, philia, agape dan stroge. Namun perkataan-perkataan yang sesuai masih ditemui dalam Bahasa Serantau (Malaysia) dan dijelaskan sebagai berikut :
1.    Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu (Eros)
2.    Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, (Philia)
3.    Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, (Agape)
4.    Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, (Stroge)
            Secara etimologi, ada beberapa Bahasa termasuk Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa Bahasa mutakhir di Eropa terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep cinta termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep. Yaitu eros, philia, dan agape.
            Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Ada empat syarat untuk  mewujudkan cinta kasih, yaitu:
1.    Pengenalan
2.    Tanggung jawab
3.    Perhatian
4.    Saling menghormati
            Erich Fromm dalam buku larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa ada empat gejala dalam mewujudkan cinta yaitu : care, responsibility, respect dan knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang di dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan mencintai anaknya tetapi tidak pernah mengasuh dan tidak ada tanggung jawab  kepada anak, sementara itu tanggung jawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat yang sesungguhnya, dan tanpa ingin mengenal lebih akan menjerumuskan  para orang tua, guru rohaniawan dan lain-lain pada sifat otoriter.
            Ekspresi cinta dapat termasuk kepada jiwa’ atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan dan lain-lain. Cinta lebih kearah konsep abstrak, karena lebih mudah dialami dari pada dijelaskan.[3]
            Cinta dalam bahasa Arab ialah mahabbah berasal dari “habbah” yang berarti benih-benih atau biji yang jatuh ke bumi di Padang Pasir. Mahabbah dikatakan dari kata itu, karena tersembunyi di dalam tanah, dihujani oleh terpaan angin, hujan dan sengatan matahari, disapu oleh cuaca panas dan dingin, benih-benih itu tidak rusak oleh perubahan musim, namun justru tambah berakar berbunga dan berbuah. Demikian halnya cinta sejati, yang tidak lupuk dengan sengatan mentari dan guyuran hujan, tak lekang oleh perubahan musim dan tak hancur berantakan oleh terpaan angin. Adapun menurut istilah cinta adalah hubb  dari kata al-habu yang berarti anting-anting, kita tahu anting-anting yang menempel di telinga itu selalu bergerak. Dia tidak pernah diam dan tidak pernah tenang. Orang-orang yang sedang dilanda cinta juga tidak pernah tenang hatinya. Hamba yang cinta kepada Allah, maka ia tidak bisa tenang sebelum ia berdzikir kepada-Nya, sebelum ia memuji-Nya dan berbuat baik untuk mengabdi kepada-Nya, karena pengabdian yang tulus dan ikhlas tanpa pamrih, maka hatinya pantang berselingkuh (musyrik) dengan sesama manusia. Ada juga yang mengatakan bahwa cinta diambil dari kata hubb (gelembung air) yang selalu berada dipermukaan. hal itu karena cinta merupakan puncak segalanya di dalam hati.

B. Cinta Menurut Ajaran Agama Islam
            Islam adalah agama yang sempurna karena segala persoalan yang ada di dunia ini termasuk semua bentuk perbuatan manusia telah diatur di dalamnya. Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT. Untuk dijadikan pedoman hidup bagi manusia baik yang berkaitan hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) maupun manusia dengan manusia (hablum minannas). Berikut pembahasan cinta menurut ajaran agama Islam yaitu cinta adalah hasrat yang dimiliki oleh setiap manusia, dimana timbul rasa ingin memiliki atau rasa suka dalam dirinya, cinta dalam pandangan  agama, mencintai hal yang sangat berarti bagi diri kita sepanjang hidup manusia, kasih dimana sesuatu yang dimiliki hal yang sangat berarti untuk saling menghargai antara sesama  manusia. Cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataannya, patuh dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
            Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian. Cinta tidak dapat dipaksakan, cinta juga datang secara tiba-tiba. Cinta memang sangat menyenangkan, tapi kepedihan yang ditinggalkannya kadang berlangsung lebih lama dari cinta itu sendiri.
            Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Disatu pihak, cinta didengung-dengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian dunia, tetapi dilain pihak, dalam praktek kehidupan, serta sebagai dasar hidup jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia. Tidak kurang seorang Nabi yang bernama Ibrahim yang mendapat kritik tentang cinta. Suatu saat Ibrahim mendambakan seorang anak. Setelah lahir anak yang dicintainya (Ismail), ternyata cinta Ibrahim kepada anaknya dapat menggeser cintanya kepada pencipta-Nya sehingga Tuhan mencobanya dengan menyuruh Ibrahim menyemblih anaknya. Perintah ini menimbulkan konflik dalam diri Ibrahim. Siapa yang harus dicintai Ibrahim. Apakah Tuhan atau anaknya.
            Dari cuplikan peristiwa di atas memberikan indikasi kepada kita bahwa cinta itu harus proporsional dan adil, jangan melupakan diri karena cinta untuk itu agama memberikan tuntunan tentang cinta. Cinta menurut ajaran agama ada beberapa perbedaan dalam makna cinta menurut kajian filsafat. Konsep cinta menurut agama, sifatnya lebih realitas dan operatif, sedangkan dalam konsep filsafat gambarannya bersifat abstrak. Dalam agama, cinta adalah suatu dinamisme aktif yang berakar dalam kesanggupan kita untuk memberi cinta dan menghendaki perkembangan dan kebahagiaan orang yang dicintai. Apabila ada orang yang egois tidak dapat mencintai orang, sesungguhnya ia sendiri tidak dapat mencintai dirinya sendiri.[4]

C. Cinta Menurut Para Ahli
            Cinta adalah kata yang sangat familiar di telinga kita. Bahkan dikalangan anak muda (termasuk anak-anak kecil), kata cinta sangat sering mereka dengar atau katakan.
            Kata cinta menurut kamus besar Bahasa Indonesia merupakan wakil dari perasaan kasih, sayang, atau rindu yang sangat mendalam. Namun dalam konteks atau kadar kalimat tertentu, ia bisa juga mewakili perasaan sedih.
            Cinta adalah salah satu sumber kekuatan unik dalam diri manusia. Ia menjadi tenaga penggerakan hati dan jiwa yang akan menghasilkan sikap perbuatan dan prilaku.[5]
            Ada beberapa pengertian cinta menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1.  Scott Peck : Menurut Scott Peck cinta itu adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain. Bila kita mencintai seseorang, cinta kita dapat membuktikan atau diwujudkan hanya dengan cara pengarahan tenaga kita sendiri, yaitu dengan kenyataan bahwa demi seseorang yang kita cintai atau demi diri kita sendiri, kita melakukan suatu langkah ekstra atau berjalan bermil-mil. Cinta bukan tanpa usaha, sebaliknya cinta itu penuh dengan usaha.[6]
     Diantara sekian banyak perasaan yang harus disiplin adalah perasaan cinta. Perasaan cinta tidak dengan sendirinya menjadi cinta sejati, tetapi masih berupa perasaanlah dihargai dan dikembangkan agar daya kreatif yang dimilikinya dapat dipergunakan dengan baik. Tetapi bila perasaan ini dibiarkan merajarela, maka hasilnya bukanlah cinta sejati, melainkan kekacauan, sehingga menjadi tidak produktif, karena cinta sejati itu meliputi pengembangan diri, dalam pengembangan diri tentu saja dibutuhkan tenaga (atau kekuatan) yang besar.
   Cinta yang sejati bukanlah perasaan meluap-luap yang menguap atau diukur dalam waktu yang singkat, tetapi cinta itu membutuhkan suatu proses. Cinta tak bisa diuji dalam keburu-buruan. Cinta membutuhkan pengenalan dan pengalaman yang panjang.
2.  Erich Fromm : Cinta adalah keinginan  untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain ataupun cinta sebagai sesuatu yang aktif yang dapat menyatukannya dengan orang lain. Menurut Erich Fromm konsep cinta itu terdiri dari empat unsur, yaitu :
a.  Care (perhatian), sangat diperlukan dalam prilaku yang disebut cinta, agar dapat memahami kehidupan, perkembangan maju mundur, baik buruk dan bagaimana kesejahteraan objek yang dicintainya.
b.  Responsibility (tanggung jawab) : tanggung jawab diperlukan dalam menjalin hubungan. Sebab tanpa adanya tanggung jawab tidak akan ada pembagian yang seimbang. Tanggung jawab di sini bukanlah untuk mendikte objek yang dicintai sekehendak kita, tapi bagaimana keterlibatannya dalam kehidupan objek yang dicintai.
c.   Respect (hormat): hal ini menekankan bagaimana menghargai dan menerima objek yang dicintai apa adanya dan tidak bersikap sekehendak hati.
d.  Knowledge (pengetahuan) : pengetahuan diperlukan untuk mengetahui seluk beluk yang dicintai. Dengan demikian kita dapat membidik yang kita incar, dengan kata lain tak kenal maka tak sayang. Bila objek yang kita didik adalah manusia, maka harus kita kenali dan pahami bagaimana kepribadiannya. Latar belakang yang membentuknya dan kecendrungan dirinya.[7]
3.  Erich H. Ericson dalam pase perkembangan Ericson : Cinta adalah kesetian yang masak sebagai dampak dari perbedaan antara pria dan wanita. Cinta disamping bermuatan intimasi juga dibutuhkan sedikit isolasi karena masing-masing parent tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. (Alwisol, 2009: 101).[8]
4.  Menurut Abdullah Nashih Ulwana : Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang.





BAB III
PEMBAHASAN
A.  Definisi Cinta Menurut Para Tokoh Islam
Ada beberapa pengertian cinta menurut para tokoh Islam yaitu diantaranya sebagai berikut :
1.  Menurut Rabi’ah Al-Adawiyah
Cinta adalah ungkapan kerinduan dan gambaran perasaan yang terdalam. Siapapun yang merasadannya, niscaya adan mengenalnya. Namun siapa yang mencoba untuk menyifatnya, pasti adan gagal, atau cinta seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Atau cinta itu adalah rindu dan pasrah seorang hamba kepada Allah, seluruh ingatan dan perasaan hanya kepada-Nya. Cinta suci dan murni yang merupadan puncak tasawuf menurut Rabi’ah lebih tinggi daripada rasa takut (khawf) pengharapan (raja’). Cinta suci murni itu tidak mengharapkan apa-apa.[9]
2.  Menurut Ibnu Daud Azh-Zhahiri
Ada beberapa penyair yang berpendapat mengenai cinta bahwa cinta pada mulanya terjadi dari penglihatan dan pendengaran. Kemudian bila Allah menghendaki kita untuk dapat selalu mengingat-ingat apa yang mungkin diakibatkan oleh pendengaran dan penglihatan. Lantas kenapa bisa terjadi cinta dan bagaimanaa? Bagi orang awam keberadaan cinta tidak terlalu menjadi perhatian mereka, sedangkan bagi orang-orang yang ahli dalam cinta mereka selalu mempertanyadan sebab musababnya.
Imam Muhammad Ibnu Daud Azh-Zhahiri berpendapat bahwa cinta yang hakiki adalah tidak berpikir untuk mencintai selain kekasihnya dan tidak mengharapkan ketenangan kecuali dari orang yang telah menyiksanya.
3.  Imam Ibnu Hazm
            Cinta adalah sesuatu yang permulaanya seperti sebuah senda gurau dan akhirnya merupadan keseriusan. Karena keagungannya, arti cinta sangat rumit untuk digambarkan, tidak ada nada yang dapat menemukan hakikatnya cinta kecuali setelah bersusah payah (dengan pengorbanan), cinta itu pertautan antara bagian-bagian jiwa yang terbagi pada asal unsurnya yang luhur, cinta itu kesepadatan rohani dan pencampuran jiwa.
            Imam Ibnu Hazm berpendapat bahwa cinta adalah suatu rasa emosional yang ada dalam diri manusia yang harus ditunjukan dengan pengorbanan.
4.  Cinta Menurut Imam Jauzi
            Cinta adalah kecondongan jiwa yang sangat kuat kepada satu bentuk yang sesuai dengan tabi’atnya, maka jika pemikiran jiwa itu kuat mengarah kesana, ia adan selalu mengharapkan. Oleh karena itu pula biasanya penyakit baru yang adan selalu muncul bagi orang yang sedang jatuh cinta.
            Para ahli dibidang ilmu hikmah yang telah mengatadan bahwa cinta tidak adan terjadi kecuali bagi yang memiliki kesamaan dan cinta itu berkurang atau bertambah sesuai dengan kadar kecocokan.
5.  Imam Ibnu Qayyim
            Imam Ibnu Qayyim mengatadan bahwa faktor yang mendorong dalam masalah cinta terkadang yang dimaksudkan adalah perasaan yang diikuti kehendak dan ketertarikan. Hal ini ada dalam diri seseorang yang sedang jatuh cinta terkadang dimaksudkan juga sebagai sebab yang karenanya dapat ditemukan cinta dan perasaan tergantung dengannya.
6.  Imam Al-Ghazali
            Sebuah cinta tidak dapat tumbuh kecuali setelah mengetahui dan benar-benar tahu siapa yang dicintai itu, karena bagaimanaapun sebuah kemustahilan jika manusia tiba-tiba mencintai kepada orang yang belum pernah ditemui sebelumnya.
Cinta menurut Imam Ghazali adalah min khosoyishil mudriq (hanya orang-orang yang tertentu yang dapat menemukan cinta). Cinta sebuah ungkapan tentang kecendrungan watak seseorang kepada sesuatu yang bisa memancarkan sebuah kelezatan, dan apabila kemudian kelezatan itu semakin bertambah dan semakin kuat maka itulah yang disebut sebagai sebuah kerinduan adan adanya cinta. Ada beberapa sebab yang membuat manusia dapat merasadannya cinta dan mencintai yaitu sebagai berikut :
1.  Kecintaan manusia karena dirinya sendiri, cinta kepada kesempurnaan dirinya.
2.  Kecintaan manusia karena seseorang dan sesuatu yang berbaik hati atau berjasa kepada  dirinya.
3.  Kecintaan manusia karena seseorang yang berbaik hati kepada dirinya dihadapan pandangan orang lain. Walaupun tidak secara langsung kepada dirinya.
4.  Kecintaan manusia karena sesuatu yang mempunyai unsur keindahan.
5.  Kecintaan manusia karena sesuatu dan seseorang yang memang ada tali pengikat antara keduanya.[10]
            Dari kelima sebab yang dijelaskan oleh Imam Ghazali dapat disimpulkan yaitu bahwa tidak adan kita temui kesempurnaannya cinta  kecuali menyandarkan semuanya kepada Allah karena yang dapat memenuhi dari kelima cinta itu hanyalah Allah, dari sinilah tidak ada yang berhak atas cinta manusia kecuali Allah.

B. Cinta menurut Al-Qur’an
            Kata cinta dalam Al-Qur’an disebut Hubb (Mahabbah) dan Wudda (Mawaddah), keduanya memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, dan menyayangi.
 Sebagaimanaa dalam Q.S Surah Ali-imran ayat 14:
 
Artinya : dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.[11]

            Dalam ayat di atas hubb suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana. Adapun wudda dalam Qur’an Surah Maryam ayat 96 berikut:
 
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,  kelak Allah yang Maha Pemurah, adan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.[12]

            Jadi wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal soleh manusia.
            Dalam Fiil Gharibil Qur’an dijelaskan hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak adan teraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang adan memberikan cinta-Nya kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Allah yang adan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan kamu yang ada di bumi, niscaya kamu tidak adan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendaki-Nya. Oleh karena itu teraihnya cinta wudda pada pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada Sang Maha Pemilik cinta maka adan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.
            Cinta itulah yang tidak adan luntur sampai hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta yang atas nama Allah, mencintai sesuatu atau seseorang itu hanyalah untuk Allah.
            Adapun dalam Kamus besar Bahasa Indonesia mahabbah ialah perasaan kasih sayang, lupa adan kepentingan diri sendiri karena mendahulukan cintanya kepada Allah.[13]
            Kata Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan yang berarti mencintai secara mendalam atau kecintaan
            Kata “cinta” dalam Al-Qur’an sebagaimanaa disebutkan dibeberapa surat atau ayat yaitu sebagaimana dalam surah Ar-Rum ayat : 21 berikut:

Artinya : Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir[14].

            Berikut ada beberapa pengertian cinta menurut Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut :
1.    Cinta Mawaddah, yang berarti cinta atau keintiman; yaitu jenis cinta yang menggebu-gebu, membara, dan menggemaskan. Atau cinta mawaddah dalam bahasa bisa diartikan cinta atau sebuah harapan. Kata cinta mawaddah ini juga ada pada Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat : 21
 
Artinya : Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.[15]

                        Maksud dari ayat di atas Allah akan menjadikan diantara manusia rasa kasih dan sayang dan Allah adan menciptadan pasangan-pasangan untuk manusia dari jenis manusia itu sendiri, agar manusia merasa tentram kepadanya. Semua manusia adan merasadan kasih dan sayang karena itu adalah benar-benar kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir, kemudian jika salah seorang memiliki cinta jenis mawaddah, ingin selalu berdua, tidak mau berpisah dan ingin memuaskan dahaga cintanya ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tidak bisa berpikir yang lainnya.
2.    Cinta Rahmah yang berarti kasih sayang yaitu cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap untuk berkorban, dan siap untuk melindungi, yang termasuk cinta rahmah adalah cinta antara orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu, maka dalam Al-Qur’an, kerabat disebut al arham, yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari gaiba kasih sayang seorang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim, kemudian diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk silaturahim, artinya menyambung tali kasih sayang. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibandingkan terhadap diri sendiri. Karena baginya yang terpenting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk ia harus menderita, ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya.
3.    Cinta mail yang berarti condong, miring, ataupun cenderung, yaitu cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta mail ini didalam Al-Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda, adapun dalam firman Allah SWT berikut:
 Ÿ
Artinya : janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai([16]

            Maksud dari ayat di atas yaitu jika mencintai seseorang itu janganlah terlalu cenderung (kepada seseorang yang kamu cintai sekarang ini) dan bisa cenderung kamu mengabaikan kepada cinta yang lama.
4.    Cinta Syaghaf yaitu cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil, dan memabukan. Orang yang terserang cinta syaghaf, bisa menjadi orang gila, lupa diri, dan bahkan hampir tidak pernah menyadari apa yang pernah dilakukannya, karena cintanya sangatlah dalam, sebagaimanaa dalam Qur’an Surah Yusuf ayat 30 berikut

Artinya : Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. memandangnya dalam.[17]

                 Al-Qur’an menggunakan term ini, syaghaf itu karena mengkisahkan bagaimana dengan cintanya, seperti cinta Zulaikha isteri pembesar Mesir kepada bujangannya yaitu Yusuf.
5.    Cinta Ra’fah yang berarti rahmat, pemberian maaf, kasih sayang, kasihan, keagungan, kebaikan, dan keramahan. Yaitu rasa kasih sayang yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran. Misalnya seorang Ibu yang kasihan kepada anak untuk membangunkannya untuk melaksanakan kewajibannya yaitu shalat. Membela anak meskipun salah. Al-Qur’an menyebut term ini ketika mengingatan agar janganlah memiliki jenis cinta seperti cinta ra’fah karena cinta ra’fah itu menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah. Dalam hal ini, kasus hukuman bagi pezina. Bagaimanaa dalam surah An-Nur : 2
Artinya : Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya.[18]
                        Pencinta ra’fah mendudukan cintanya kepada mahluk lebih tinggi daripada cintanya kepada Allah. Karena cintanya selalu kasihan dan akhirnya membolehkan terlanggarnya perintah Allah atas-Nya. Cinta ra’fah menghasilkan rasa tidak tega, kasihan, dan melonggarkan peratuaran Allah  yang tidak seharusnya dilakukan.
6.    Cinta Shabwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong prilaku menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Qur’an menyebut istilah ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdo’a agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon untuk di masukan ke penjara). Sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, bagaimana diterapkan dalam Surah Yusuf ayat 33 berikut ini :
Artinya : Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajadan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku adan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh."[19]

Orang yang terjangkit cinta shobwah bisa tergelincir pada perilaku-perilaku yang tidak dibolehkan oleh agama maupun norma moral pada umumnya.
7.    Cinta Syauq (rindu) istilah cinta syauq ini bukan dari Al-Qur’an tetapi dari hadits yang menafsirkan Al-Qur’an. Dalam Surah Al-Ankabut ayat 5 berikut :
Artinya : Barangsiapa yang mengharap Pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.[20]

8.    Cinta kulfah yaitu perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya untuk menyapu, membersihkan kamarnya sendiri, meskipun ada pembantu. Jenis cinta ini disebut dalam Al-Qur’an ketika menyatadan bahwa Allah tidak membebani seseorangan kecuali sesuai dengan kemampuannya, bagaimanaa dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 286 berikut :
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.[21]

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cinta adan menjadi berkah bila diletakkan pada tempatnya, cinta mawaddah dan rahmah adalah cinta yang membawa keberkahan karena dilakukan didalam sebuah lembaga pernikahan yang disyariatkan dalam agama Islam. Para pelakunya merasadan kebahagiaan sepanjang hayatnya. Bagi pasangan yang belum menikah namun terjebak dalam rasa cinta (pacaran) maka sesungguhnya mereka merasadan cinta syaghaf, ra’fah, cinta shabwah, dan cinta syauq, keempat-empatnya dijadikan peringatan dari Allah agar tidak diteruskan atau dipelihara. Dilarang karena adan membawa pelakunya ke jurang kemaksiatan dan merusak pikiran, jiwa, moral, dan jasad.

C. Cinta Menurut Al-Hadits
Hadits adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur’an.
Mencintai adalah sesuatu perasaan yang indah dan didambadan oleh setiap orang. Pentingnya rasa cinta bagi manusia telah banyak disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW melalui beberapa haditsnya. Berbagai macam bentuk hadits tentang cinta ini dapat memberi kebaikan dan motivasi untuk umatnya. Selain itu, menurut Nabi Muhammad, mencintai kepada sesama umat itu penting namun jangan sampai cinta yang kita rasadan melebihi rasa cinta kita kepada Sang Pencipta.
Hadits tentang cinta yang ikhlas karena Allah itu biasanya jika seseorang mencintai bukan karena Allah adan menimbulkan rasa ingin mendapatkan balasan dari orang yang ia cintai. Inilah letak kesalahan kebanyadan orang, mereka mengharapkan imbalan dari orang yang ia cintai dan bukan mengharapkan imbalan dari Allah. Jika semua hal yang dilakukan atas dasar bukan karena Allah, maka sungguh adan menjadi buruk. Nabi sangat melarang hal ini karena adan menimbulkan banyak keburukan baik bagi yang mencintai maupun yang dicintai.
Sebagaimanaa Rasulullah bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ
Artinya : barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberikarena Allah dan tidak memberikarena Allah. Maka ia sesungguhnya telah memperoleh kesempurnaan imannya.”(H.R. Abu Daud).[22]

Dari hadits di atas, jelas dikatadan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia hendaknya diniatkan karena Allah. Selain menjadikan kebaikan didalam hidup, orang yang melakukan hal ini adan memperoleh kesempurnaan iman.
Hadits tentang cinta yang berlebihan yaitu segala sesuatu itu tak baik jika kadarnya berlebihan, Allah dan Nabi sangat membenci semua hal yang berlebihan, termasuk berlebihan dalam mencintai. Namun banyak orang yang masih saja mencintai dunia secara berlebihan, maka ingatlah salah satu hadits  Nabi yang berisi tentang larangan mencintai secara berlebihan sebagai berikut:
Artinya : “hiduplah sesukamu sesungguhnya kamu adan mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu adan berpisah. Dan berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu adan bertemu dengannya.”(H.R. Hakim).

Sudah jelas dikatadan oleh Nabi jika semua yang kita cintai didunia ini adan buat kita tinggalkan. Jadi cintilah sewajarnya saja agar sakit saat berpisah tidak membuat kita menjadi terpuruk. Hadits tentang cinta ini sungguh memberi peringatan adan kesalahan kita dalam mencintai suatu hal, misalnya kekasih, keluarga, uang, dan kedudukkan. Sermua itu adan membuat kita terpuruk jika semua dicintai secara berlebihan.
Berikut ada beberapa hadits mengenai cinta :
1.    HR. At-Tirmidzi
عَنْ أَ بِيْ هُرَ يْرَ ةَ أَ رُاهُ رَ فَعَهُ قَالَأَ حْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْ نَامَاعَسَ اَنْ يَكُوْنَبَغِيْضَكَ يَوْ مَا مًا وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَاعَسَأَنْ يَكُوْنَ حَبِيْبَكَ يَوْ مَامًا (رواه التّر مذي)

Artinya : Dari Abi Hurairah berkata : Rasulullah bersabda, cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia adan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia adan menjadi kekasihmu. (H.R At-Tirmidzi)[23]

Penjelasan dari hadits di atas yaitu biasanya jika seseorang terlalu mencintai kekasihnya kemudian terjadi perseteruan diantara keduanya, maka tidak jarang jika kekasihnya menjadi makhluk yang paling dibenci olehnya dan pada akhirnya dia menyesal telah mencintai orang tersebut. Begitupula sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam membenci lawannya, kemudian hubungan mereka menjadi baik maka mereka adan malu untuk menjadi sahabat atau kawan karena telah merasa malu telah berlebihan dalam kebencian. Maka cintailah saudaramu sewajarnya dengan memberikan hak-hak tanpa berlebihan dan tanpa meremehkan haknya.
 Dan diantara hak-haknya seorang muslim terhadap muslim lainnya ada lima yaitu : menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah hingga dikuburkan, dan memenuhi undangan, dan tasymiyah al atish (menjawab saudaranya lagi bersin dengan mengatadan : Yarhamukallah).” (HR. Bukhori Muslim).[24]
2.    HR. Ahmad
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُتَحَا بِّيْنَ لَتُرَى غُرَ فُهُمْ فِي الْجَنَّةِ كِالْكَوْ كَبِ الطَّالِعِ الشَّرْ قِيِّ أَوْ الْغَرْ بِيِّ فَيُقَالُ مَنْ هَؤُ لَاءِفَيُقَالُ هَؤُ لَاءِ الْمُتَحَا بُّوِنَ فِي اللهِعَزَّوَجَلَّ (رواه ااحمد)

Artinya : Dari Abi Said Khudr berkata, telah Bersabda Rasulallah SAW: sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya disurgai nanti terlihat seperti bintang. Yang muncul dari timur atau  bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya. “ siapa mereka itu?.“ mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah ‘ Azza wajjala. (H.R Ahmad)[25]

Maksud dari hadits tersebut ialah orang yang mencintai karena Allah nanti dia di hari akhir atau ketika dia dalam surga nanti kamar dia bagaikan di langit yang banyak bintangnya. Oleh karena itu mencintai karena Allah itu sungguh indah.
3.    H.R Muslim
عَنْ أَ بِي هُرَ يْرَةَرَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَ سُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِى نَفْسِ بِيَدِهِ لَاتَدْ خُلُوْاالْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْ مِنُوْاوَلاَ تُؤْ مِنُواحَتَّى تَحَابُّوا أَوَلاَ أَ دُ لُّكُمْ عَلَ شَيْءٍاِذَافَعَلْتُمُوْهُ تَحَا بَبْقُمْ ؟ أَفْشُواالسَّلَامَ بَيْنَكُمْ, أَخْرَ جَهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيْحِ

Artinya : Dari Abi Hurairah ra berkata : telah bersabda Rasulallah SAW: demi dzat yang jiwa ku berada didalam genggaman-Nya.  Kalian tidak adan masuk surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak adan beriman sebelum kalian saling mencintai. Tidaklah Aku tunjukan kepada kalian mengenai suatu yang ketika kalian melakukannya, maka kalian adan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian!.[26]

Dari hadits tersebut Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak adan masuk surga seseorang yang tidak beriman, yang mana belum dikatadan orang yang beriman apabila belum saling mencintai antara sesama muslim, dan wujud dari saling mencintai adalah dengan menyebarluaskan salam, dalam artian saling mendo’akan kebaikan kepada sesama muslim. Jadi orang tidak saling mencintai, mereka bukan orang beriman dan mereka tidak adan masuk surga. 
4.    H.R At-Tirmidzi
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِ يْدَ الْخَطْمِيِّ اْلأَ نَصَا رِيِّ عَنْ رَسُوْ لِ اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ فشي دُعَا ئِهِ اَللَّهُمَّ ارْزُ قْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّه عِنْدَ كَ اَللَّهُمَّ مِمَا رَزَقْتَنِي مِمَّاأُحِبُّ فَا جْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِبْيمَا تُحِبُّ اَللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَا جْعَلْهُ فَرَاغًا لِي فِيْمَا تُحِبُّ (رواه ا لتّر مذ ي)

Artinya : Dari Rasulullah SAW yang bersabda dalam satu do’a-nya,”Ya Allah, berilah aku rezeki cinta-Mu dan cinta orang yang bermanfaat buat ku cintanya disisi-Mu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cinta, jadikanlah itu sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikanlah itu kebebasan untukku dalam segala hal yang Engkau cintai.”[27]

Penjelasan dari hadits di atas adalah bahwa salah satu cinta yang diridhoi Allah SWT salah satunya adalah pemberian cinta dari-Nya, yang mana cinta itu dapat dijadikan kekuatan sesuatu yang dicinta Allah dan menjadi kebebasan dalam menjalankan segala hal yang Allah ridhoi.     





BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Cinta dalam pandangan agama Islam seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan, karena mencintai merupakan salah satu ciri orang beriman. Cinta memiliki iman yang dalam, indah, dan agung. Hakikat cinta tidak dapat ditemukan selain  dengan segenap kesungguhan pengamatan dan penjiwaan. Cinta tidak dimusuhi agama dan tak dilarang syariat-Nya. Cinta adalah urusan hati, sementara hati adalah urusan Ilahi.
Ada beberapa para tokoh Islam yang memaparkan pengertian cinta, yaitu diantaranya :
1.    Cinta menurut Rabiah Al-Adawiyah,
2.    Cinta menurut Ibnu Daud Azh-Zhahiri,
3.    Cinta menurut Imam Ibnu Hazm,
4.    Cinta menurut Imam Jauzi,
5.    Cinta menurut Ibnu Qayyim, dan 
6.    Cinta menurut Imam Al-Ghazali.
Kata cinta dalam Al-Qur’an disebut hubb (mahabbah) dan wudda (mawaddah) yang berarti menyukai, senang, dan menyayangi. Ada beberapa pengertian cinta menurut Al-Qur’an yaitu sebagai berikut : cinta mawaddah, rahmah, mail, syaghaf, ra’fah,  shobwah, syauq, dan kulfah.
Dalam hadits ada beberapa penjelasan mengenai cinta yaitu sebagai berikut :
1.    Hadits tentang cinta yang ikhlas karena Allah,
2.    Hadits tentang cinta yang berlebihan,
3.    Hadits tentang cinta dengan sewajarnya, dan lain-lain. 

B. Saran
Dalam karya tulis ilmiah ini kami selaku penulis ada beberapa saran yang dapat diberikan mengenai cinta, yaitu sebagai berikut :
1.    Bagi pelajar, dalam mencintai seseorang jangan terlalu berlebihan karena dalam mencintai itu tidak ada nafsu (kecuali sudah menikah) dan cinta yang sempurna hanyalah kepada sang pencipta yakni Allah SWT.
2.    Setiap manusia berhak merasakan rasa cinta, tetapi janganlah sekali-kali mencintai seseorang dilandasi dengan hawa nafsu.
3.    Cinta yang diridhoi oleh Allah SWT salah satunya adalah pemberian cinta dari-Nya, karena mencintai karena Allah SWT akan memperoleh keimanan yang sempurna.
Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca karena sangat membantu dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013.

Dr. Munandar. Soelaeman. Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama. Bandung ; 2000  Http : // Ajiaraksa.blogspot.com/ 2011 / 05 cinta menurut ajaran agama Islam. 22:07, 21 Oktober 2016.

El Saha, M. Ishom dan Hadi Saiful. 2005 Sketsa Al-Qur’an (Tempat, Tokoh, Nama, dan Istilah dalam Al-Qur’an). Jakarta : PT. LISTA FARISKA PUTRA.

M Asyhari.2006 TafsirCinta :Tebarkan Kebajikkan dengan spiritual Al-Qur’an. Jakarta. Hikmah.

Ulwana, Abdullah Nasih. Cinta Dalam Pandangan Islam.Terjemahan, H.M.Nur Hasan danKasimun, Jakarta. Irsyad Baitussalam 2007. Cet. 10 http : //Google.com// Afifulkhwan. Blogspot. Com 2012/06/ definisi cinta dalam Al-Qur’an.html






[1]www.informasiahli.com>home>penelitian.   10:30, 03 oktober 2016
[2]www.informasiahli.com>home>penelitian.   10:35, 03 oktober 2016
[3] Muhammad Iqbal G 07:39. 06 februari 2011. Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga dapat dipertahankan keindahannya
[4] http://Ajiraksa.  Blogspot.com/2011/05/cinta_menurut_Ajaran_Agama. 22:07 21 oktober 2016 
[5]http://ighaviorela. Blogspot co. id /p/definisi-cinta-menurut-para-ahli, html ? m=1
[6]www.pengertianahli.com>home>psikologi
[7] http:// wawank. Wawnk blogspot.com /2011/ cinta menurut psikologi html 22:59 22. Oktober 2016
[8] http:// google weblight .com /cokinew blogspot.com/2016/02/ pengertian cinta menurut para ahli dibidang 28 oktober 2007 15.42
[9] M. Ishoma El Saha, M.A. Dan Saiful Hadi, S.Ag. Sketsa Al-Qur’an (Tempat, Tokoh, Nama, dan Istilah dalam Al-Qur’an), 2005. PT. LISTA FARISKA PUTRA. Hlm 404. 
[10] www. Google. Weblight. Com / lintaank. Blogspot. Com> Home>article  20:51, 26 september 2016
[11] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 13 Agustus 2013, hlm. 51
[12] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang 13 Agustus 2013, hlm. 312
[13]Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (Jakarta : PT. Media Pustaka phoenix, 2012), hlm. 549. 30) tanggal 12 oktober 2016 18:26
[14] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 406
[15]Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya . serang, 16 Agustus 2013, hlm. 406
[16]Depag RI,  Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 99
[17] Depag RI , Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 238
[18] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm.350
[19] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm 239
[20] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 396
[21] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Serang, 16 Agustus 2013, hlm. 49
[22]Lidwa Pustaka I-Sofware, Hadis 9 Imam, Kitab Abu Daud, no. 4061
[23] Hadits dan Terjemah dari Hadits Riwayat At-Tirmidzi
[24] Muhammad Abdurrahman Al-Amiry, alamiry.net (kajian Al-Amiry). Rabu, 30 November 2016. Pukul 22:24 WIB.
[25] Hadits dan Terjemah dari Hadits Riwayat Ahmad
[26] Hadits dan Terjemah Hadits Riwayat Muslim
[27] Hadits dan Terjemahan Hadits Riwayat At-Tarmidzi

No comments: