27/12/2016

METODE PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN NURUL FALAH KAUNCAANG

KTI Oleh      : Arif Firdaus, Lia Nurkholisah dan Sulaemah
Pembimbing : Mahtumah, S.Sos.I
BAB I


PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi umat manusia adalah sistem atau cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang, dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
            Metode penyajian atau penyampaian di Pondok Pesantren bersifat tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama digunakan dalam insitusi itu, seperti pengajian dengan balagan, weton, sorogan dan bandungan.[1]
            Metode pengajaran di Pondok Pesantren Nurul Falah dibudayakan secara turun temurun agar tidak terlepas dari kentalnya budaya salafiyah. Program pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Falah itu lebih ditekankan pada pembinaan agama dan diselengarakan pada kegiatan pembelajaran yang diarahkan pada pengalaman belajar secara langsung sehingga santri lebih aktif berperan dalam proses pembelajaran.
            Adapun metode menurut para ahli salah satunya.
            Menurut Sanjaya 2006 ;147. Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
            Menurut Pupuh Faturahmman dan Suyadi 2013;13. Metode adalah cara atau prosedur yang ditempuh guru untuk mecapai tujuan pembelajaran.[2]
            Dari latar belakang diatas kami menarik judul yaitu” METODE PEMBEGLAJARAN DI PONDOK PESANTREN NURUL FALAH KAUNCAANG’’  Agar lebih mengetahui metode pembelajaran di Pondok Pesantren  Nurul Falah sehingga menjadikan santri yang berakhlakul karimah.

B.   Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah usaha untuk usaha untuk menyatakan usaha secara tersurat pernyataan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan masalah.[3]
Dari uraian diatas terdapat beberapa masalah yang dapat dikaji dan diteliti yaitu:
1.  Jelaskan sejarah singkat pendirian Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang?
2.  Metode pembelajaran apa yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang?
3.  Kegiatan apa yang masih dilakukan  sampai saat ini di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian uraian yang menyebutkan secara spesifik. Maksud-maksud yang terkandung didalam kegiatan, didalam kegiatan tersebut baik maksud utama maupun tambahan harus dikemukakan dengan jelas.[4]
Dengan demikian kami bertujuan agar dapat memecahkan masalah diantaranya yaitu:
1.  Agar mengetahui sejarah singkat pendirian Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang.
2.  Agar mengetahui metode pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang.
3.  Ingin mengetahui kegiatan yang masih dilakukan sampai saat ini di Pondok Pesantren Nurul Falah  Kaungcaang.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
B.  Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
A.  Definisi Pondok Pesantren
B.  Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren
C. Peran Pondok Pesantren Terhadap Aspek Kehidupan Kemasyarakatan yang Berkembang di Pondok Pesantren
BAB III METODE PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN NURUL FALAH KAUNGCAANG
A.  Sejarah Singkat Pendirian Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang
B.  Metode Pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang
C. Kegiatan yang Masih dilakukan Sampai Saat ini di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang
BAB IV PENUTUP
A.   Kesimpulan
B.   Saran
DAFTAR PUSTAKA

                                   
BAB II
KAJIAN TEORI

A.  Definisi Pondok Pesantren
Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang melembaga di Indonesia. Dimana kiai dan santri hidup bersama dalam suatu asrama yang memiliki bilik-bilik kamar sebagai ciri-ciri esensialnya dengan berdasarkan nilai agama Islam. Pondok Pesantren mempunyai lima elemen dasar yaitu pondok, masjid pengajaran, kitab-kitab klasik Islam, santri dan kiai. Kelima elemen di atas merupakan elemen dasar yang dimiliki sebuah pesantren dikatakan lengkap apabila telah memiliki lima elemen di atas dan masing-masing mempunyai fungsi sendiri.
Menurut Zamahsyari Dhofir, 1982;18. Kata Pondok berasal dari Punduq (Bahasa arab) yang artinya  ruang tidur, asrama atau wisma sederhana. Karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar atau santri yang jauh dari tempat tinggalnya.
Menurut Ziemek 1986. Pesantren yang berasal dari kata santri yang di imbuhi awalan Pe- dan akhiran-en yang berarti menunjukan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.
Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an dimana kata santri berarti murid dalam Bahasa Jawa. 
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang kiai untuk mengatur kehidupan pondok pesantren. Kiai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya yang biasanya disebut Lurah Pondok.[5]
          Madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakikatnya adalah salah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya hendaknya pula mendapat perhatian dan bantuan yang nyata dengan berupa tuntunan dan bantuan materi dari pemerintahan.[6]

B. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren
            Dalam suatu lokakarya intensifikasi pengembangan pendidikan Pondok Pesantren Bulan Mei 1987 di Jakarta telah merumuskan tujuan institusional pendidikan pesantren sebagai berikut :[7]
1.  Tujuan Umum
Membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan ajara-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut dalam semua segi kehidupannya serta menjadikan sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara.
2.  Tujuan Khusus            
a. Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT  dan berakhlakul karimah.
b. Mendidik santri untuk menjadi manusia muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas.
c. Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangun bangsa dan negara.
Dari rumusan tersebut mengharuskan pesantren untuk tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja, akan tetapi ilmu umum juga harus di ajarkan di Pesantren.
            Dimensi fungsional pondok pesantren tidak bisa dilepaskan dari hakikat bahwa pada dasarnya pondok pesantren tumbuh berawal dari masyarakat sebagai lembaga informal desa dalam bentuk yang sangat sederhana.
            Adapun fungsi Pondok Pesantren diantaranya :[8]
a. Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan pengkaderan ulama, fungsi ini tetap melekat pada pondok pesantren, karna ia adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang melahirkan ulama.
b. Pondok Pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu dan pengetahuan khususnya agama Islam, dan pada tataran ini pondok pesantren memiliki peranan yang sangat besar dalam menyebar luaskan ilmu pengetahuan agama yang dalam pendidikan formal sering terabaikan.
c. Pondok Pesantren sebagai transformator, inovator, dan motivator. Fungsi itu meskipun dalam tataran tertentu masih perlu dikembangkan lebih lanjut, sebagai salah satu subsistem sosial pondok pesantren itu memiliki kekuatan dan daya tawar untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti.
Tujuan dan fungsi pondok pesantren bagi santri-santrinya juga dapat disimpulkan agar para santri lebih mandiri, mengetahui ilmu-ilmu agama memperkuat keyakinan baik dari Hadist maupun Al-Quran dan kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Pesantren tersebut dan juga untuk menjadi penerus para ulama.

C. Peran Pondok Pesantren Terhadap Aspek Kehidupan Kemasyarakatan yang Berkembang di Pesantren
            Peran pondok pesantren terhadap kehidupan kemasyarakatan bagi santrinya sangatlah diperlukan karena santri tidak akan menetap, jika dalam suatu lingkungan tidak ada kemasyarakatan atau kekeluargaan para santri dibutuhkan adanya adaptasi karena untuk memperkentalkan kekeluargaan di lingkungan yang di tempatinya seperti; asrama, kobong, ataupun pondok pesantren.
            Beberapa contoh aspek kehidupan kemasyarakatan yang berkembang di Pondok Pesantren diantaranya yaitu :[9]
a. Pendidikan agama atau pengajian kitab
b. Pendidikan dakwah
c. Pendidikan formal
d. Pendidikan seni
e. Pendidikan kepramukaan
f.  Pendidikan keterampilan/ kejuruan
g. Pengembangan masyarakat
Aspek itulah yang sering digunakan diberbagai Pesantren atau Madrasah di Indonesia khususnya Pesantren Boarding School ataupun sering disebut Pesantren Modern.    

BAB III
METODE PEMBELAJARAN
DI PONDOK PESANTREN NURUL FALAH

A.  Sejarah Singkat Pendirian Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang
Pondok Pesantren Nurul Falah pertama kali didirikan di Kampung Cimeong Desa Sukamenak Kecamatan  Baros Kabupaten Serang pada tahun 1947-1949 oleh KH. Moch Chaedar sebagai menantu dari H. Azhari tokoh masyarakat kampung Cimeong. Pondok pesantren ini bahkan ketika didirikan belum memiliki nama, dari sisi sarana prasarana masih sangat teramat sederhana dari bentuk bangunan masih berupa gubuk terbuat dari bambu dan atapnya dari daun kirai. Ada beberapa santri KH. Moch Chaedar angkatan pertama diantaranya: [10]
1.     Alm. H. karsa
2.     Alm. Ust. Muhammad
3.     Ust. Emi
4.     H. Syamsudin
5.     Ust. Surya
6.     Ust. Ujen
7.     Ust. Syukur
8.     Ust. Sidiq
9.     Ust. Rusui
10.  Ust. Sunari
11.  Ust. Makhdum
12.  Ust. Kiming
13.  Ust. Rusdi
14.  Ust. Sukardi
15.  Ust. Abdul majid 
16.  Ust. Suhari

Adapun beberapa kitab yang diajarkan pada masa-masa awal berdirinya pondok pesntren diantaranya: Nahwu, Sorof, Tapsir Qur’an, Fikih, Tauhid dan Tasawuf.
Pondok pesantren ini bertahan selama tiga tahun, karena pada tahun 1951 berpindah ke Kampung Taman Sari atau lebih dikenal dengan nama Kampung Pasir Meong, perpindahan ini disebabkan atas permintaan tokoh masyarakat Kampung Kaungcaang dan Kampung Pasir Meong, di Kampung Taman Sari ini KH. Moch Chaedar kembali pindah ke Kampung Kaungcaang Desa Kaungcaang Cadasari Pandeglang dengan alasan  Pesantren dan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) bukan sepenuhnya milik pribadi, selain dari itu latar belakang perpindahan ke Kampung Kaungcaang juga disebabkan permintaan tokoh masyarakat Kaungcaang pada tahun 1952.  
Pada masa itu keadaan pondok pesantren Nurul Falah masih gubuk yang masih memprihatinkan, bangunannya masih terbuat dari bambu  dan kayu, atapnya terbuat dari daun kirai (hatep) bukan dari genting seperti sekarang ini.
Seiring dengan berjalannya waktu setelah metetap di Kaungcaang tahun 1952 pondok pesantren yang tadinya belum diberi nama, akhirnya diberi nama NURUL FALAH yang artinya  Cahaya Kebahagiaan, yang merupakan cabang dari Nurul Falah Petir Serang. Dari tahun ke tahun jumlah santri semakin banyak, bukan hanya dari daerah sekitar tapi sudah dari daerah lain, seperti: Sumatera, Bogor, Bekasi, Karawang, Tangerang, Serang, Pandeglang, Rangkasbitung, dan lain sebagainya.
Dengan semakin bertambahnya jumlah santri, dituntut untuk mengembangkan dan menambah pasilitas sarana prasarana pondok pesantren , dari sisi jumlah kobong (asrama) diperbanyak dan ditingkatkan menjadi kobong (asrama)  menjadi bangunan yang permanen sampai saat  ini.
Adapun tokoh-tokoh yang berjuang dalam mendirikan Pondok Pesantren Nurul Falah yang masih dalam keadaan sederhana diantaranya:
1.     Lurah Satibi
2.     KH. Azhar
3.    H. Acuk
4.    H. Asyira
5.    H. Sabar
6.    H. Angqowi
Merekalah yang berjuang dan ikut serta dalam mendirikan Pondok Pesantren Nurul Falah, kebanyakan santri-santri yang pernah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Falah, mendirikan Pondok Pesantren di kampung halamannya seperti: Ust. Sidiq mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Nurul Falah di Kampung Pasir Dangdeur, Ust. H. Syamsudin mendirikan Madrasah Diniyah Nurul Falah di Kampung Kadujaro Ust. Badrudin mendirikan Madrasah Diniyah Nurul Falah di Kampung Sukajaya, masih banyak lagi cabang-cabang Nurul Falah yang tidak bisa disebutkan satu persatunya.

B. Metode Pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang
Metode pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang, menggunakan dua sistem, yaitu sistem Wetonan dan Sorogan.
            Sistem Wetonan adalah metode pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Falah dengan cara guru membacakan dan menjelaskan kitab-kitab salafi di depan santrinya.
Sedangkan sistem Sorogan adalah metode pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Falah dengan cara para santri membawa kitab langsung dan membacakannya didepan guru. Perbedaan metode yang digunakan dari segi klasikal, yang mana zaman dulu tidak menggunakan klasikal. Menggunakan klasikal disini para santri dibagi menjadi perkelas. Karena, sesuai dengan kemampuan dan lamanya santri menetap di Pesantren. Pondok pesantren Nurul Falah ini menggolongkan para santrinya menjadi tiga kelas diantaranya yaitu:[11]
1.  Kelas  Ibtida
Kelas ibtida dapat diartikan kelas pemula, yang mana para santri baru datang dan menetap di Pondok Pesantren.  Metode yang digunakan di kelas ibtida dengan menggunakan  kitab-kitab yang masih dasar dengan sistem di tulis di papan tulis oleh para pengajar.   
2.  Kelas Wustho
Kelas wustho dapat diartikan kelas pertengahan, yang mana para santri sudah lama menetap di Pondok Pesantren sekitar dua tahun. Metode yang digunakan  di kelas wustho dengan menggunakan sistem campuran, diantaranya sistem wetonan dan sistem di tulis di papan tulis oleh para pengajar.
3.  Kelas Ulya
Kelas ulya dapat diartikan kelas tinggi, yang mana para santri sudah lama menetap di Pondok Pesantren sekitar tiga tahun atau lebih metode yang digunakan di kelas ulya dengan menggunakan sistem wetonan dengan kitab-kitab yang dipelajari dan dibahas.
Adapun kitab-kitab yang dipelajari dimasing-masing kelas diantaranya :
a.  Kelas Ibtida
Kitab yang dipelajari di kelas ibtida diantaranya: Nahwu Shorof, Aqoid, Tasrif, Tauhid, dan Tajwid.
b.  Kelas Wustho
Kitab yang dipelajari di kelas wustho diantaranya: Tahpidz, Fikih wadi, Muhtasor jiddan, Matan bina, Adabulmara’h, Khutbah Juma’at, Tarkib, Sapinatunnajah, Aqoid, Nahwu wadih, Durus fikih dan Hidayatul mustapid.
c.   Kelas Ulya
Kitab yang dipelajari di kelas ulya diantaranya: Qurotul uyun, Riyadul badiah, Salamuttaufiq, Qomitu giyan, Kabair, Tapsis yasin, Uqudul jain,  Mahpudzot, Fathul qorib, Talim muta’alim, Kasipatussaja, Washoya, Irsyadul ibad, Tangqihul qoul, Dardir, Nashoul ibad, Tijan durori, Hilul makud, Qothrul gois, Sittin masalah, Mutamimah dan Salamun najat.
Sistem sorogan yang dilakukan pada waktu setelah maghrib sampai isa. Kitab yang dikaji dengan sistem sorogan diantaranya yaitu:
Ø Kitab Jurumiah (Nahwu),
Ø Kitab Matan bina (shorof), dan
Ø Kitab Mukhtasor jiddan.
Sistem wetonan yang hanya dilakukan di kelas wustho dan ulya. Baik dipelajari pada waktu MDA, Pengajian Malam dan Kuliah Subuh (kulsub). Pengajian kelas Ibtida, Wustho dan Ulya. Dilakukan pada hari senin, selasa, rabu, kamis, sabtu dan minggu. Pada hari jum’at pengajian tidak dilakukan karena pada hari jum’at para santri melakukan kegiatan jum’at bersih (Jumsih) yang dilakukan pada pagi hari sampai selesai.

C. Kegiatan yang masih dilakukan sampai saat ini di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang
A.  Kegiatan Harian
Kegiatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang tidak banyak mengalami perubahan, hanya mencakup perubahan waktu pembelajaran yang mana dalam kegiatan-kegiatan tersebut mengalami perubahan diantaranya:[12]
a.  Kuliah Subuh
            Yang mana kegiatan kuliah subuh dilaksanakan pada pukul 4.30-6.30 WIB. Dan mengalami perubahan yang disesabkan oleh adanya kegiatan sholat berjama’ah dan pembacaan yasin setelah sholat subuh. kegiatan  kuliah subuh yang sekarang dilaksanakan pada pukul 5.30-6.30 WIB.
    Adapun kuliah subuh terbagi  menjadi tiga kelas yaitu:
1.    Kelas Ibtida
Kitab yang dipelajari di kelas ibtida pada kegiatan kuliah subuh diantaranya: Aqoid, Tasrif, Tajwid, Mahfudot, Parukunan, Fiqih, dan Akhlakul bani’in, pada tahun ini (2016) kelas Ibtida pada kuliah subuh maupun MDA dibagi menjadi dua kelas, yaitu Kelas Ibtida A dan Kelas Ibtida B.
2.    Kelas Wustho
Kitab yang dipelajari di kelas wustho pada kegiatan kuliah subuh diantaranya: Safinah, Matan bina, Qiroatul rosidah, Taisirul kholak, Khulasoh dan Majmu salasa rosail.
3.    Kelas Ulya
Kitab yang dipelajari di kelas ulya pada kegiatan kuliah subuh diantaranya: Durotunnasihin, Bulugul maram, Abinajja, Majalis, Tafsir jalalen dan Mukhtasor Jiddan.
b. Madrasah Diniyah Awaliyah
Kegiatan MDA sampai saat ini masih dilakukan, meskipun perubahan waktu yang sangat pesat. Perubahan disebabkan karena, pada zaman dulu kegiatan Madrasah baik MTs maupun MA yang dilakukan pada pukul 07.12-12.00 WIB. Sedangkan madrasah yang dilakukan pada saat ini yaitu pada pukul 07.30-13.00 WIB. Para santri yang dulu memiliki waktu luang untuk beristirahat. Akan tetapi, waktu luang tersebut menjadi semakin sempit untuk beristirahatnya para santri sekarang. Jadi adanya waktu yang begitu sempit menjadikan para santri pun terlambat pada kegiatan MDA. Karena kegiatan yang dilakukan di Madrasah sekarang ini dibawah naungan pemerintah dan mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan.
Adapun nama MDA pada tahun ini memiliki tambahan yaitu Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) para pelajar yang dulu dan sekarang bukan hanya terdiri dari para santri melainkan dari masyarakat sekitar. Seperti; Kaungcaang, Tataman, Cikentrung, Pasir Meong, Wado dan masih banyak lainnya.
Pada kegiatan MDA memilik tiga kelas diantaranya:
1.    Kelas Ibtida A dan Ibtida B
2.    Kelas Wustho, dan
3.    Kelas Ulya.
Kelas ibtida A dan Kelas B masih menggunakan sistem ditulis, kelas wustho sistem pelajaran menggunakan sistem wetonan dan ditulis, dan sedangkan kelas ulya sistem pelajarannya hanya  menggunakan sistem wetonan.
c.   Pengajian Malam
Pengajian malam pada zaman dulu dilakukan pada sekitar pukul 22.00-24.00 WIB, sedangkan pengajian malam sekarang dilakukan pada pukul 21.00-22.00 WIB.
Adapun pengajian malam terbagi menjadi tiga kelas diantaranya :
1.  Kelas Ibtida
Kitab yang dipelajari di kelas ibtida pada kegiatan pengajian malam yaitu: Fiqih, Nahwu, Shorof dan Aqoid.
2.  Kelas Wustho
Kitab yang dipelajari di kelas wustho pada pengajian malam yaitu: Mukhtarol hadist, Aqoid, Fikih dan Nadzoman.
3.  Kelas Ulya
Kitab yang dipelajari di kelas ulya pada pengajian malam yaitu: Bulugul mara’m, Bidayatul hidayah, Bukhori, Mukhtarol hadist, Minahussaniah dan Assulam.
Adapun pada pengajian malam baik pada kelas ibtida, wustho dan ulya. Pada malam sabtu yaitu diisi dengan pengajian qiraat (qori).

  B. Kegiatan Mingguan
Adapun kegiatan  pengajian mingguan yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Falah yaitu:
a.  Muhadarah
Kegiatan muhadarah dilakukan pada malam minggu dimulai pada pukul 21.00 sampai selesai. Tujuan diadakannya muhadarah agar para santri lebih berani berbicara didepan banyak orang ketika turun ditengah-tengah masyarakat.
b.     Pembacaan Surat Yasin dan Kanjul Arsy
Pembacaan surat yasin dan kanjul arsy dilakukan seminggu sekali. Adapun pembacaan surat yasin setelah shalat subuh itu hanya dilakukan oleh para santriwati, pembacaan surat yasin dan kanjul arsy  dilakukan pada malam jum'at kegiatan itu dilakukan oleh para santri.

C.    Kegiatan Tahunan
Kegiatan tahunan ini dilakukan satu tahun sekali yang mana pada bulan-bulan tertentu, seperti: Bulan Rabiul Awal dan Bulan Syaban.
a.     Ikhtifalan
Ikhtifalan yang sering dilakukan pada Bulan Syaban, kegiatan ini bukan hanya dilakukan oleh para santri melainkan para pelajar yang berasal dari kampung halamannya sendiri. Sebelum kegiatan itu dilaksanakan seminggu sebelumnya, para pengajar mengadakan perlombaan-perlombaan.
Adapun perlombaan-perlombaan dalam kegiatan ikhtifalan diantaranya:
·         Adzan
·         MTQ
·         MHQ
·         Shalawat
Bukan hanya perlombaan saja tetapi, para pengajar mengadakan ulangan-ulangan yang digunakan sesuai jam pelajaran. 
b.     Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan pada Bulan Rabiul Awal, kegiatan ini telah dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Falah dari tahun kebelakang. Tujuan diadakannya Maulid Nabi Muhammad SAW yang diisi dengan syi’ar-syi’ar Islam dan tausiah-tausiah yang akan menambah wawasan para santri tentang sejarah kehidupan Nabi SAW.
·           Pengajian Al- Quran
Pengajian Al-Quran dari pertama didirikannya Pondok Pesantren Nurul Falah sampai saat ini masih dilakukan, meskipun para santri yang dulu lebih banyak jumlahnya dari para santri sekarang. Pengajian Al-Quran setelah shalat maghrib sampai selesai.
Adapun para Pengajar dalam Pengajian Al-Quran di antaranya:
1.  Ust. Muzayan
2.  Ust. Uyu Zuhrufi
3.  Ustj. Yeti Herawati
4.  Ustj. Mahtumah
5.  Ustj. Muzayanah
Adapun Para Pengajar di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang, Pada kegiatan MDA, Kuliah Subuh dan Pengajian Malam pada tahunan sekarang ini diantaranya:
1.     Drs. Muzayan. M.Ag
2.     Uyu Zuhrufi. S. pd
3.     Drs. E Baihaki Aziz
4.     Ust. Muhit Azhari A ma
5.     Ust. Atho Jumrata
6.     Ust. Andi Sahandi
7.     Ust. Abd Majid
8.     Ust. Zaenudin
9.     Ust. Abdurrasid
10.  Ust. Saukani
11.  Ust. Saepul Munir
12.  Ust. Abdul Rahman Fuadi. S. pdi
13.  Ust. Mukhlis Faturrahman
14.  Ust. Tb. Sihabudin, SH
15.  Ust. Rijal
16.  Ust. Muhi Maulana
17.  Ust. Aburijal Chili
18.  Ustj. Sumiyati
19.  Ustj. Neni Yunengsih
20.  Ustj. Siti Nuraeni
BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pendidikan bagi manusia adalah sistem atau cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan meningkatkan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang melembaga di Indonesia, dimana kiai dan santri hidup bersama dalam suatu asrama yang memiliki bilik-bilik kamar sebagai ciri-ciri esensialnya dengan berdasarkan nilai agama Islam.
Definisi pesantren yang berasal dari santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -en yang berarti menunjukan tempat, maka artinya adalah tempat para santri, dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an yang artinya murid dalam Bahasa Jawa.
Adapun tujuan dan fungsi pondok pesantren bagi santri-santrinya juga dapat disimpulkan agar para santri lebih mandiri, mengetahui ilmu-ilmu agama, memperkuat kenyakinan baik dari Hadist maupun Al-qura’n dan Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Pesantren tersebut dan juga untuk menjadi penerus para ulama. Contoh aspek kehidupan masyarakat yang berkembang di Pondok Pesantren, pendidikan atau pengajian kitab adalah kegiatan yang selalu dilakukan disetiap pesantren.
Pesantren Nurul Falah pertama kali didirikan di Kampung Cimeong Desa Sukamenak Kecamatan Baros Kabupaten Serang pada tahun 1947-1949 oleh KH. Moch Chaedar sebagai senantu dari H. Azhari tokoh masyarakat dari Kampung Cimeong, yang mana pondok pesantren ini didirikan belum mempunyai nama. Pondok pesantren ini bertahan selama tiga tahuh dan pada tahun 1951 berpindah ke Kampung Taman sari yang lebih dikenal dengan nama Kampung Pasir meong, di Kampung Taman sari ini KH. Moch Chaedar mendirikan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan hanya berselang dua tahun KH. Moch Chaedar kembali berpindah ke Kampung Kaungcaang Desa Kaungcaang Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang pada tahun 1952.
Pada masa itu keadaan pesantren masih memperihatinkan, pada tahun 1952 pesantren yang tadinya belum memiliki nama, akhirnya diberi nama Nurul Falah artinya Cahaya Kebahagiaan. Dengan beriringnya waktu pada tahun ke tahun semakin bertambah, keadaan pesantren pun tidak memperihatinkan  dan sarana prasarana terpenuhi.
Metode yang dulu sampai sekarang ini dilakukan memiliki dua sistem yaitu sistem wetonan dan sorogan. Sistem-sistem ini  dilakukan di kelas ibtida,wustho dan ulya. Baik pada kegiatan kuliah subuh, pengajian malam dan madrasah diniyah awaliyah (MDA).
Adapun kegiatan yang sampai saat ini dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Falah baik kegiatan harian, kegiatan mingguan dan kegiatan tahunan. Kegiatan itulah yang sering dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Falah Kaungcaang.
Pada kegiatan harian mengalami perubahaan dari segi pelaksanaan atau waktu, seperti kuliah subuh yang biasa dilaksanakan pukul 04.30-06.30 WIB dan sekarang dilaksanakan pukul 05.30-06.30 WIB, disebabkan oleh adanya shalat berjamaah dan pembacaan surat yasin setelah shalat subuh. Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) mengalami perubahan disebabkan karena adanya kegiatan madrasah baik MTs maupun MA yang dulunya dilakukan pukul 07.15-12.00 WIB sedangkan pada kegiatan Madrasah sekarang dilakukan pada pukul 07.30-13.00 WIB, para santri yng dulu memiliki waktu luang untuk beristirahat, akan tetapi waktu luang tersebut berubah menjadi sempit untuk beristirahat, jadi adanya waktu yang sempit menjadikan para santri terlambat pada kegiatan MDA. Dan ada juga yang mengalami perubahan yaitu pada kegiatan pengajian malam. Pada kegiatan pengajian malam, biasa dilakukan pukul 22.00-24.00 WIB dan berpindah pada pukul 21.00-22.00 WIB. Para pengurus memindahkan jadwal pengajian malam karena menyesuaikan pada kondisi santri-santrinya.
Pada kegiatan mingguan dan tahunan tidak mengalami perubahan, karena pada kegiatan mingguan dam tahunan hanya dilakukan pada hari-hari tertentu dan bulan-bulan tertentu.


B. Saran
Dari judul yang telah kami kaji penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.  Santri mengikuti dan mendukung program/kegiatan yang telah ditetapkan oleh para pengurus di Pesantren.
2.  Masyarakat dapat mendukung program/kegiatan yang dilaksanakan di Pesantren dan ikut serta dalam pelaksanaannya.
3.  Pemerintah agar dapat memperhatikan dan turun langsung ke pesantren-pesantren, agar lebih tahu kondisi pesantren kekurangan dan kelebihan yang ada di lingkungan pesantren.
4.  Instansi yang bersangkutan (pondok pesantren), para pengurus harus lebih memperhatikan santri-santrinya baik dari segi kegiatan maupun kondisi pesantren.











DAFTAR PUSTAKA

aablogaddress. blogspot. Com/
agussiswoyo, com> tokoh-pesantren>fungsi, rabu 26 Oktober 2016
muktar maksum, 2001, Madrasah, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, Hlm 129.
www.gedung teori xyz>Home> kajian teori> metode pembelajaran.
www.informasi.com>Home >penelitian.
www.kompasiana.com/yulianizumaroh, senin 24 Oktober 2016.
www.rublyboyan. blogspot.com.     
                                             
Wawancara :
Drs. Muzayan M.Ag, minggu 30 Oktober 2016, 08.30 WIB
Ust. Saukani, sabtu 06 November 2016, 10.30 WIB
 






[1] Rofikekomputer, blogspot.com
[2] www. Gedung Teori xyz>Home> kajian teori> metode pembelajara
[3] www. Informasi. Com>home>penelitian


[4] www. Informasi. Com>Home>penelitian
[5] www.Ruslyboyan.blogsport.com
[6] Maksum,muktar.2001.madrsah.Jakarta:PT logps Wacana Ilmu, Hlm 129
[7] Rublyboyan.blogspot.com
[8] agussiswoyo.com>tokoh-pesantren>fungsi.Rabu 26 Oktober 2016
[10] aablogaddress.blogspot.com/
[11] Wawancara ;Drs.Muzayan  S,ag, Minggu 30 Oktober 2016:08.30 WIB
[12] Wawancara, ust, saukani. Sabtu 6 November  2016;10.30.WIB

No comments: