18/10/2016

Biografi Mama K.H Moch Chaedar Zuhri
 


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah
Kiai merupakan sosok penuh sumber inspirasi. Kiai bak lautan samudera pengetahuan yang tak akan habis meski dikuras setiap hari. Karena itu, sayang jika disia-siakan begitu saja. Menjadi seorang santri adalah masa-masa dimana “tradisi santri kelana” sedang masyhur.
  
Para santri era itu, memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya berguru kepada banyak Kiai. Bagi mereka setiap Kiai senantiasa memiliki penguasaan keilmuan yang berbeda. Ada seorang Kiai yang ‘alim pada ranah tertentu tapi dalam ranah yang lain tidak begitu menguasai. Misalnya, ada Kiai yang menguasai Fiqih saja, sementara di Hadits dia lemah. Maka, ketika santri ingin memperdalam Hadits, tentulah ia harus mencari guru yang ‘alim di masalah Hadits. Begitu seterusnya tak hanya itu, ada pondok-pondok tertentu yang menonjolkan Tasawuf, ada pondok olah Kanuragan, ada pula yang menonjolkan keterampilan-keterampilan. 

Dengan kondisi semacam ini, maka seorang santri yang ingin mengggapai kesempurnaan ilmu pengetahuannya, hendaklah ia menyambangi Kiai-kiai yang berbeda-beda itu. Inilah yang biasa disebut sebagai Santri Kelana. Berpindah dari satu Kiai ke Kiai yang lain atau berpindah dari pondok satu ke pondok yang lain. Para santri menganggap bahwa ketika ia berguru ke banyak Kiai maka akan berefek positif pada ilmu yang dimilikinya. Dan secara langsung, akan semakin banyak keberkahan yang diterima santri. Berkah adalah ziyadath al-khair. Maksudnya, bertambah kebajikannya dan berkurang keburukannya.

Seorang Kiai dalam keyakinan pesantren adalah tokoh-tokoh yang mempunyai kelebihan (linuwih) yang dekat dengan Allah Swt. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berbuat kebajikan. Ibarat orang yang berdekatan dengan penjual minyak, ia akan memperoleh bau wanginya. Maka, orang yang berdekatan dengan para Kiai akan tertular semangat ‘ubudiyyah dan kesalehannya. Semakin banyak mereka dekat dengan para Kiai, semakin baik pula untuknya. Inilah makna dari keberkahan yang senantiasa diburu oleh para santri. Sebagaimana santri pada umumya, Mama KH.  Moch. Chaedar Zuhri juga memiliki keinginan untuk melanglang buana, berguru kepada Kiai-Kiai yang berbeda.[1] 

Akhir-akhir ini, tidak sedikit masyarakat, para santri bahkan alumni-alumni Nurul Falah yang tidak mengetahui sejarah hidup Mama KH. Moch Chaedar Zuhri. Karena kurangnya informasi mengenai sejarah hidup beliau dan belum adanya seseorang yang meneliti tentang perjalanan hidup beliau. 

Dari latar belakang diatas, kami tertarik untuk mengkaji atau menganalisis sebuah karya tulis yang berjudul “Biografi Mama KH. Moch. Chaedar Zuhri” agar semua masyarakat khususnya para santri dan alumni mengetahui sejarah hidup beliau lebih mendalam serta mencontoh semua akhlak dan pribadi Mama KH. Moch Chaedar Zuhri dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B.          Perumusan Masalah
Ada beberapa para ahli mendefinisikan tentang rumusan masalah , diantaranya :
Menurut Pariata Westra, bahwa suatu masalah yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga berhasil.
Menurut Sutrisno Hadi, masalah adalah kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan kenapa. 

Rumusan Masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait diantara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.

Rumusan Masalah ini pada hakekatnya adalah deskriptif tentang ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi dan analisis variabel yang tercakup di dalamnya. Dengan demikian rumusan masalah tersebut sekaligus menunjukkan fokus pengamatan di dalam proses penelitian nantinya.[2] 

Dari uraian di atas terdapat beberapa masalah yang dapat dikaji dan diteliti, yaitu :
1    1. Bagaimana riwayat hidup dan pendidikan Mama KH. Moch Chaedar Zuhri selama masa hidupnya?
2       2. Bagaimanakah akhlak dan pribadi Mama KH. Moch Chaedar Zuhri selama masa hidupnya?
3       3..  Kapan akhir hayat Mama KH. Moch Chaedar Zuhri?

C.          Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini biasanya berisi jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang telah diungkapkan pada bagian rumusan masalah. Tugas akhir ini akan mengacu dari tujuan penulisan ini.[3]
1     1. Untuk mengetahui tentang riwayat hidup dan pendidikan Mama KH. Moch Chaedar Zuhri selama masa hidupnya
2        2.   Untuk mengetahui tentang akhlak dan pribadi Mama KH. Moch Chadar Zuhri
3        3.   Untuk mengetahui tentang akhir hayat Mama KH. Moch Chaedar Zuhri


D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan atau dapat juga disebut out-line. Sistematika penulisan merupakan urutan penulisan naskah karya tulis yang disusun secara logis dari permulaan sampai akhir.

Sistematika penulisan ilmiah sebenarnya tidak harus seragam karena tergantung kepada kebutuhan dan selera namun untuk memberi kemudahan kepada para siswa sebagai penulis pemula, maka ditentukan sistematika seperti di bawah ini.[4] 
Pemilihan sistematika ini dilakukan berdasarkan pertimbangan kemudahan, efektifitas dan efesiensi.
BAB I       : Pendahuluan, menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II       : Kajian Teori, menguraikan tentang Definisi Biografi dan Kiai, Faktor yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Kiai, Tipe Kiai, dan Peran Kiai dalam Pesantren.
BAB III  : Pembahasan, menguraikan tentang Riwayat Hidup dan Pendidikan Mama KH. Moch Chaedar Zuhri, Akhlak dan Pribadi Mama KH. Moch Chaedar Zuhri, Pola Pemikiran Mama KH. Moch Chaedar Zuhri, Keteladanan Mama KH. Moch Chaedar Zuhri dan Akhir Hayat Mama KH. Moch Cheadar Zuhri.
BAB IV      : Penutup, menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran



BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Definisi Biografi dan Kiai
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup  dan graphien yang berarti tulis.[1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, biografi berarti riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Dalam biografi dijelaskan secara lengkap kehidupan tokoh sejak kanak-kanak sampai tua, bahkan hingga tokoh tersebut meninggal, karya dan segala aspek yang dilakukan atau dihasilkan tokoh juga dijelaskan.

Teks biografi terdiri atas struktur-struktur utama, yaitu :
1. Orientasi/PengenalanTokoh
Orientasi berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku didalam teks biografi. Orientasi memberikan pengenalan tokoh secara umum, seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, latar belakang keluarga dan riwayat pendidikan.
a.  Peristiwa dan Masalah
Dalam bagian ini berisi penjelasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh tokoh, termasuk masalah yang dihadapinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.  Bagian ini mencakup aspek menarik, mengesankan, mengagumkan, dan mengharukan yang dialami tokoh.
b. Reorientasi
Bagian ini berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang di ceritakan. Reorientasi boleh ada dan boleh tidak ada dalam teks biografi.[2]

Menurut pendapat Abdul Qodim, kata Kiai itu diambil dari bahasa Persia (Irak), yaitu dari kata kia yang berarti senang melakukan perjalanan atau disebut juga orang terpandang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kiai itu orang yang terpandang dalam arti disegani. Sedangkan senang jalan-jalan itu berarti berdakwah.[3]

Menurut KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) mempunyai definisi gelar “kiyai”. Menurut versi beliau, yakni ALLADZIINA YANDZURUUNAL UMMAH BI ‘AYNUR ROHMAH. Mereka yang memperhatikan  umat dengan pandangan rahmat (kasih sayang).

Ungkapan Gus Mus ini sesuai dengan asal mula kata “Kiai” berupa kata “ki” dan “yai”. Dalam kebudayaan kita, setiap hal yang memiliki kelebihan dalam sisi spiritual bisa digelari “ki-yai” atau “Kiai” tidak hanya sosok manusia, bahkan benda anorganik pun bisa.

Dalam Kamus Besar Bahasa  Indonesia, istilah Kiai memiliki pengertian yang plural. Kata Kiai mempunyai banyak arti antara lain :
1. Sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam)
2. Sebutan bagi guru ilmu ghaib (dukun dan sebagainya)
3. Kepala distrik (di Kalimantan Selatan)
4. Sebutan yang mengawali nama benda yang dianggap bertuah (senjata, gamelan, dan sebagainya)
5. Sebutan samaran untuk harimau (jika orang melewati hutan)
Menurut asal usulnya, perkataan Kiai dengan bahasa Jawa dipakai untuk 3 (tiga) jenis gelar yang saling berbeda  :
1. Sebutan gelar penghormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat. Umpamanya Kiai Garuda karena dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di Keraton Yogyakarta.
2.  Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3.  Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab.[4]

B.    Faktor yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Kiai
Menurut Abu Bakar Aceh, ada empat faktor yang menyebabkan seseorang menjadi Kiai besar, yaitu :
1. Pengetahuannya
2. Kesalehannya
3. Keturunannya
4. Jumlah murid atau santrinya[5]

Vrendenbregt (dalam Steebrink, 1994:110) bahwa untuk menjadi Kiai itu adalah :
1. Keturunan
2. Pengetahuan agama
3. Jumlah muridnya
4. Cara dia mengabdikan diri kepada Masyarakat

Menurut Horikoshi (dalam Tafsir, 2010 : 194) kekuatan Kiai atau ulama itu berakar pada :
1. Kredibilitas moral
2. Kemampuan mempertahankan pranata sosial yang diinginkan[6]

”Kiai merupakan figur sentral, otoritatif dan pusat seluruh kebijakaan dan perubahan. Hal ini erat hubungannya dengan dua faktor. Pertama : Kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat peternalistis kebanyakan pesantren masih menganut sebamono, mono manajemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenangan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi. Kedua, kepemimpinan bersifat individu otoritas ini sebagai Pendiri dan Pengasuh Pesantren sangat besar dan tidak bisa diganggu gugat. Faktor nasab juga kuat sehingga Kiai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anaknya”.(Masyhud, 2003 : 15)

Mudjahirin Tohir mendefinisikan entitas seorang Kiai dengan memasang tiga parameter mendasar. Ada tiga elemen penting yang menentukan seseorang dapat disebut Kiai atau tidak : Pertama, penguasaan dan pemahaman keagamaan yang relatif lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan pengetahuan masyarakat dilingkungannya. Kedua, dengan pemahaman yang baik akan melahirkan sikap atau mentalitas yang baik bagi dirinya, tepatnya tercermin dalam visi geraknya. Jadi jika seseorang belum mampu memegang komitmen pada ajaran amar makruf nahi munkar, maka layak untuk diragukan kekiaiannya. Ketiga dengan visi dan sikap tadi bisa memberikan pengaruh berupa keteladanan, komitmen serta konsistensi terhadap perilakunya sendiri.[7]


C. Tipe Kiai

Adanya tipe-tipe Kiai yang dapat membedakannya antara Kiai satu dengan Kiai lainnya sebagai pemimpin dalam mengembangkan pendidikan pondok pesantren.
1.  Kiai Spiritual
Kiai spiritual adalah pengasuh pondok pesantren yang lebih menekankan pada upaya mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa lewat amalan dan ibadah tertentu. Dalam hal ini, Kiai banyak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan seperti melakukan thariqah Naqsabandiyah, Wahidiyah, Muhammadiyah dan lain-lain.
2.  Kiai Advokatif
Kiai advokatif adalah pengasuh pondok pesantren yang selain aktif mengajar pada santri dan jama’ahnya juga memperhatikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dan senantiasa mencari jalan keluarnya. Kiai ini tidak hanya mengajarkan teori saja akan tetapi beliau juga ikut menerapkan teori tersebut dalam dunia nyata.
3.  Kiai Politik
Kiai politik adalah pengasuh pondok pesantren yang senantiasa peduli kepada organisasi politik dan kekuasaannya. Kiai ini tanggung jawabnya tidak hanya dalam pesantren saja akan tetapi beliau juga aktif dalam kegiatan berorganisasi diluar pondok pesantren terutama dalam dunia perpolitikan.[8]

D.    Peran Kiai dalam Pesantren
Eksistensi seorang Kiai dalam sebuah pesantren menempati posisi yang sentral. Kiai merupakan titik pusat bagi pergerakan sebuah pesantren. Kiai merupakan sumber inspirasi dan sumber pengetahuan bagi santrinya secara absolut. Seringkali dalam sebuah pesantren, Kiai adalah perintis, pengelola, pemimpin, pengasuh, bahkan sebagai pemilik tunggal, sehingga kepemimpinan seorang Kiai terlihat otoriter. Terbentur dengan kepemimpinan seorang Kiai, orang-orang diluar pesantren akan sulit sekali menembus dunia pesantren.

Kiai bebas menentukan format pesantrennya, sesuai dengan format yang diinginkannya, tanpa campur tangan siapapun. Meski format itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh gaya dan kemampuan Kiai tersebut. Hal itulah yang akhirnya menentukan ciri khas dari sebuah pesantren.

Bagi seorang santri, peran Kiai yang paling besar adalah sebagai guru dan teladan bagi santrinya. Seorang Kiai adalah tokoh ideal bagi komunitas santri. Seluruh waktu Kiai habis untuk mengajar santrinya. Seorang Kiai juga menjadi model santrinya, sehingga seorang Kiai harus menjaga citranya, jangan sampai melakukan perbuatan yang melanggar syari’at Islam.

Dalam pandangan Tolhah Hasan, peranan Kiai dipandang secara sosiologis. Peranan Kiai adalah sebagai pemimpin. Kepemimpinan Kiai meliputi empat dimensi, yaitu :
1.  Kepemimpinan ilmiah, dimana seorang Kiai dipandang mempunyai kecerdasan dan pengetahuan diatas rata-rata masyarakat pada umumnya.
2.  Kepemimpinan spiritual, seorang Kiai membimbing masyarakat dan santri melalui tasawuf dan tarekat.
3.  Kepemimpinan sosial, seorang Kiai menjadi tokoh masyarakat.
4.  Kepemimpinan administratif, dimana seorang Kiai memimpin sebuah instansi seperti pesantren dan organisasi yang lain.[9]

BAB III
PEMBAHASAN

A.    Riwayat Hidup dan Masa Pendidikan Mama K.H Moch Chaedar Zuhri

KH. Moch Chaedar Zuhri lahir di Petir, 12 April 1923 putera kedua dari lima bersaudara. Ayah beliau bernama KH. Moch. Emed Zuhri bin Amin dan Ibundanya bernama  Ratu Mahdiyah. Beliau berasal dari  keluarga sederhana namun terpandang, keluarga Kiai, pejuang, harmonis, selalu memberikan pengayoman kepada keluarga, masyarakat dan terkenal dengan kebaikannya, sehingga perilakunya menjadi panutan masyarakat sekitar.

Edang adalah nama kecil beliau. Diberi nama Moch Chaedar Zuhri karena mempunyai arti tersendiri, yaitu Chaedar artinya singa (melambangkan berani dan kuat) dan Zuhri artinya bunga. Makna dari nama beliau adalah berani memberantas kemungkaran dan menyampaikan yang hak tentang agama.[1]

KH. Moch Emed Zuhri adalah sosok pejuang yang religius membela agama Islam pada masa penjajahan sehingga oleh Tentara Belanda beliau diasingkan ke Digul, Papua. Beliau seorang Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Falah di Cigodeg, Petir. Jadi, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sehingga KH. Moch Chaedar Zuhri menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Falah di Kaungcaang.

Sebelum Ayahandanya dibawa oleh Tentara Belanda ke Digul, beliau menitipkan KH. Moch Chaedar Zuhri kepada salah satu santrinya yaitu KH. Azhari berasal dari Desa Cimeong, Baros.[2] Dengan alasan karena KH. Azhari adalah salah satu santri yang paling dekat dengan Ayahanda KH. Moch Chaedar Zuhri, sehingga kebaikan KH. Azhari tidak diragukan lagi.[3]

Di dalam kehidupan manusia, masa kanak-kanak atau masa kecil dianggap sebagai masa bermain atau bersenang-senang sehingga pendidikan yang diberikan pada anak usia tersebut biasanya dilakukan sekadarnya. Artinya, pendidikan tersebut dilakukan tergantung pada keinginan si anak karena jika dipaksakan mereka mudah marah atau menangis.

Para tokoh pendidikan modern menyatakan bahwa pendidikan masa anak-anak adalah penting dilakukan dengan slogannya “bermain sambil belajar”. Ini digunakan untuk lebih mencerdaskan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Asumsinya, pendidikan modern tidak lagi berpedoman pada bakat alami atau tidak, akan tetapi menciptakan atau memunculkan bakat yang terpendam pada diri sang anak.[4]

Namun, hal berbeda terjadi  pada KH. Moch Chaedar Zuhri. Sejak anak-anak, bakat kepemimpinannya sudah tampak. Ketika beliau duduk di bangku Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah dasar), beliau pernah tidak dinaikkan kelas. Suatu hari, Ibu Gurunya datang menemui Ibunda beliau dan Ibu Guru tersebut mengatakan bahwa Chaedar adalah anak yang pemberani, sehingga ia tidak dinaikkan ke kelas selanjutnya lantaran tidak ada seorang pun yang berani memimpin kelas tersebut. Dan hanya Chaedar lah yang pintar memimpin kelas tersebut diantara teman-teman yang lainnya.[5]

Perilaku yang telah tertanam sejak kecil ini tetap bertahan sampai akhir hayatnya. Hal itu menjadikan beliau layak menjadi pemimpin  yang kharismatik, dengan keadilannya menyampaikan yang hak tentang agama dan sikap anti-kekerasan dalam mengubah kejahatan menjadi kebaikan.

Di dalam bidang pendidikan, KH. Moch Chaedar Zuhri terkenal memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan ilmu seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya. Beliau tidak gampang puas dengan ilmu yang sudah didapatnya dan berpindah-pindah dari guru satu ke guru lain.[6]

Sejak usia tiga tahun, KH. Moch Chaedar Zuhri Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) di Cigodeg, Petir. Setelah lulus SR, beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Jamiatul Khairiyah, Tanah Abang. Pada masa itu, Pengasuh Pondok Pesantren tersebut adalah KH. Mansur (Kakek dari Ustadz Yusuf Mansur).

Selanjutnya, KH. Moch Chaedar Zuhri melanjutkan ke Pondok Pesantren Riyadul Awwalin di Cangkudu, Baros selama tiga tahun lamanya. Kemudian, beliau melanjutkan di Cilaku (Cianjur), dibawah asuhan KH. Momo selama tiga tahun.[7]

Setelah mondok dari Cilaku (Cianjur), KH. Moch Chaedar Zuhri pulang ke Cimeong, karena anak seorang Kiai, banyak wanita yang berminat ingin menjadi pendamping hidup beliau. Akhirnya, KH. Moch Emed Zuhri dan KH. Azhari berencana untuk menjodohkan beliau dengan puteri pertama dari KH. Azhari yang bernama Hamdanah binti Arca Wati. Tepat pada hari Jum’at, 10 Maret 1941 KH. Moch Chaedar Zuhri dan Hamdanah menikah dengan perbedaan usia yang cukup jauh. Pada waktu itu, KH. Moch Chaedar Zuhri berusia 18 tahun dan istrinya berusia 9 tahun.[8]

Setelah menikah, beliau kembali mencari ilmu di Plered (Purwakarta), dibawah asuhan Mama KH. Bakrie. Beliau bersama Hamdanah, KH. Azhari, Arca Wati, Sayuti, Dimyati dan Maemanah ngeli (pindah sementara) pada tahun 1949. Karena suasana di Cimeong dalam keadaan tidak nyaman.[9]

Mama KH. Moch Chaedar Zuhri  tidak pernah aktif di partai politik. Hanya, beliau oleh partai politik dijadikan tokoh yang dituakan di Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Masyumi. Karena beliau, orang yang dianggap oleh partai politik tersebut sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dan dekat dengan rakyat. Sehingga bisa menggerakkan masyarakat untuk mendukung partai politik tersebut.

Dalam karier pekerjaan, beliau seorang Pegawai Negeri Sipil Departemen Penerangan Agama di Baros. Namun beliau, mengajukan pensiun muda dengan alasan beliau ingin lebih fokus mengurus Pondok Pesantren dan Madrasah. Alhamdulillah Mama berhasil lebih fokus mengurus dan mengembangkan pondok, santrinya pun berasal dari berbagai daerah.[10]

Atas keberhasilan tersebut beliau mendapat julukan “Mama” dari masyarakat sebagai penghormatan atas dedikasinya pada pondok dan masyarakat, secara otomatis gelar Kiai pun melekat pada Mama KH. Moch Chaedar Zuhri atas keberhasilannya di bidang ilmu agama.[11]

B.    Akhlak dan Pribadi Mama KH. Moch Chaedar Zuhri
1. Akhlak dan Pribadi Mama terhadap Keluarga
Menurut Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz, akhlak Mama terhadap keluarga cukup hati-hati dengan para puteranya, sangat dekat dalam arti tanggung jawab dan perhatian terhadap anak-anaknya. Ketika ada masalah dengan keluarga Mama sangat berhati-hati dalam menangani permasalahannya.[12]

Menurut Ibu Mujayanah, Mama merupakan sosok sangat baik, rendah hati, sangat memperhatikan anak-anaknya, adil, tidak menyebelahpihakkan, dan bersikap lembut. [13]

Menurut Bapak Drs. Muzayan, M.Ag kasih sayang Mama kepada anak-anaknya sangat besar, Mama tidak pernah membeda-bedakan anaknya dan sangat menyayangi cucu-cucunya.[14]

2. Akhlak dan Pribadi Mama terhadap Santri

Mama adalah seorang Kiai yang sangat dekat dengan para santrinya, bertanggung jawab, tegas, perhatian, selalu memberi nasihat kepada santrinya. Menurut Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz mempunyai satu santri jangan sampai diabaikan. Satu itu bisa menjadi sepuluh, sepuluh itu bisa jadi seratus.[15]

3.  Akhlak dan Pribadi Mama terhadap Masyarakat

Selain dekat dengan keluarga dan santrinya Mama juga sangat dekat dengan masyarakat, bertanggung jawab, tegas dan sangat memperhatikan masyarakat. Kebiasaan Mama selepas sholat jum’at sering berkeliling ke rumah-rumah masyarakat tujuannya pendekatan dengan masyarakat serta sambil berdakwah.[16]

C.    Pola Pemikiran Mama KH. Moch Chaedar Zuhri

Dari sisi pemikiran perkembangan masa depan adalah langkah yang selalu beliau tempuh. Butir-butir program yang selalu di munculkan bersifat futuristik, up to date dan beberapa langkah  lebih maju dari pemikiran-pemikiran sebelumnya.

Tidak bosan-bosannya beliau selalu berbicara tentang kemajemukan ataupun tentang gejolak tendensi relativitas iman (bagaimana menempatkan agama di posisi semestinya).

Kepedulian beliau mengenai dunia lembaga pendidikan dan pesantren, tak diragukan lagi. Beliau lebih mengedepankan kepada pendidikan, Mama punya pemikiran jauh kedepan walaupun beliau seorang Kiai tapi beliau ingin mendidik anak-anaknya agar mempunyai pendidikan formal dan non formal supaya bisa bergaul.

Mama KH. Moch Chaedar Zuhri dikenal bukan hanya perintis lembaga pendidikan, kita juga bisa melihat beliau sebagai Pengurus Pondok Pesantren. Ini adalah salah satu bukti bahwa Mama tidak sekedar sebagai aktivis sosial, tapi lebih dari itu sebagai pengayom para santrinya. Mungkin sebagian orang ada yang melihatnya bahwa aktivitas beliau adalah kerja-kerja yang tidak mendatangkan materi. Namun bagi beliau, materi adalah bukan satu-satunya yang dituju di dunia ini. Beliau tetap konsisten dalam mengelola Pondok Pesantren dan lembaga kemasyarakatan.

Ada beberapa pemikiran dari Mama KH. Moch Chaedar Zuhri yang perlu dan harus dilanjutkan estafetnya. Pertama, beliau mempunyai kelebihan dalam menggabungkan ilmu agama dengan ilmu umum (integralistik) baik itu berwujud pesantren maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Kedua, yang penting dari beliau adalah sangat hati-hati dan tidak gegabah dalam memutuskan sesuatu.

Ketika harus diposisikan mengenai peta wacana pemikiran beliau. Pada dasarnya, kuncinya adalah dakwah. Diarea inilah pemikiran beliau bersemayam. Selangkah lebih maju, bagaimana beliau menempatkan Islam, tidak hanya sesuai dengan zaman, tetapi baginya Islam harus mendahului zaman. Kalaupun perlu, harus ada akselerasi-akselerasi yang dikerjakan. Beliau ingin sekali menjadikan pesantren sebagai lembaga yang memiliki jati diri yang kuat, tetapi tidak ketinggalan zaman.[17]


D.    Keteladanan Mama KH. Moch Chaedar Zuhri
Mama KH. Moch Chaedar Zuhri adalah sosok Kiai kharismatik yang luar biasa dan penuh tanggung jawab. Berkat karya dan jasa beliau terhadap masyarakat umum tetap terkenang serta manfaatnya masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Salah satunya membaca dan mempelajari kitab-kitab klasik karangan Syekh Nawawi kemudian disampaikan kembali kepada santri dan masyarakat. Selain itu, beliau juga mempunyai cita-cita tinggi ingin mendirikan Pondok Pesantren.[18]
Pertama kali, Mama mendirikan Pondok Pesantren di Cimeong pada tahun 1942. Pada waktu itu Pondok Pesantren tersebut belum memiliki nama, bahkan santri pertamanya adalah H. Karsa (Alm) dan H. Suriya (Alm). Lambat laun setelah berdirinya Pondok Pesantren di Cimeong, Mama pindah tempat ke Kaungcaang atas permintaan dari masyarakat Kaungcaang sendiri, yaitu H. Ahyar (Alm), H. Acuk (Alm), H. Anggawi (Alm) dan Ki Jasira (Alm). Karena, pada waktu itu keadaan Kaungcaang sebelum ada Mama masyarakat sekitar masih dalam keadaan gelap gulita dan belum mengenal ibadah. Akhirnya masyarakat meminta mama untuk pindah agar di Kaungcaang ada sosok pencerah yang memberikan pengajaran dan pengembangan agama kepada masyarakat sekitar. Setelah tinggal di Kaungcaang, Mama mendirikan Pondok Pesantren menempati tanah H. Acuk (Alm). Bangunan Pondok Pesantren tersebut sangat sederhana terbuat dari bambu dan terdiri dari tiga kobong. Pada waktu itu, letaknya dekat MA (sekarang). Tempat yang strategis tidak mengurangi rasa semangat belajar para santri begitu pun Mama tak kenal lelah dalam mendidik dan membimbing para santri. Sistem pengajaran yang diberikan Mama kepada para santrinya lebih mengutamakan ilmu alat (kitab).
Setelah pendirian Pondok Pesantren, Mama beserta teman sejawatnya mendirikan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) pada tahun 1952. Pertama kali pendirian Madrasah Diniyah Awaliyah di Taman Sari letaknya dekat dengan rumah KH. Badru putera dari H. Anggowi.
Pendirian Madrasah Diniyah Awaliyah dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain :
1.  Madrasah Diniyah Awaliyah dibuka untuk masyarakat sekitar agar masyarakat bisa mengenal tulis menulis arab.
2. Agar masyarakat sekitar dapat mengenyam pendidikan agama baik laki-laki maupun perempuan
3. Kemudian setelah pendirian Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Awaliyah, Mama mendirikan Madrasah Tsanawiyah pada tahun 1986 atas permintaan masyarakat setempat. Mama ingin agar masyarakat sekitar selain mengenyam pendidikan non formal juga bisa mengenyam pendidikan formalnya serta disamping mempelajari ilmu agama masyarakat juga mempelajari ilmu pengetahuan umum.
Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah (1986) dan Madrasah Aliyah Nurul Falah (1988) diawali dengan silaturahmi para guru, ustadz, dan santri ke berbagai Pesantren salah satunya Pondok Pesantren Darun Najah Ciampea (Bogor) dengan tujuan studi perbandingan dalam rangka membuka dan mendirikan  pendidikan formal.
Pendirian Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah dan Madrasah Aliyah Nurul Falah dilatarbelakangi oleh beberapa hal antara lain:
1. Dunia pendidikan berputar, masyarakat menginginkan tingkatan lanjut dari SD ke SLTP (Sekolah Lanjut Tingkat Pertama).
2. Kebutuhan khusus keluarga melayani masyarakat dibutuhkan adanya setingkat lebih tinggi atau sederajat tingkatan sederhana.
3. Kebanyakan permintaan masyarakat yang membutuhkan tingkatan pendidikan pertama.[19]
Dari karya-karya Mama tersebut wajib dijadikan suri tauladan bagi kita semua, seorang Kiai yang dekat dengan keluarga, santri, masyarakat yang tidak kenal lelah berjung untuk mewujudkan masyarakat yang religius dan berpendidikan.
E.    Akhir Hayat Mama KH. Moch Chaedar Zuhri
Pada tahun 1999, Mama mulai sakit sampai dibawa ke Rumah Sakit Umum Serang dan dirawat selama 17 (tujuh belas) hari serta di ICU selama 5 (lima) hari. Menurut dokter, Mama mengidap penyakit serangan jantung.[20]
Beberapa hari sebelum Mama menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin, 1 Juni 2008 jam 10:00 WIB beliau memanggil Pak Baihaqi Aziz, Ibu Mujayanah, Bapak Ustadz Saju serta cucu. Beliau berpesan kepada mereka : “barudak (santri) ulah ditinggalkeun”.[21]
Ketika detik-detik menjelang sakaratul maut beliau masih bisa berkomunikasi dengan baik kendati kondisinya sudah kritis ingatannya masih baik, beliau masih hafal kepada orang-orang yang ingin ditemuinya yaitu, H. Subandi dan H. Fachri (putera pertama Mama) dan masih sempat bercanda dengan santri-santri.
Pada hari
Rabu, 3 Juni 2008 M/ 29 Jumadil Awal 1929 H Kota Pandeglang kehilangan salah satu putera terbaiknya yang telah banyak memberikan kontribusinya di bidang keagamaan, beliau menghembuskan nafas terakhir pada pukul 14:10 WIB meninggalkan seorang istri, tujuh anak, tujuh menantu, dan sembilan belas cucu.[22]
Terima kasih Mama, jasa dan karyamu serta nasihat-nasihatmu tak akan pernah kami lupakan. Pribadimu  akan senantiasa menjadi suri tauladan bagi kita semua. Semoga Allah menempatkanmu ditempat yang terbaik. Amin Yaa Robbal ‘Alamiin.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan yang kami susun, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Faktor yang menyebabkan seseorang diberi gelar Kiai :
1. Pengetahuannya
2. Kesalehannya
3. Keturunannya
4. Jumlah murid atau santrinya
Dari tipe-tipe Kiai, Mama KH. Moch Chaedar Zuhri termasuk kedalam tipe Kiai advokatif. Mama berasal dari keluarga sederhana namun terpandang, keluarga Kiai, keluarga pejuang, harmonis, selalu memberikan pengayoman kepada keluarga dan masyarakat dan terkenal dengan kebaikannya sehingga perilakunya menjadi panutan masyarakat sekitar
Akhlak dan pribadi Mama adalah seorang yang kharismatik, tidak pernah membedakan siapapun dan memberikan nasihat-nasihat yang senantiasa diingat oleh keluarga, santri, dan masyarakat
Ada beberapa pemikiran dari Mama KH. Moch Chaedar Zuhri yang perlu dan harus dilanjutkan estafetnya. Pertama, beliau mempunyai kelebihan dalam menggabungkan ilmu agama dengan ilmu umum. Baik itu berwujud pesantren maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Kedua, yang penting dari beliau adalah sangat hati-hati dan tidak gegabah dalam memutuskan sesuatu.
Dari karya-karya Mama KH. Moch Chaedar Zuhri tersebut wajib dijadikan suri tauladan bagi kita semua, seorang Kiai yang dekat dengan keluarga, santri, maupun masyarakat yang tidak kenal lelah berjuang untuk mewujudkan masyarakat yang religius dan berpendidikan.
Pada hari Rabu, 3 Juni 2008 M / 29 Jumadil Awal 1929 H Kota Pandeglang kehilangan salah satu putera terbaiknya yang telah banyak memberikan kontribusinya di bidang keagamaan. Beliau menghembuskan nafas terakhir pada pukul 14:10 WIB meninggalkan seorang istri, tujuh anak, tujuh menantu, dan sembilan belas cucu.

B.  Saran
1. Kita semua harus mencontoh dan mempraktekkan segala perilaku, akhlak dan  suri tauladan Mama KH. Moch. Chaedar Zuhri dalam kehidupan sehari-hari.
2. Diwajibkan semua Alumni Nurul Falah untuk mengetahui lebih mendalam tentang biografi Mama KH. Moch. Chedar Zuhri.
3. Melanjutkan estafet perjuangan Mama KH. Moch Chaedar Zuhri baik dalam bidang agama maupun bidang pendidikan.
4. Penulis mengharapkan Karya Tulis ini dapat dibukukan agar masyarakat khususnya alumni mengetahui dan memperoleh informasi dengan jelas tentang sejarah hidup Mama KH. Moch. Chaedar Zuhri.
5. Semoga dengan adanya Karya Tulis ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Asep. 2016. Buku Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Madrasah Aliyah Nurul Falah Kaungcaang. Pandeglang: MA Nurul Falah Kaungcaang
http://belalangmalang.blogspot. (diakses terakhir Kamis, 18 Februari 2016 pukul 00:27 WIB
http://hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir senin, 29 Februari 2016 pukul 23:05 WIB)
http://hakamabbas.blogspot. (diakses terakhir Jum’at 4 Maret 2016 pukul 20:09 WIB)
http://karyatulisilmiah.com . (diakses terakhir Senin, 29 Februari 2016 pukul 23:39 WIB)
http://katakatakita.com. (diakses terakhir Jum’at, 8 April 2016 pukul 06:41 WIB)
http://makalahbarataan.pba. Blogspot. (diakses terakhir Selasa, 1 Maret 2016 pukul 00:24 WIB)
http://www.anneahira.com. (diakses terakhir Selasa, 1 Maret 2016 pukul 00:28 WIB)
http://Zanksantri.blogspot. (diakses terakhir jum’at, 4 Maret 2016 pukul 17:57)
http;// hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir Senin, Maret 2016 pukul 23:09 WIB)
https://taniaahmad.wordpres.com. (diakses terakhir jum’at, 4 Maret 2016 pukul 17:37 WIB)
Rifai, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari Biografi Singkat 1871-1947.Jogjakarta: Garasi House of Book.
Umar, Nasaruddin. 2006. Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spiritual KH. M. Tholhah Hasan. Jakarta: PT. Lista Fariska Putra.
Wawancara Bapak Dimyati Azhari. Selasa, 8 Maret 2016 pukul 17:50 WIB
Wawancara Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz. Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:26 WIB
Wawancara Bapak Drs. H. Memed Rahmatullah. Minggu, 6 Maret 2016 pukul 10:39 WIB
Wawancara Bapak Drs. Muzayan, M.Ag.  Minggu, 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB dan Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
Wawancara Ibu Humaeroh. Jum’at, 12 Februari pukul 15:15 WIB
Wawancara Ibu Mujayanah. Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:28 WIB 



[1] Doc.Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama), Selasa, 29 Maret 2016. Pukul 21:33 WIB dan Bapak Drs. H. Memed Rahmatullah (Paman Mama). Minggu, 6 Maret 2016. Pikul 10:39 WIB
[2] Doc.Bapak Dimyati Azhari (Adik Ipar). Selasa, 8 Maret 2016 pukul 17:50 WIB
[3] Doc.Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama). Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
[4] Rifai, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari Biografi Singkat 1871-1947. Jogjakarta: Garasi House of Book. Hal. 22.
[5] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (putra) Minggu, 29 Maret 2016 pukul 21:54 WIB
[6]Rifai, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari biografi singkat 1871-1947. Jogjakarta: Garasi House of Book. Hal. 23.
[7] Doc.Bapak Dimyati Azhari (Adik Ipar) Jum’at, 8 Maret 2016 pukul 17:50  dan Ibu Humaeroh (Adik Kandung) Jum’at, 12 Februari 2016 pukul 15:15 WIB
[8] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Minggu, 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB
[9] Doc. Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:54 WIB
[10] Doc. Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
[11] Doc. Ibu Mujayanah (Puteri Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:28 WIB
[12] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:48 WIB
[13]Doc. Ibu Mujayanah (Puteri mama) Sabtu, 19 Maret 2916 pukul 16:28 WIB
[14]Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera mama) 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB
[15] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:48 WIB
[16] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:48 WIB dan Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Minggu, 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB
[17] Umar, Nasaruddin. 2006. Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spiritual KH. M. Tholhah Hasan. Jakarta: PT. Lista Fariska Putra. Hal. 81-82 dan 340-341
[18] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (putera mama) Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
[19] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag, Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz, dan Bapak Drs. H. Memed Rahmatullah
[20] Doc. Ibu Mujayanah (Puteri Mama) Sabtu, 19 Maret 2016  pukul 16:28 WIB
[21] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:49 WIB
[22] Doc. Ibu Mujayanah (Puteri Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:28 WIB
 


[1] http://katakatakita.com. (diakses terakhir Jum’at, 8 April 2016 Pukul 06:41 WIB
[2] Setyaningsih, Ika dan Artati, Y. Budi, 2015. Detik-Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2015/2016 untuk SMP/MTs. Jawa Tengah: PT. Intan Pariwara.
[3] http://belalangmalang.blogspot. (diakses terakhir Kamis, 18 Februari 2016 Pukul 00:27 WIB)
[4] http://hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir Senin, 29 Februari 2016 Pukul 23:05 WIB)
[5] https://taniaahmad.wordpres.com. (diakses terakhir Jum’at, 4 Maret 2016 Pukul 17:37 WIB)
[6] http://zanksantri.blogspot. (diakses terakhir Jum’at 4 Maret 2016 Pukul 17:57 WIB)
[7]http://hakamabbas.blogspot. (diakses terakhir Jum’at, 4 Maret 2016 Pukul 20:09 WIB)
[8] http;//hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir Senin,  Maret 2016 pukul 23:09 WIB)
[9] http://karyatulisilmiah.com. (diakses terakhir Senin, 29 Februari 2016 pukul 23:39 WIB)











DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Asep. 2016. Buku Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Madrasah Aliyah Nurul Falah Kaungcaang. Pandeglang: MA Nurul Falah Kaungcaang
http://belalangmalang.blogspot. (diakses terakhir Kamis, 18 Februari 2016 pukul 00:27 WIB
http://hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir senin, 29 Februari 2016 pukul 23:05 WIB)
http://hakamabbas.blogspot. (diakses terakhir Jum’at 4 Maret 2016 pukul 20:09 WIB)
http://karyatulisilmiah.com . (diakses terakhir Senin, 29 Februari 2016 pukul 23:39 WIB)
http://katakatakita.com. (diakses terakhir Jum’at, 8 April 2016 pukul 06:41 WIB)
http://makalahbarataan.pba. Blogspot. (diakses terakhir Selasa, 1 Maret 2016 pukul 00:24 WIB)
http://www.anneahira.com. (diakses terakhir Selasa, 1 Maret 2016 pukul 00:28 WIB)
http://Zanksantri.blogspot. (diakses terakhir jum’at, 4 Maret 2016 pukul 17:57)
http;// hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir Senin, Maret 2016 pukul 23:09 WIB)
https://taniaahmad.wordpres.com. (diakses terakhir jum’at, 4 Maret 2016 pukul 17:37 WIB)
Rifai, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari Biografi Singkat 1871-1947.Jogjakarta: Garasi House of Book.
Umar, Nasaruddin. 2006. Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spiritual KH. M. Tholhah Hasan. Jakarta: PT. Lista Fariska Putra.
Wawancara Bapak Dimyati Azhari. Selasa, 8 Maret 2016 pukul 17:50 WIB
Wawancara Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz. Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:26 WIB
Wawancara Bapak Drs. H. Memed Rahmatullah. Minggu, 6 Maret 2016 pukul 10:39 WIB
Wawancara Bapak Drs. Muzayan, M.Ag.  Minggu, 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB dan Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
Wawancara Ibu Humaeroh. Jum’at, 12 Februari pukul 15:15 WIB
Wawancara Ibu Mujayanah. Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:28 WIB



[1]Umar, Nasaruddin. 2006. Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spiritual KH. M. Tholhah Hasan. Jakarta: PT. Lista Fariska Putra. Hal. 81-82
[2] http://makalahbarataanpba.blogspot. (diakses terakhir Selasa, 1 Maret 2016. Pukul 00:24 WIB)
[3] http://www.anneahira.com. (diakses terakhir Selasa, 1 Maret 2016. Pukul 00:28 WIB)
[4] Hermawan, Asep. 2016. Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Madrasah Aliyah Nurul Falah Kaungcaang Pandeglang: MA Nurul Falah Kaungcaang.
[5] http://katakatakita.com. (diakses terakhir Jum’at, 8 April 2016 Pukul 06:41 WIB
[6] Setyaningsih, Ika dan Artati, Y. Budi, 2015. Detik-Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2015/2016 untuk SMP/MTs. Jawa Tengah: PT. Intan Pariwara.
[7] http://belalangmalang.blogspot. (diakses terakhir Kamis, 18 Februari 2016 Pukul 00:27 WIB)
[8] http://hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir Senin, 29 Februari 2016 Pukul 23:05 WIB)
[9] https://taniaahmad.wordpres.com. (diakses terakhir Jum’at, 4 Maret 2016 Pukul 17:37 WIB)
[10] http://zanksantri.blogspot. (diakses terakhir Jum’at 4 Maret 2016 Pukul 17:57 WIB)
[11]http://hakamabbas.blogspot. (diakses terakhir Jum’at, 4 Maret 2016 Pukul 20:09 WIB)
[12] http;//hafidzbbec.blogspot. (diakses terakhir Senin,  Maret 2016 pukul 23:09 WIB)
[13] http://karyatulisilmiah.com. (diakses terakhir Senin, 29 Februari 2016 pukul 23:39 WIB)
[14] Doc.Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama), Selasa, 29 Maret 2016. Pukul 21:33 WIB dan Bapak Drs. H. Memed Rahmatullah (Paman Mama). Minggu, 6 Maret 2016. Pikul 10:39 WIB
[15] Doc.Bapak Dimyati Azhari (Adik Ipar). Selasa, 8 Maret 2016 pukul 17:50 WIB
[16] Doc.Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama). Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
[17] Rifai, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari Biografi Singkat 1871-1947. Jogjakarta: Garasi House of Book. Hal. 22.
[18] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (putra) Minggu, 29 Maret 2016 pukul 21:54 WIB
[19]Rifai, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari biografi singkat 1871-1947. Jogjakarta: Garasi House of Book. Hal. 23.
[20] Doc.Bapak Dimyati Azhari (Adik Ipar) Jum’at, 8 Maret 2016 pukul 17:50  dan Ibu Humaeroh (Adik Kandung) Jum’at, 12 Februari 2016 pukul 15:15 WIB
[21] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Minggu, 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB
[22] Doc. Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:54 WIB
[23] Doc. Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
[24] Doc. Ibu Mujayanah (Puteri Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:28 WIB
[25] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:48 WIB
[26]Doc. Ibu Mujayanah (Puteri mama) Sabtu, 19 Maret 2916 pukul 16:28 WIB
[27]Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera mama) 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB
[28] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:48 WIB
[29] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:48 WIB dan Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (Putera Mama) Minggu, 20 Maret 2016 pukul 15:42 WIB
[30] Umar, Nasaruddin. 2006. Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spiritual KH. M. Tholhah Hasan. Jakarta: PT. Lista Fariska Putra. Hal. 81-82 dan 340-341
[31] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag (putera mama) Selasa, 29 Maret 2016 pukul 21:33 WIB
[32] Doc. Bapak Drs. Muzayan, M.Ag, Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz, dan Bapak Drs. H. Memed Rahmatullah
[33] Doc. Ibu Mujayanah (Puteri Mama) Sabtu, 19 Maret 2016  pukul 16:28 WIB
[34] Doc. Bapak Drs. E. Baihaqi Aziz (Menantu Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15:49 WIB
[35] Doc. Ibu Mujayanah (Puteri Mama) Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 16:28 WIB

28/06/2015

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam proses pertumbuhannya, filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat atau para filosof sepanjang kurun waktu dengan objek permasalahan hidup didunia, telah melahirkan berbagai macam pandangan. Pandangan-pandangan para filosof itu, ada kalanya satu dengan yang lain hanya bersifat saling kuat-menguatkan, tapi tidak jarang pula yang berbeda atau berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan yang di pakai oleh mereka berbeda, walaupun untuk objek permasalahannya sama. Karena perbedaan dalam sistem pendekatan itu, maka kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan menjadi berbeda pula, bahkan tidak sedikit yang saling berlawanan. Selain iu faktor zaman dan pandangan hidup yang melatar belakangi mereka, serta tempat di mana mereka bermukim juga ikut mewarnai pemikiran mereka.
Menyimak kembali sejarah pertumbuhan dan perkembangan filsafat sebagaimana yang telah di uraikan dalam bab pertama, akan menjadi jelas adanya perbedaan tersebut diatas. Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan bebagai pandangan atau aliran. Karena pemikiran filsafat yang tidak pernah mandeg.
Untuk mengetahui perkembangan pemikiran dunia filsafat pendidikan, di bawah ini akan diuraikan garis-garis besar aliran-aliran filsafat dalam pendidikan.   
B.     Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan  aliran Progressivisme?
2.    Apakah yang dimaksud dengan  aliran Esensialisme?
3.    Apakah yang dimaksud dengan  aliran Perennialisme?
4.    Apakah yang dimaksud dengan  aliran Rekontruksionalisme?
5.    Apakah yang dimaksud dengan  aliran Eksistensialisme ?
6.    Apakah yang dimaksud dengan  aliran Idealisme?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui  aliran Progressivisme
2.    Untuk mengetahui aliran Esensialisme
3.    Untuk mengetahui aliran Perennialisme
4.    Untuk mengetahui aliran Rekontruksionalisme
5.    Untuk mengetahui aliran Eksistensialisme
6.    Untuk Mengetahui aliran Idealisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Aliran Progressivisme
Aliran Progressivisme adalah suatu aliran yang sangat berpengaruh di abad ke-20 ini. Pengaruh ini sangat terasa sekalli khususnya di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan dalam dunia pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran Progressivisme ini. Biasanya aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal –“The liberal road to culture”.[1]  Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229)
Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Sifat-sifat aliran Progressivisme
1)   Sifat-sifat Negatif, dalam artian bahwa, Progressivisme menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti terdapat dalam agama, politik, etika dan epitemologi.
2)   Sifat-sifat Positif, dalam arti bahwa Progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia dari alam sejak lahir.
Maka tugas pendidikan menurut pragmatisme, ialah meneliti sejelas-jelasnya kesanggupan-kesanggupan manusia itu dan menguji kesanggupan-kesanggupan itu dalam pekerjaan praktis.
Perkembangan aliran Progressivisme
     Dalam asas modern – sejak abad ke-16 Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant dan Hegel dapat dapat disebut sebagai penyumbang-penyumbang dalam proses terjadinya aliran pragmatisme-Progressivisme. Dalam abad ke-19 dan ke-20 ini tokoh-tokoh pragmatisme terutama terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada pragmatisme karena kepercayaan mereka akan demokrasi dan penolakan terhadap sikap dogmatis, terutama dalam agama.
Keyakinan-keyakinan Progressivisme tentang pendidikan
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulh sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.   
B.     Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.[2] Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1983: 120-121).
Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof, menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang pasif, hal ini berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja Yng telah ditentukan dan diatur oleh alam social. Jadi, belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan berikutnya.
Selain itu juga di warnai dengan pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Imam Bernadib (1981)[3], menyebutkan beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran aliran esensialisme, yaitu:
1.    Desiderius Erasmus, humananis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16, yang merupakan tokoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain.
2.    Johann Amos Comenius yang hidup diseputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki pandangan realis dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
3.    Johann Friederich Herbert yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagais alah seorang murid Immanuel Kant yang berpendapat dengan kritis, herbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapaian tujuan pendidikan oleh Herbert sebagai ‘pengajaran yang mendidik’.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan hakikat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan.      


C.    Aliran Perennialisme
Perennialisme diambil dari kata perennial, yang artinya kekal dan abadi, dari makna yang terkandung dalam kata itu’ aliran Perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang teguh pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.   
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang kepada masa lampau. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi seorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang dalam arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam bidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
Prinsip-prinsip pendidikan Perennialisme
     Di bidang pendidikan, Perennialisme saangat dipengaruhi oleh: Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum universal. Maka tujuan utama pendidikan adalah “ membina pemimpin yang sadar dan mempraktekan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.
     Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu : nafsu, kemauan, dan pikiran. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah ‘kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi, dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.
Seperti halnya Plato dan Aristoteles, tujuan pendidikan yang diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah sebagai “Usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar – memberi bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.    
D.    Aliran Rekontruksionalisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
E.     Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme bisa dialamatkan sebagai saanlah satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang dunia kedua.[4] Dengan demikian  Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.
Secara singkat Kierkegaard memberikan pengertian Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Eksistensialisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional.[5] Dengan demikian aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman, dan siuasi sejarah yang dialami, dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak serta spekulatif. Baginya, segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya.
Atas dasar pandangan itu, sikap dikalangan kaum Eksistensialisme atau penganut aliran ini seringkali nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum. Kebebasan untuk freedom to, adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap dan perbuatannya.
Pandangannya tentang pendidikan, disimpulkan oleh Van Cleve Morries dalam Existentialism dan Education, bahwa ” Eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk”[6]  oleh sebab itu Eksistensialisme dalam hal ini menolak bentuk –bentuk pendidikan sebagaimana yang ada sekarang.
F.     Aliran  Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan norahi yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.
Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).
Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran. (sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman, produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu.
Berdasarkan kenyataan sejarah, filsafat bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil pemikiran kreatif yang terlepas daripada pra kondisi yang menantang. Paling sedikit, ide-ide filosofis adalah jawaban terhadap problem yang menentang pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan, atau verifikasi tentang sesuatu. Filsafat juga merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan rasional manusiawi demi kepuasan rohaniah, untuk kemantangan pribadi, untuk integritas.
  
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin, 2004. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara
Joe Park, Selected Readings in the Philosophy, New York, Macmillian Publishing Co, Inc. 1974
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yayasan Peerbit FIP IKIP, Yogyakarta.
Fernando R. Molina,The Sources of Eksistentialism As Philosophys, New Jersey, Prentice-Hall-1969, hal, 1
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat. Yogyakarta, Kanisius, 1996.


[1] Theodore Brameid, The Patern of Educational Philosophy,  The Mac. Millan Company, New York, 1956
[2] Joe Park, Selected Readings in the Philosophy, New York, Macmillian Publishing Co, Inc. 1974.
[3] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yayasan Peerbit FIP IKIP, Yogyakarta, Hal. 38-40.
[4] Fernando R. Molina,The Sources of Eksistentialism As Philosophys, New Jersey, Prentice-Hall-1969, hal, 1
[5] Paul Roubiczek, Existentialism For and Against, Cambridge University Press, 1966, hal. 10
[6] Joe Park, op. Cit., hal. 128-138

03/03/2015

Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang



Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan-Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.

Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan.

Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.} (QS. At-Taubah: 74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: syahdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. la memberinya makan, pakaian dan minum, mendidikanya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. la tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendatangkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidakpernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitpun oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

{Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan: 9)

Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikiranya saat menghadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Ilahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan
manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan:

{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.} (QS. Yunus: 12)

Anda tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.

(Latahzan : Jangan Bersedih)
Yang Lalu Biar Berlalu


Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.

Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.

Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.

Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.

Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa engkau tidak menarik gerobak?"
"Aku benci khayalan," jawab keledai.

Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.

Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!

(Latahzan : Jangan Bersedih)